Belajar dari Zakheus (Luk. 19:1-10)
sumber gambar: pravoslavie.ru

Belajar dari Zakheus (Luk. 19:1-10)

1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. 4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” 6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” 9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:1-10)

RENUNGAN

sumber: wikipedia.com

Rockefeller merupakan salah satu orang terkaya sepanjang sejarah Amerika Serikat. Pada usia 33, dia sudah mendapatkan satu juta dolar yang pertama (tahun 1872!). Pada usia 43, dia menguasai perusahaan terbesar di dunia. Pada usia 53, dia dinobatkan menjadi orang terkaya di dunia, dan satu-satunya orang pada masa itu yang mempunyai kekayaan lebih dari satu miliar dolar.

Tentu banyak orang berpikir bahwa dengan kekayaan seperti itu, dia mudah saja menghambur-hamburkan uangnya untuk mendapatkan kesenangan. Ternyata, tidak. Kondisinya justru sangat mengenaskan. Dia menderita sebuah kelainan kejiwaan yang menyebabkan rambutnya rontok, tidak bergairah hidup, dan hanya bisa minum susu dan makan biskuit. Selain itu, dia sangat dibenci di wilayahnya sehingga dia mempekerjakan para pengawal selama 24 jam sehari. Dia mengalami susah tidur, tidak mampu tersenyum, dan tidak merasakan kenikmatan apa-apa dalam hidupnya.

Suatu kali, dokter memprediksi bahwa hidupnya tidak akan sampai tahun depan. Koran-koran pun sudah mempersiapkan tulisan untuk menyambut kematiannya. Di dalam masa seperti itu, Rockefeller merenungkan bahwa orang tidak akan membawa sepeser pun hartanya jika meninggal. Apalagi, Tuhan jelas tidak berkenan dengan kehidupannya yang penuh dosa. Akhirnya, Rockefeller pun bertobat dan mengaku percaya pada Kristus.

Sejak saat itu, hidupnya berubah. Dia banyak membantu gereja dan orang-orang miskin. Dia juga mendirikan yayasan yang bernama Rockefeller Foundation. Kelak, dari dukungan dana yayasan ini, banyak kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, seperti penemuan penisilin. Rockefeller pun bisa kembali menikmati hidupnya. Dan prediksi dokter yang mengatakan bahwa usianya hanya sampai 54 ternyata keliru. Dia bisa menjalani hidupnya hingga usia 98 (ilustrasi disadur dari sermoncentral.com).

Apa yang dialami oleh Rockefeller ini mirip dengan kisah Zakheus. Sebagai seorang kepala pemungut cukai, dia memiliki kekayaan yang luar biasa. Namun justru karena itu, dia juga dibenci oleh orang-orang sebangsanya. Jelas, karena para pemungut cukai merupakan orang-orang Yahudi yang berkhianat menjadi antek-antek romawi untuk memungut pajak dengan semena-mena kepada orang-orang sebangsanya. Walaupun bisa saja hidup berlimpah, tetapi Zakheus memiliki kekosongan dalam hatinya. Itulah yang menyebabkan dia berusaha bertemu dengan Tuhan Yesus.

Betapa senang hati Zakheus ketika akhirnya dia dapat berjumpa dengan Tuhan Yesus. Tetapi yang lebih mengejutkan adalah, Tuhan Yesus ternyata berkenan untuk menumpang di rumahnya! Bayangkan, orang-orang sekitarnya saja menjauhinya. Tetapi Tuhan Yesus sendiri, guru agama yang sedang naik daun pada saat itu, justru ingin menumpang di rumahnya. Ternyata, Tuhan Yesus jauh lebih agung dibanding apa yang orang-orang pikirkan. Itulah yang menyebabkan Zakheus rela kehilangan setengah hartanya dan berjanji untuk mengembalikan uang yang pernah dia peras, jika ada, sebanyak empat kali lipat. Peristiwa ini ditutup dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa Zakheus dan seisi rumahnya menerima anugerah keselamatan.

Bagaimana sikap kita sewaktu menjadi anak Tuhan? Apakah kita mengalami perubahan pola pikir seperti Lazarus? Percaya kepada Tuhan Yesus bukan sekadar mengaku di mulut saja dan merasakan luapan emosi sukacita sesaat. Tetapi, itu pasti diikuti dengan pertobatan, perubahan pola pikir, yang akan terwujud di dalam kehidupan kita. Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita pasti akan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23).

Oleh sebab itu, melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama bukanlah paksaan dari Tuhan. Tetapi, hal itu otomatis akan memancar dari diri kita ketika telah merasakan anugerah Tuhan. Jadi jika kita masih merasa “takut rugi karena Tuhan”, maka sebenarnya kita belum betul-betul memahami betapa besar anugerah Tuhan yang telah kita terima.

Kemudian, sebagaimana Allah aktif menjangkau orang-orang yang terhilang, kita pun hendaknya demikian. Jangan menganggap bahwa orang yang hidupnya berkecukupan tidak perlu kita tolong. Tanpa merasakan kasih Tuhan, mereka sesungguhnya merasakan kegersangan di dalam hatinya. Jangan sampai, berkat Tuhan yang luar biasa yang telah kita terima, kita simpan begitu saja.

 

PENGGALIAN

Perikop ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian kisah perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Sebagai klimaks, Lukas menunjukkan contoh bahwa Injil ditawarkan kepada semua orang, termasuk para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya. Kebenaran teologis ini sangat kental di dalam Injil Lukas yang menyatakan bahwa “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10).

Jabatan Zakheus adalah kepala pemungut cukai (Yun. archietlōnēs). Berarti, Zakheus memiliki beberapa anak buah. Pemungut cukai adalah pekerjaan yang dibenci oleh sesama orang Yahudi. Tidak jarang, mereka memungut pajak lebih tinggi dibanding dengan nilai yang sudah ditentukan. Kita dapat membayangkan bagaimana Zakheus, yang posisinya cukup tinggi, sangat dibenci oleh orang-orang sebangsanya.

Namun setelah bertemu langsung dengan Yesus, hidup Zakheus berubah. Salah satu aspek buah Roh, yaitu kemurahan, ditunjukkan oleh Zakheus. Dia menyedekahkan separuh hartanya bagi orang-orang miskin (standar murah hati menurut tradisi Yahudi adalah menyumbangkan 20% dari penghasilan). Kemudian, dia juga berjanji untuk mengganti empat kali lipat seandainya ada orang yang telah diperasnya (menurut Im. 6:1-5, hasil perasan cukup diganti ditambah seperlima). Zakheus menemukan bahwa relasi dengan Tuhan lebih penting dibanding harta. Pertobatan yang ditunjukkan oleh Zakheus ini berlawanan dengan pemimpin dalam Luk. 18:18-30, yang sama-sama kaya.

Beberapa poin yang terdapat dalam perikop ini adalah: 1) Yesus menjangkau orang-orang yang tersisih (Luk. 19:7); 2) Respons Zakheus (sukacita, kemurahan hati, dan perubahan pola pikir) setelah menerima anugerah Tuhan merupakan teladan bagi orang-orang percaya; 3) Relasi dengan Allah tidak hanya terjadi karena panggilan Yesus, tetapi juga respons orang tersebut (bandingkan antara respons Zakheus dengan respons orang banyak); 4) Yesus melihat hati, bukan apa yang tampak di luar.

 

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apa perubahan yang Anda alami ketika pertama kali mengaku percaya kepada Kristus, atau ketika menyadari bahwa Tuhan sudah menebus dosa Anda?

Panduan diskusi:

– Biarkan peserta diskusi mengungkapkan apapun yang menjadi pengalamannya. Pemimpin diskusi bisa mengarahkan bahwa percaya kepada Kristus tidak hanya menyebabkan kita merasakan sukacita, tetapi juga mewujudkan sukacita tersebut ke dalam kehidupan (seperti Zakheus).

  1. Apakah mungkin pada saat mengaku percaya kepada Yesus, orang bisa tidak merasakan sukacita? Jika demikian yang terjadi, apa akibatnya?

Panduan diskusi:

– Pertanyaan ini seperti apakah mungkin seseorang tidak bersukacita ketika mendapatkan hal yang menurutnya berharga? Tentu tidak mungkin. Seseorang pasti merasakan sukacita ketika dia mendapatkan hal yang diidam-idamkannya, entah itu pasangan hidup, anak, barang-barang, atau yang lainnya. Dalam salah satu perumpamaan, Tuhan Yesus mengatakan: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu” (Mat. 13:44). Jika seseorang tidak merasakan sukacita ketika menerima Kristus, maka itu berarti dia belum benar-benar memahami seberapa besar anugerah Tuhan.

– Orang-orang yang tidak memahami besarnya anugerah Tuhan pasti akan menjalani kehidupan yang berlawanan dengan Alkitab. Misalnya, malas pergi ke gereja, ogah-ogahan ikut katekisasi dan pelajaran Agama Kristen, hitung-hitungan dalam pelayanan, susah untuk berbagi kepada sesama, tidak takut untuk berbuat dosa, dan sebagainya. Lebih tragis lagi, karena tidak memahami nilai anugerah Tuhan, seseorang bisa menolaknya (walaupun tampak luar masih mengaku Kristen). Tentu saja, dia tidak akan kehilangan hidup kekal (Rm. 6:23)!

  1. Apakah orang-orang yang sungguh-sungguh Kristen bisa kehilangan sukacita Tuhan? Jika demikian, bagaimana mengatasinya?

Panduan diskusi:

– Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, sukacita Tuhan yang kita alami bisa luntur. Ini bisa disebabkan karena berbagai hal: rutinitas kesibukan, penderitaan hidup, atau dosa.

– Untuk mengatasinya, kita harus senantiasa menjaga relasi dengan Allah. Rutin berdoa dan merenungkan firman Tuhan merupakan kebiasaan rohani yang baik. Dengan terus diisi oleh kebenaran Allah, maka pikiran kita tidak akan kehilangan fokus.

 

Referensi:

Bock, Darrell L. Luke 9:51-24:53. BECNT. Grand Rapids: BakerBooks, 1996.

Green, Joel B. The Gospel of Luke. NICNT. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1997. Grand Rapids: BakerBooks, 2013.

Marshall, I. Howard. Commentary on Luke. NIGTC. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1978.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply