Kekuatan di Tengah Kesulitan Hidup (2Kor. 12:7-10)

Photo by Damir Spanic on Unsplash

Print Friendly, PDF & Email

7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2Kor. 12:7-10)

Percayakah bahwa kita sedang berada dalam peperangan rohani? Mulai dari hal yang kecil seperti bercakap-cakap dengan orang lain, hingga hal yang besar seperti memilih pasangan hidup, semuanya bermuara pada apakah kita melakukan kehendak Tuhan atau tidak. Sayangnya, banyak orang Kristen yang kalah dalam peperangan rohani karena tidak mudah. Tantangan yang terberat adalah ketika kita merasa bahwa Tuhan tidak menolong kita dalam kesulitan. Apa yang harus kita pahami dalam situasi seperti ini?

Paulus adalah rasul yang luar biasa: menulis 13 surat dalam Perjanjian Baru, mendirikan banyak gereja, dan mampu bertahan di tengah pelayanan yang sangat berat. Apakah Paulus bukan manusia biasa, yang sering tertekan dalam kondisi yang sulit? Di dalam bagian ini, Paulus menuliskan adanya “duri dalam daging.” Alkitab tidak menjelaskan apakah itu berupa kelemahan fisik, tekanan dari dalam diri (untuk melakukan dosa), atau tekanan dari orang-orang yang menentang pelayannya. Yang jelas, Paulus merasakan peperangan rohani yang berat. Wajar kalau Paulus berulang kali (kiasan dari “tiga kali” dalam ay. 8) meminta supaya Tuhan melepaskannya.

 Tetapi apa jawaban Tuhan? “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (ay. 9). Tuhan menolak keinginan Paulus. Apakah Tuhan keliru? Bukankah jika Tuhan menolongnya, pelayanan Paulus lebih berkembang? Justru, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi hidup Paulus. Dengan membiarkannya berada dalam kelemahan (perhatikan kata diberi dalam ay. 7, secara gramatika menyiratkan Tuhan yang melakukannya), Tuhan ingin membentuk karakter Paulus, menguatkan imannya, dan mengasah rasa belas kasihan kepada orang lain. Bukankah itu bekal yang sangat penting dalam diri seorang pelayan Tuhan?

Jadi, terkadang Tuhan mengizinkan kita tetap berada dalam kondisi yang sulit supaya kasih karunia-Nya semakin nampak dalam hidup kita. Ada tiga pelajaran penting dalam bagian ini. Pertama, kesulitan hidup adalah hal yang wajar. Paulus mengalaminya, sepertiga lebih kitab Mazmur berisi ratapan, bahkan Tuhan Yesus sendiri hidup-Nya tidak lepas dari penderitaan. Jangan goyah ketika tiba-tiba ada kesulitan hidup. Itu bukan terjadi karena Tuhan tidak mengasihi, tetapi karena kita hidup dalam dunia yang rusak.

Kedua, kekuatan kita berasal dari kasih karunia Tuhan. Dunia mengajarkan kita untuk selalu tampak kuat, unggul, dan mampu mengatasi segala masalah (perhatikan apa yang terjadi dalam Pilpres Amerika kemarin). Tetapi, lupa bahwa manusia adalah makhluk yang rapuh. Namun dengan kasih karunia Tuhan, kita akan mampu hidup berkenan pada Tuhan di tengah segala kondisi.

Ketiga, Alkitab tidak mengajarkan untuk mencari penderitaan, tetapi mengajarkan bahwa kasih karunia Tuhan cukup, bahkan di tengah penderitaan seberat apapun. Ada orang Kristen yang merasa bahwa semakin susah hidupnya, Tuhan semakin berkenan. Ingat, Tuhan berkenan pada kita bukan karena siapa diri kita, tetapi karena pengurbanan Kristus. Dengan menjadi anak Tuhan, maka hidup kita akan dijaga oleh Tuhan dengan kokoh.

Marilah kita meneladani Paulus untuk senantiasa hidup bersandar pada kasih karunia Tuhan. Bagaimana mengetahuinya? Ujilah apakah tindakan kita selaras dengan firman Tuhan, membuat kita lebih dekat dengan Tuhan, dan menjadi berkat bagi orang lain (bukan malah merugikan). Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Ada pendapat bahwa orang Kristen tidak boleh menangis, khawatir, atau merasa terbeban dengan beratnya permasalahan hidup karena itu adalah tanda lemahnya iman. Bagaimana tanggapan Anda?
  2. Apakah orang yang mengalami tekanan hidup yang lebih berat berarti diberi kasih karunia Tuhan yang lebih dibanding orang lain? Jelaskan jawaban Anda!

Related Post

Leave a Reply