“Tidak ada satu inci pun dalam seluruh wilayah keberadaan manusia di mana Kristus yang berdaulat atas semuanya tidak berseru, ‘Milik-Ku!’”
Abraham Kuyper lahir pada 1837 di Belanda. Ayahnya adalah seorang pendeta. Setelah lulus dari fakultas teologi dan filsafat Universitas Leiden, dia melayani sebagai gembala di beberapa gereja Reformed di Belanda (1963-1974).
Selain aktif dalam pelayanan gerejawi, Kuyper juga aktif menulis di salah satu surat kabar mingguan, De Heraut. Melalui tulisan-tulisannya itulah, dia menyebarluaskan pemikiran teologisnya, terutama yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Hingga suatu kali, Kuyper dan perkumpulannya mampu membeli surat kabar tersebut. Tidak hanya itu, dia juga mendirikan surat kabar lain, harian De Standaard.
Keaktifannya di dalam bidang jurnalistik tersebut mengantarkannya sebagai anggota parlemen Belanda (1873). Dia pun terjun di bidang politik secara penuh waktu dan mendirikan partai politik Protestan. Pada 1880 dia mendirikan Vrije Universiteit di Amsterdam. Puncak karir politiknya dia raih pada tahun 1901 ketika terpilih sebagai Perdana Menteri Belanda. Kiprah nyata Kuyper dibuktikan dengan didirikannya beberapa institusi sosial.
Pemikiran Utama
Pandangan teologis Kuyper banyak dipengaruhi oleh John Calvin. Kuyper menyatakan bahwa Kristus bukan hanya Anak Allah yang berinkarnasi (menebus dosa manusia), tetapi juga Anak Allah yang kekal (berdaulat atas seluruh ciptaan). Jadi, Kristus bukan hanya Tuhan atas jiwa kita, tetapi juga atas tubuh kita dan seluruh aspek ciptaan lainnya. Pandangan ini dikenal dengan istilah Kristus Kosmik.
Menurut Kuyper, pandangan tentang Kristus Kosmik mau tidak mau akan mendorong setiap orang Kristen untuk secara langsung terlibat secara aktif dan nyata dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Jika memahami bahwa Kristus sebenarnya adalah Tuhan atas segala ciptaan, maka orang-orang Kristen pun mengenali panggilan untuk terlibat dalam dunia sekuler.
Dalam kaitannya dengan gereja, Kuyper juga mempunyai pandangan yang sangat baik. Menurutnya, gereja harus menjadi tempat dalam mempersiapkan orang-orang percaya untuk menjadi agen-agen Kristus di masyarakat. Bukan hanya sebagai pembawa berita Injil, tetapi juga dalam memaksimalkan kedaulatan Allah dalam wilayah tertentu di mana seorang Kristen terlibat sesuai dengan talenta dan panggilannya. Dengan kata lain, gereja terlibat aktif berkontribusi secara nyata dalam masyarakat.
Tinjauan Alkitab
Pandangan Kuyper ini selaras dengan pernyataan Tuhan Yesus tentang identitas orang Kristen sebagai garam dunia. Dalam Mat. 5:13, Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” Garam merupakan materi yang dipakai orang untuk mengawetkan makanan dan memberi rasa. Sebagai garam dunia, orang-orang Kristen dituntut Tuhan untuk memberi rasa pada dunia yang telah “hambar” ini. Jangan berdiam diri, atau malah ikut-ukutan menjadi “hambar.”
Aplikasi Praktis
Orang-orang Kristen yang menggumuli panggilan Tuhan benar-benar pasti berperan serta secara aktif dalam masyarakat. Selain Kuyper yang melayani sebagai Perdana Menteri Belanda, di Indonesia pun kita mengenali beberapa tokoh Kristen yang keterlibatannya dalam masyarakat sangat diakui. Misalnya, T.B. Simatupang (mantan Kepala Angkatan Perang RI pada masa Presiden Soekarno), Radius Prawiro (mantan Gubernur Bank Indonesia dan beberapa pos menteri pada masa Presiden Soeharto), serta Basuki Tjahaja Purnama (mantan Gubernur DKI Jakarta).
Kita pun bisa dan harus berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan talenta dan panggilan yang Tuhan berikan pada kita. Tidak harus “besar” seperti tokoh-tokoh tersebut. Kita bisa melakukannya dalam hal-hal kecil. Di bidang politik, kita bisa terlibat dalam kepanitiaan TPS. Di bidang ekonomi, minimal kita bisa menggerakkan perekonomian kelas bawah dengan sesekali membeli di warung-warung tradisional. Dan sebagainya.
Sumber utama bagian pemikiran Kuyper: Kalvin S. Budiman, 7 Model Kristologi Sosial (Malang: Literatur SAAT, 2013).
Pertanyaan Diskusi
1 . Apa yang menjadi kendala kita sehingga tidak/kurang aktif berkontribusi bagi masyarakat? Bagaimana mengatasinya?
Contoh kendala yang biasanya terjadi: Ketidakpedulian, kemalasan, kurang motivasi, kurang kemampuan, atau pun kurang memahami kebenaran firman Tuhan.
2. Apakah Anda setuju dunia sekarang ini “hambar”? Apa buktinya?
Arahan: Jelaskan jawaban Anda sedetail mungkin. Dengan begitu, Anda akan mengenali di bidang mana Anda bisa berkontribusi. Kemudian, kaitkan penjelasan Anda dengan firman Tuhan. Terakhir, kenali potensi diri Anda berkaitan dengan permasalahan tersebut. Apakah Anda turut berperan dalam memperburuk keadaan? Atau ada upaya yang bisa Anda lakukan untuk memperbaikinya?
3. Bagaimana sebagai pribadi, kita bisa berkontribusi pada masyarakat?
Arahan: Kita bisa menjadi agen perubahan di semua lingkungan yang ada (keluarga, pekerjaan, pergaulan, ataupun lingkup yang lebih luas). Pahami betul-betul talenta dan panggilan kita, serta kembangkan. Tidak hanya itu, sepanjang waktu pun kita bisa berkontribusi bagi masyarakat (contoh kecil: menyingkirkan batu yang tergeletak di tengah jalan, sebelum orang lain celaka). Yang tidak kalah penting, kita harus mendidik anak-anak kita dalam Tuhan, sehingga mereka menjadi berkat, dan bukan beban, bagi masyarakat.
4. Bagaimana sebagai gereja, kita bisa berkontribusi pada masyarakat?
Arahan: Apakah gereja sudah menjadi berkat bagi masyarakat? Apa buktinya? Jangan sampai gereja terkenal karena berisik atau membuat jalan macet. Gereja harus benar-benar dikenal masyarakat sebagai agen perubahan, tentu ke arah yang lebih baik.