1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” 12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?” 13 Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.” (Kis. 2:1-13)
RENUNGAN
Cameron Towsend, seorang pemuda kelahiran Amerika Serikat tahun 1896, berkeinginan untuk mengabdi bagi negaranya dalam Perang Dunia I. Namun ternyata dia malah pergi bermisi ke Guatemala sambil menjual Alkitab bahasa Spanyol. Usahanya tersebut tidak membuahkan hasil karena mayoritas penduduk di sana adalah orang-orang Indian. Suatu kali, salah seorang penduduk malah bertanya kepadanya, “Jika Allahmu begitu pintar, mengapa Dia tidak berbicara dalam bahasa kami?”
Pertanyaan itu begitu mengusik hati Towsend. Dia yakin bahwa Tuhan mengerti bahasa suku tersebut (Cakchiquel). Akhirnya, Towsend menghabiskan waktu selama 17 tahun untuk mempelajari bahasa tersebut dan menerjemahkan seluruh Perjanjian Baru ke dalamnya. Inilah awal dimulainya pelayanan Wycliffe Bible Translators, sebuah lembaga misi yang khusus menekuni penerjemahan Alkitab.
Apa yang dialami oleh Towsend ini mengingatkan kita pada peristiwa Pentakosta. Pada hari itu, Roh Kudus dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kemudian, mereka, yang merupakan orang-orang Galilea, berkata-kata dalam berbagai bahasa yang dipakai orang-orang asing, seperti bahasa orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia, hingga Arab (ay. 9-11). Setelah peristiwa Pentakosta, orang-orang percaya terus tersebar ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan Injil.
Dari sini kita dapat belajar bahwa Roh Kuduslah yang memampukan orang-orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus sebagaimana kitab Kisah Para Rasul. Tidak heran, beberapa ahli Alkitab menyatakan kitab ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai kitab Roh Kudus atau kitab Kisah Roh Kudus. Tanpa kekuatan Roh Kudus, tidak mungkin Injil dapat tersebar hingga berbagai pelosok dunia seperti sekarang ini.
Apa makna pencurahan Roh Kudus ini bagi orang-orang percaya pada masa kini? Sebagaimana Roh Kudus menggerakkan orang-orang percaya pada masa itu untuk menyebarkan Injil, kita pun yang telah menerima Roh Kudus selayaknya digerakkan untuk mengabarkan Injil. Kita bisa melanjutkan pelayanan Towsend (saat ini, sekitar 2000 bahasa masih belum mempunyai terjemahan Alkitab). Selain itu, kita pun bisa melakukan pekabaran Injil di dalam kehidupan sehari-hari, terutama kepada kenalan-kenalan kita yang belum percaya. Apapun bagian yang kita ambil, biarlah kemuliaan Tuhan dinyatakan sehingga banyak orang dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa menyembah-Nya (Why. 7:9). Amin.
PENGGALIAN
Pentakosta merupakan istilah bahasa Yunani untuk menyebutkan salah satu perayaan dalam Perjanjian Lama, yaitu hari raya Tujuh Minggu (Im. 23:15-22, lihat juga Kel. 34:22; Bil. 28:26-31; Ul. 16:9-12). Hari raya ini jatuh pada hari kelimapuluh setelah Paskah (Paskah dalam Perjanjian Lama merayakan kasih Allah pada waktu melepaskan bangsa Israel dari Mesir, lih. Kel. 12:29-51). Itulah sebabnya disebut Pentakosta (Pentēkostē dalam bahasa Yunani berarti “kelimapuluh”). Hari raya Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya terpenting Israel (Ul. 16:16). Pada hari raya ini, orang-orang Israel memperingati kebaikan Tuhan dalam akhir masa panen dan juga mengucap syukur atas kesuburan lahan pertanian.
Di awal kitab Kisah Para Rasul (Kis. 1:4-5, 8), Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus akan dicurahkan kepada orang-orang percaya. Pencurahan Roh Kudus ini menandakan karya Tuhan Yesus dalam melakukan pembaruan kepada Yerusalem dan memungkinkan karya keselamatan-Nya menjangkau “sampai ke ujung dunia” (lihat Yes. 49:6). Janji ini tergenapi ketika mereka berkumpul pada hari Pentakosta. Oleh sebab itu, istilah Pentakosta kemudian digunakan oleh orang-orang Kristen sebagai peringatan atas turunnya Roh Kudus.
Peristiwa seputar kebangkitan Kristus hingga Pentakosta secara kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tuhan Yesus, anak domba Paskah yang disembelih (1Kor. 5:7), mati sekitar hari raya Paskah menurut Yahudi (Yoh. 19:14);
2) Tuhan Yesus menampakkan diri secara berulang kali selama 40 hari dan naik ke surga (Kis. 1:3);
3) Sepuluh hari sesudahnya (50 hari sesudah Paskah), Roh Kudus dicurahkan.
Beberapa tanda ajaib yang menyertai peristiwa Pentakosta adalah:
– Bunyi seperti tiupan angin keras. Angin sering dikaitkan sebagai perwujudan Roh Allah (2Sam. 22:16; Ayb. 38:1; Yeh. 37:9-10; Yoh.3:8). Ini menjadi tanda bahwa Allah sedang menyelesaikan pembaruan.
– Lidah-lidah seperti nyala api. Api sering digambarkan sebagai lambang kehadiran Allah (Kel. 19:18; Yes. 66:15) dan juga penyucian atau penghakiman (Yes. 4:4; Yer. 7:20; Yl. 2:30-31; Mal. 3:2-4; 4:1). Penampakan lidah-lidah seperti nyala api ini dapat diartikan sebagai kehadiran Allah yang Kudus untuk berkomunikasi dengan umat-Nya dan menuntun mereka (lih. Kel. 3:2-5; 19:18; 24:27; 40:38).
– Murid-murid bisa berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Apakah ini merupakan mukjizat pendengaran atau mukjizat berkata-kata? Dalam Kis. 2:6, 8 ditulis bahwa orang-orang mendengar bahasa asal mereka dikatakan oleh murid-murid. Sementara itu, klausa “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” dalam Kis. 2:4 menunjukkan murid-murid memang berkata-kata dalam bahasa yang asing bagi mereka. Jadi, ini merupakan mukjizat pendengaran dan berkata-kata sekaligus. Perlu ditekankan bahwa bahasa-bahasa yang dimaksud di dalam bagian ini benar-benar merupakan bahasa manusia. Ini lain dengan bahasa lidah yang kemungkinan bukan bahasa manusia, seperti yang tertulis dalam 1Kor. 12-14.
Mukjizat ini menyatakan bahwa penghukuman Allah melalui keberagaman bahasa pada peristiwa menara Babel (Kej. 11:1-9) telah usai. Allah menunjukkan niat-Nya untuk menyatukan orang-orang “dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why. 5:9-10; 7:9) di bawah pemerintahan Anak-Nya (Ef. 1:9-10), yang memberikan akses kepada Bapa melalui Roh Kudus (Ef. 2:14-18). Allah mewujudkan ini bukan melalui adanya bahasa tunggal, melainkan justru tetap menggunakan beragam bahasa. Pentakosta juga sangat terkait erat dengan dimulainya “Hari Tuhan” dalam kitab Yoel, sebagaimana yang dikhotbahkan Petrus dalam Kis. 2:14-21.
Pentakosta merupakan peristiwa yang sangat menentukan bagi tersebarnya Injil. Roh Kudus yang dicurahkan kepada orang-orang percaya menjadikan mereka memiliki keberanian dan kekuatan dalam mengabarkan Injil hingga ke ujung dunia.
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah berbahasa roh merupakan tanda yang mutlak dimiliki bagi orang yang sudah menerima Roh Kudus?Jelaskan jawaban Anda!
Panduan diskusi:
– “Bahasa roh” yang banyak dipraktikkan pada masa kini tidak sesuai dengan bahasa-bahasa yang dikatakan oleh para murid dalam Kis. 2:1-13. Di bagian ini, jelas disebutkan bahwa mereka berkata-kata dalam bahasa manusia. Bagian Alkitab yang mungkin bisa mendukung fenomena bahasa roh yang berbeda dengan bahasa manusia adalah 1Kor. 12-14.
– Namun di situ ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
- Menurut 14:28, orang yang berbahasa roh dalam suatu pertemuan ibadah harus berdiam diri jika tidak ada orang lain yang menafsirkannya bagi jemaat yang mendengarnya. Jadi, orang yang berbahasa roh dalam pertemuan ibadah masa kini sebenarnya tidak mengikuti tuntunan Alkitab.
- Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa semua orang percaya harus memiliki karunia bahasa roh. Jika diteliti secara gramatika bahasa Yunani Koine (bahasa Yunani yang umum digunakan pada zaman Perjanjian Baru), ucapan Paulus dalam 12:29-30 menyiratkan bahwa tidak semua orang percaya harus bisa berbahasa roh. Terlebih lagi, Paulus justru menunjukkan ada hal yang lebih utama dibanding semua karunia, yaitu kasih (1Kor. 12:31-13:1-13).
- Apa makna Roh Kudus bagi diri Anda sendiri?
Panduan diskusi:
– Beberapa ayat yang menyebutkan pentingnya Roh Kudus dalam kehidupan dan pelayanan orang Kristen: menimbulkan kasih (Rm. 5:5); memberi tuntunan hidup (Rm. 7:6; 8:1-16; Gal. 5:16-26), mengenal Allah (1Kor. 2:10-16), memberi karunia (1Kor. 12:1-13; 14:1-40), pembaruan hidup (Tit. 3:5-6), dan sebagainya.
– Kehadiran Roh Kudus tidak hanya membuat kita bersukacita saja, tetapi juga memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Inilah yang sebenarnya terjadi pada waktu Pentakosta. Tuntun peserta diskusi untuk benar-benar memahami poin ini dan ajak mereka memikirkan langkah-langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: