Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mzm. 119:105)
Bagi orang percaya, membaca Alkitab adalah sebuah kebutuhan hidup dan sukacita yang tak tergantikan. Di dalamnya, kita dapat belajar mengenai kasih Allah dan pergumulan hidup manusia sepanjang zaman. Orang Kristen yang gemar membaca Alkitab, dan belajar melakukannya, akan mendapatkan hikmat yang tidak akan bisa didapatkan dari dunia.
Selain membaca Alkitab, kita pun dapat belajar dari pengalaman-pengalaman rohani yang dialami oleh orang lain. Oleh sebab itu, saya beranggapan bahwa membaca renungan harian juga merupakan sebuah aktivitas rohani yang membangun. Saya tidak sepakat dengan pendapat bahwa kita perlu membaca Alkitab secara pribadi, jangan membaca renungan yang ditulis oleh orang lain. Memang membaca renungan harian tidak boleh menggantikan penggalian Alkitab secara pribadi. Namun dengan mengabaikan renungan harian, saya mendapati ada beberapa kerugian:
1. Kita akan melewatkan hikmat Tuhan yang Dia berikan melalui orang lain. Harus diakui bahwa seberapapun dalam penggalian Alkitab yang kita lakukan, itu tetap tidak sempurna. Selalu saja ada orang lain yang menemukan kekayaan-kekayaan yang mungkin terlewatkan oleh kita.
2. Kita akan melewatkan pelajaran yang didapat dari pengalaman orang lain. Apakah kita semua akan “beruntung” untuk mengalami: kebangkrutan, kelemahan fisik, sakit berat, ditinggalkan pasangan atau anak? Tentu tidak. Dengan membaca renungan yang ditulis oleh orang-orang yang pernah mengalami hal tersebut, kita dapat belajar lebih dalam tentang kasih Tuhan.
3. Kita akan melewatkan penguasaan kita terhadap Alkitab. Bagi yang sering menyampaikan khotbah atau renungan, maka kebiasaan membaca renungan harian yang kita lakukan dapat memperkaya isi khotbah yang kita sampaikan. Kita tidak akan kehabisan bahan ilustrasi, aplikasi, serta pengajaran. Dengan sering membaca renungan harian, kita akan diperkaya dengan sudut pandang terhadap suatu teks Alkitab (tentu sudut pandang yang tidak keluar dari konteks).
Yang perlu diperhatikan adalah kita harus pandai-pandai menggunakan renungan harian yang bermutu. Berikut beberapa contoh renungan harian yang biasa saya pakai:
1. Henry T. Blackaby dan Richard T. Blackaby, “Experiencing God Day by Day: Devotional.”
Harga sekitar Rp. 250.000,00 (BookDepository). Belum ada terjemahan bahasa Indonesia. Renungannya padat, ringkas, dan mendalam. Jika Anda adalah pelayan firman Tuhan, maka renungan ini dapat menjadi bahan belajar pribadi.
2. Billy Graham, “Unto the Hills.”
Harga sekitar Rp. 75.000,00 (Anda dapat menemukannya di berbagai toko buku rohani maupun online store). Renungan ini sangat cocok bagi orang-orang Kristen yang ingin belajar dasar-dasar iman Kristen. Disajikan dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti.
3. ODB Ministries, “Santapan Rohani.”
Renungan yang sangat banyak dipakai oleh orang-orang Kristen dari berbagai penjuru dunia. Anda juga dapat mendaftarkan orang lain yang kesulitan mengakses Internet (tiap tiga bulan akan dikirimkan via pos secara gratis). Jika Anda sedang mempelajari bahasa asing, maka renungan harian dari Our Daily Bread ini dapat digunakan sebagai alat bantu belajar. Selain mendapatkan hikmat Tuhan, kita pun “dipaksa” untuk membaca literatur dalam bahasa tersebut setiap harinya. Ibarat pepatah “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.”
Apakah Anda memiliki renungan harian favorit lainnya?