Apakah Ada Kata yang Hilang dalam 1Kor. 9:15?
sumber gambar: www.churchofjesuschrist.org

Apakah Ada Kata yang Hilang dalam 1Kor. 9:15?

Bagi kita yang membaca Alkitab secara cermat, mungkin pernah menemui kesulitan untuk mengartikan tanda “.. !” yang muncul dalam 1Kor. 9:15 berikut: “Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada … ! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga!

Tanda “.. !” tersebut sekilas dapat membingungkan karena seolah-olah ada kata yang hilang dan kalimatnya belum selesai. Memang benar, dalam bahasa Yunaninya pun, terlihat bahwa Paulus tidak menyelesaikan perkataannya.

καλὸν γάρ μοι μᾶλλον ἀποθανεῖν ἤ — τὸ καύχημά μου οὐδεὶς κενώσει.

Terjemahan literal: Sebab bagiku lebih baik mati daripada… [ada jeda di sini] tidak ada yang akan meniadakan kemegahanku!

Penghentian ini menandakan adanya emosi tertentu yang sedang dirasakan oleh seorang pembicara/penulis (seperti halnya pada 1Kor. 6:9; 15:1-2; Gal. 2:3-5, 6; 6:12; Flp. 2:29). Gaya bahasa semacam ini disebut aposiopesis. Istilah ini sebenarnya juga dikenal dalam bahasa Indonesia. KBBI mengartikan aposiopesis sebagai “penghentian pikiran yang belum lengkap secara tiba-tiba (dapat berupa penghentian kata atau frasa, pemutusan kalimat).”

Jadi, bukan berarti terjemahan LAI salah. Atau, Alkitab yang kita miliki kurang lengkap (ada bagian yang hilang). Tetapi memang Paulus sengaja tidak melengkapi kalimat tersebut karena luapan emosinya.

Ini mirip dengan apa yang kita lakukan sehari-hari. Misalnya, “Saya memang berniat untuk menyelesaikan permasalahan ini dengannya, tetapi…. Ya, begitulah.” Kalimat tersebut tidak lengkap untuk menunjukkan emosi tertentu (dan si pendengar sudah tahu artinya).

Sebenarnya, apa maksud Paulus dalam bagian yang sengaja dihentikan itu? Kita dapat melihatnya dari beberapa terjemahan Alkitab:

TB2: Sebab lebih baik aku mati daripada berbuat seperti itu.

BIMK: Lebih baik saya mati daripada kehilangan hal yang saya banggakan itu.

ESV: For I would rather die than have anyone deprive me of my ground for boasting.

NIV: for I would rather die than allow anyone to deprive me of this boast

NRSV: I would rather die than that—no one will deprive me of my ground for boasting!

Penafsiran tersebut bisa didapat jika kita mencermati seluruh perikop ini (bahkan seluruh kitab). Dalam pasal 9 ini, Paulus memaparkan bahwa sebagai rasul, dia berhak untuk menerima dukungan finansial dari jemaat di Korintus yang dia layani (ay. 1-14). Tetapi, dia rela mengesampingkan hak tersebut dan memilih untuk tetap menafkahi dirinya dengan menjadi  pembuat tenda demi mencapai tujuan yang lebih tinggi (ay. 15-27).

Perhatikan, Paulus tetap menerima dukungan finansial dari tempat-tempat lain yang dilayaninya (2Kor. 11:7-11). Tetapi khusus di Korintus, Paulus memilih untuk tidak menerimanya. Mengapa? Karena Paulus ingin membedakan dirinya dengan orang-orang pandai di Korintus yang sering menggunakan kemampuan bicara mereka untuk mencari kekayaan dan nama besar. Dia tidak mau, dengan menerima dukungan finansial dari jemaat Korintus, maka Paulus tidak lagi bisa memberitakan Injil dengan leluasa. Di sinilah Paulus bermegah, karena dapat memberitakan Injil tanpa “upah” (yang dapat membuat orang keliru menangkap motivasinya)!

Sebagai seorang yang dewasa rohani, Paulus memberi teladan kepada jemaat Korintus bahwa dia rela mengesampingkan hak demi kemajuan pekerjaan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah memiliki prinsip yang sama? Allah telah mencurahkan berkat-berkat-Nya bagi kita. Bahkan, Anak-Nya sendiri pun Dia korbankan. Relakah kita kehilangan secuil hak demi menuntun banyak orang menerima anugerah Allah?

Contoh kecil saja, kita dapat menahan diri untuk tidak melakukan hobi kita untuk sementara waktu. Uangnya kita tabung dan kita persembahkan untuk mendukung pelayanan tertentu di gereja, mendukung lembaga misi, atau membantu orang yang sedang kesusahan (terutama di masa pandemi ini). Dengan terbiasa melakukan itu dari hal-hal kecil, maka Tuhan akan menuntun kita untuk nantinya Dia libatkan dalam hal-hal yang lebih besar lagi, seperti Paulus.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply