“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk. 14:26)
Banyak orang Kristen bertanya mengapa Tuhan Yesus memerintahkan pengikut-Nya untuk membenci orang tua dan keluarga mereka dalam Luk. 14:26 ini. Bahkan ayat ini juga menjadi “sasaran empuk” bagi orang-orang untuk menyerang Alkitab (contohnya klik di sini). Bagaimana kita menjawabnya?
Permasalahan ini sebenarnya sangat mudah untuk diselesaikan jika kita menggali bahasa aslinya (Yunani Koine, bahasa yang digunakan untuk menuliskan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru). Di dalam bahasa asli, ayat tersebut berbunyi demikian:
Εἴ τις ἔρχεται πρός με καὶ οὐ μισεῖ τὸν πατέρα ἑαυτοῦ καὶ τὴν μητέρα καὶ τὴν γυναῖκα καὶ τὰ τέκνα καὶ τοὺς ἀδελφοὺς καὶ τὰς ἀδελφάς, ἔτι τε καὶ τὴν ψυχὴν ἑαυτοῦ, οὐ δύναται εἶναί μου μαθητής.
Kata “membenci” rupanya diterjemahkan dari kata μισέω (miséō), yang di dalam ayat tersebut berubah bentuk menjadi μισεῖ (karena menyatakan kata kerja bagi orang ketiga tunggal, Present Aktif Indikatif). Selain bisa bermakna “membenci,” kata ini juga bisa bermakna “memandang rendah,” “bersikap tidak peduli,” atau “tidak menghiraukan.” Kata ini muncul sebanyak 40 kali dalam Perjanjian Baru dan semuanya diterjemahkan dengan “membenci” (kecuali dalam Yoh. 12:25, yaitu “tidak mencintai (nyawanya).
Dengan rentang makna yang demikian, kita bisa mengerti bahwa yang Tuhan Yesus ajarkan sebenarnya bukan membenci orang tua dan keluarga kita, tetapi jangan mengasihi mereka lebih dibanding mengasihi Tuhan. Jelas sekali Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita, serta mengasihi sesama (Mat. 19:19). Tidak mungkin Dia memerintahkan hal yang berlawanan dengan itu.
Jika kita membacanya dalam terjemahan BIMK akan lebih jelas:
“Kalau orang datang kepada-Ku, tetapi lebih mengasihi ibunya, bapaknya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, malah dirinya sendiri, ia tidak bisa menjadi pengikut-Ku.” (Luk. 14:26 BIMK)
Ingat, Terjemahan Baru (TB) menekankan aspek formal. Dengan begitu, kata-kata yang ada diterjemahkan sedekat mungkin dengan bentuk aslinya. Sementara itu, Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini lebih menekankan aspek makna sehari-harinya.
Jadi, jangan bingung lagi ya…. Dan kiranya kita bisa menjelaskannya pada orang lain.
(Diolah dari berbagai sumber, terutama “Teks Alkitab Berbeda: Mengapa?” terbitan LAI 2006)