Mengapa Tuhan Tidak Membunuh Yehuda (Kej. 38)?

sumber: bible.org

Print Friendly, PDF & Email

Latar Belakang (baca: Kejadian 38): Yehuda memiliki tiga anak laki-laki: Er, Onan, dan Syela. Istri Er adalah Tamar. Karena Er jahat di mata Tuhan, Tuhan membunuhnya. Setelah itu, Onan menolak memberikan keturunan kepada Tamar. Tuhan juga membunuh Onan. Kemudian, Tamar menyelubungi dirinya sebagai pelacur untuk memiliki seorang putra dengan Yehuda. Anehnya, Tuhan tidak menghukum Yehuda. Mengapa Tuhan membiarkannya?

Jawaban singkatnya: inilah belas kasihan Tuhan. Kisah ini tidak membuktikan bahwa beberapa dosa dapat ditoleransi atau Yehuda itu unik. Ingatlah bahwa Tuhan tidak hanya murka terhadap orang berdosa. Tuhan juga berbelas kasih kepada manusia. Kita dapat mempelajarinya dari kisah Musa berikut:

6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, 7 yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Kel. 34:6-7)

Perhatikan juga ayat-ayat berikut:

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23)

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm. 6:23)

Kita dapat menyimpulkan bahwa jika Tuhan menghukum setiap orang saat itu juga, tidak ada seorang pun yang tetap hidup. Berdasar hikmat Tuhan, beberapa orang dalam Perjanjian Lama pun dibiarkan hidup setelah mereka berbuat dosa (ingat perzinahan Daud dengan Batsyeba?). Ini memberi kesempatan bagi orang-orang tersebut untuk bertobat. Kita dapat membaca prinsip ini dalam Perjanjian Baru:

“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr. 3:9)

Dalam kisah Yehuda, belas kasihan Tuhan menuntunnya untuk bertobat. Dia mengakui kesalahannya dengan Tamar dengan mengatakan bahwa Tamar lebih benar darinya dan dia tidak mengulangi dosanya:

Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu.” (Kej. 38:26)

Transformasi dalam diri Yehuda tidak berakhir di situ. Jika kita membaca bagian akhir dari kehidupan Yehuda, dia menawarkan dirinya sebagai budak untuk melindungi Benyamin sesuai sumpahnya kepada ayahnya (Kej. 44:32-33; 43:9). Hal ini bertentangan dengan apa yang dulu dilakukannya terhadap Yusuf sehingga Yusuf menjadi budak.

Pada akhirnya, Tuhan menggunakan garis keturunan Yehuda menjadi Mesias melalui Tamar (Kej. 38:27-30; Mat. 1:3). Betapa berbelas kasihnya Tuhan!

Belas kasihan yang seperti ini juga masih Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anak-Nya pada masa kini, termasuk Anda!

(Tulisan ini diterjemahkan dari tanya-jawab yang penulis lakukan melalui pelayanan GotQuestions dan dipublikasikan juga di situs popularhermeneutics.com)

Related Post

Leave a Reply