3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. (1Ptr. 1:3-5)
Kehidupan Kristen bisa digambarkan dengan sebuah perjalanan yang panjang. Namanya perjalanan panjang, tentu tidak selamanya mudah. Pada titik-titik tertentu, itu bisa sangat melelahkan dan menyakitkan. Tidak jarang, bahkan bisa membuat seseorang menyerah. Misalnya dalam kasus berikut ini….
Pete Wilson, seorang pendeta di Amerika Serikat, sangat sukses pelayanannya jika diukur menurut pandangan dunia. Dia mendirikan gereja Cross Point pada tahun 2002 hingga berkembang menjadi enam cabang dengan 7500 jemaat. Pelayanan gerejanya sangat luas, mulai dari penginjilan kepada para narapidana, pengentasan kemiskinan, hingga mendirikan sekolah di India. Bahkan, Pete sendiri menerbitkan buku yang menjadi bestseller.
Tiba-tiba, dia mengejutkan banyak orang ketika mengumumkan pengunduran dirinya dari kependetaan pada tahun 2016. Rupanya, dia mengalami burn out, stres berat, akibat dari ritme pelayanannya yang sangat padat.
Kisah seperti ini bukan satu-satunya yang terjadi di dalam dunia Kekristenan. Selain mundur dari pelayanan, beberapa orang Kristen lainnya memutuskan untuk bercerai, meninggalkan iman, atau bahkan mengakhiri hidupnya. Jika dicermati, penyebabnya sama, yaitu mereka telah kehilangan pengharapan. Mereka merasa bahwa kesulitan hidup yang harus mereka tanggung untuk mentaati perintah Tuhan terlalu besar, sehingga mereka memilih jalan pintas yang dirasa lebih mudah.
Di dalam 1Ptr. 1:3-5 ini, Petrus menguatkan hati jemaat yang tersebar di Asia Kecil (sekarang daerah Turki) yang sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Pada waktu itu, orang-orang Kristen sangat dimusuhi oleh pemerintahan Roma karena iman mereka. Konsekuensinya, mereka bisa kehilangan harta, kesehatan, penghidupan sehari-hari, dan bahkan nyawa. Pengalaman tersebut sangat memukul iman jemaat dan hampir-hampir membuat mereka putus asa.
Di tengah keadaan yang seperti itu, Petrus mengingatkan kepada mereka tentang pengharapan terhadap apa yang akan mereka terima di dalam Kristus. Walaupun di dunia ini mereka bisa kehilangan segalanya, tetapi mereka dijanjikan sesuatu yang luar biasa di surga: “yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu” (ay. 4). Dan sukacita yang didapat setelah menerimanya kelak bisa membuat segala penderitaan yang telah dialami di dunia ini terhapus seketika, seperti tertulis dalam Why. 21:4: “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Walaupun tidak menghadapi penganiayaan seperti halnya jemaat di Asia Kecil, namun kita tetap bisa mengalami kesulitan ketika menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam pelayanan maupun hidup sehari-hari. Yang mudah terlihat, mengalami kerugian (baik uang, tenaga, waktu, atau perasaan). Tidak jarang, itu bisa membuat kita kecewa. Tetapi jika dibandingkan dengan apa yang akan kita terima di surga, sesungguhnya semua itu tidak akan ada artinya.
Seorang tokoh Katolik dari abad ke-16, Francis de Sales, memaparkan pelajaran dari seorang anak kecil yang suka main rumah-rumahan. Ketika rumah-rumahan itu dirusak, maka anak kecil tersebut pasti menangis karena sedihnya. Padahal, ketika dia sudah dewasa dan bisa menikmati hal-hal yang jauh lebih keren, maka rumah-rumahan itu tentu tidak ada artinya lagi.
Demikian juga sebagai orang Kristen. Jangan kehilangan pengharapan dalam menjalani panggilan Tuhan dan menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dengan taat. Seberat apapun kesulitan yang harus kita alami, ingat, Tuhan sudah menjanjikan hal yang jauh lebih indah di surga. Jangan pernah kecewa dan hitung-hitungan dengan Tuhan. Apalah artinya kehilangan sesuatu yang fana di dunia, jika kita dijanjikan untuk menikmati sukacita kekal bersama Kristus di surga. Itulah yang akan membuat kita mampu menjalani hidup dengan penuh kesetiaan pada Tuhan sampai akhir.
Pertanyaan Diskusi:
- Ceritakan permasalahan yang pernah Anda alami sebagai pengikut Tuhan (misalnya: pebisnis Kristen, politisi Kristen, ataupun dalam pelayanan di gereja). Bagaimana Anda mengatasinya saat itu dan apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
- Apakah tandanya seseorang yang sedang kehilangan pengharapan? Bagaimana kita dapat melayani orang-orang seperti itu?
- Komitmen apakah yang akan Anda ambil dalam pelayanan/kehidupan sehari-hari setelah diingatkan kembali tentang pengharapan di dalam Tuhan ini?
Pendalaman Materi:
Terdapat perdebatan dalam diskusi akademis mengenai pada masa kaisar siapakah surat 1Petrus ini ditulis. Sebagian meyakini surat ini ditulis pada masa pemerintahan kaisar Domitianus (tahun 81-96) atau kaisar Trajan (tahun 98-117). Namun demikian, jika memang penulisnya adalah rasul Petrus, maka kemungkinan besar surat ini ditulis pada masa pemerintahan kaisar Nero (tahun 54-68).
Kaisar Nero dikenal sebagai penguasa yang sangat kejam. Pada tahun 64, kota Roma dibakar, dan dia merupakan tersangka utamanya. Namun demikian, dia menimpakan kambing hitam pada orang-orang Kristen, yang pada masa itu dikenal sebagai pecahan Yahudi yang sangat fanatik. Oleh sebab itulah, orang-orang Kristen dianiaya. Bahkan, menurut catatan sejarah dari Tacitus, kaisar Nero sampai menusuk tubuh orang-orang Kristen untuk dijadikan obor. Sebagian lainnya dijadikan umpan binatang buas sebagai pertunjukan hiburan.
Apakah Allah melalaikan umat-Nya? Sebagaimana telah dinyatakan dalam Alkitab, Allah senantiasa menyertai umat-Nya di tengah segala kekacauan dunia. Bahkan sekalipun sampai kehilangan nyawa, Allah telah menyediakan hidup kekal bagi umat-Nya.