Pada tahun 2017, masyarakat Indonesia digemparkan dengan kasus pedofilia online. Apa sebenarnya dan bagaimana kita sebagai orang tua dapat mencegah anak-anak kita untuk menjadi korban? Bahan seminar ini dapat memperlengkapi Anda untuk mengenal fenomena kejahatan ini dan apa yang bisa Anda lakukan untuk mencegah timbulnya korban.
Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedofilia berarti “kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual.” Sementara itu, pelaku pedofilia disebut dengan pedofil.
Natur Internet dan Dunia Maya
Terdapat tiga “A” yang melekat pada Internet, yaitu:
Accessibility. Internet dapat diakses kapan saja dan dari mana saja.
Affordability. Dengan adanya Internet, informasi dapat didapat dengan semakin cepat, mudah, dan murah.
Anonimity. Di dunia maya, seseorang dapat menyamarkan identitas pribadinya.
Ketiga hal tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan seksual di Internet. Mereka biasa disebut dengan istilah online predator, yaitu seseorang yang menggunakan komputer, khususnya Internet, untuk berkomunikasi dengan anak di bawah umur (melalui e-mail, chat, atau instant messaging) supaya dia dapat melakukan kekerasan seksual
terhadap anak tersebut. Dengan adanya Internet, mereka semakin mudah dan aman untuk menjerat korban, semakin banyak cara untuk mendapatkan informasi dan mengancam korban, serta semakin mudah untuk saling membagi informasi dengan para pelaku kejahatan seksual lainnya.
Bagaimana Mewaspadai Pedofil Online (Online Predator)?
Terdapat tiga metode dalam mewaspadai online predator:
1. Kenali tanda-tanda bahaya. Meliputi: pelajari modus yang biasa dilakukan online predator, pahami teknik grooming (proses persiapan yang dilakukan oleh seorang online predator untuk membangun emosi dengan calon korbannya), waspadai ajakan untuk bertemu secara fisik, hati-hati dengan bujukan dan rayuan, identifikasi perilaku yang mencurigakan, serta kenali perubahan perilaku anak.
2. Tangani kecurigaan kita. Meliputi: bicaralah dengan anak, periksa media yang biasa dilakukan anak untuk berselancar di dunia maya.
3. Gunakan Interent secara aman. Meliputi: tetapkan batas, pasang parental control software (seperti Qustudio, Kidlogger, Norton Family, Microsoft Family Features, atau minimal Google SafeSearch), jaga kerahasiaan data pribadi, hindari chat room pribadi, serta gunakan logika dan insting.
Sebagai orang tua, kita harus mulai menerapkan kewaspadaan ini di dalam keluarga kita. Jangan lengah karena kita tidak sepenuhnya tahu dunia anak-anak kita dan apa yang mereka biasa lakukan dengan menggunakan Internet.
Para Orang Tua, Belajar, Belajar, dan Teruslah Belajar!
Yang lebih penting lagi, orang tua harus selalu belajar! Jangan menyerah dengan gaptek (gagap teknologi), demi masa depan anak-anak kita. Banyak kasus pedofilia online terjadi karena para orang tua tidak mengenal bagaimana anak-anak mereka menggunakan Internet. Oleh sebab itu, belajarlah! Banyak buku dan sumber online yang bisa kita gunakan. Selain itu, kita juga bisa meminta bantuan orang lain untuk mengajari kita.
Internet Menurut Pandangan Kristen
Jika demikian, apakah kita harus menjauhi Internet? Tentu tidak. Dengan perkembangan zaman, tidak mungkin kita menghindari Internet. Lagipula, banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan melalui Internet.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian orang Kristen:
1. Pada hakikatnya, Internet sendiri tidak bersifat jahat, walaupun bisa disalahgunakan.
2. Pergunakanlah Internet untuk menjadi saksi Kristus.
3. Anak muda Kristen harus menjadi perintis dalam memanfaatkan Internet secara sehat.
Ketiga poin tersebut selaras dengan mandat Allah kepada manusia, yaitu “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej. 1:28).
(diolah dari berbagai sumber)
Silakan unduh materi lengkap dan juga referensi-referensi yang digunakan dengan [klik link ini].