26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (Rm. 8:26-27)
Diperkirakan ada sekitar 4200 agama di dunia ini. Salah satu elemen yang menonjol dalam sebuah agama adalah doa. Demikian pula, Kekristenan memandang doa sebagai sebuah aktivitas rohani yang penting. Bahkan ada kutipan yang berbunyi, “doa adalah nafas kehidupan orang percaya.” Hal ini didukung juga oleh Alkitab. Misalnya, rasul Paulus mengingatkan “bertekunlah dalam doa” (Kol. 4:2). Jadi, doa merupakan undangan dari Tuhan sendiri dan kita diminta untuk melakukannya dengan setia.
Tetapi, banyak orang yang gagal untuk setia dalam berdoa. Mengapa? Saya mengamati ada dua ekstrim. Pertama, sebagian orang tidak berdoa karena merasa hidupnya baik-baik saja. Kedua, sebagian orang lainnya berhenti berdoa karena merasa persoalan hidup mereka terlalu berat. Apalagi, telah lama jawaban doa yang dinanti tidak kunjung terjadi.
Untuk menanggapi hal tersebut, mari kita renungkan Rm. 8:26-27. Bagian yang menjadi kunci dari ayat ini adalah “Roh membantu kita dalam kelemahan kita.” Berlawanan dengan banyak ajaran yang menonjolkan kekuatan manusia, Allah justru mengajarkan bahwa kita itu sebenarnya lemah. Inilah yang menjadi titik awal untuk berdoa. Tanpa menyadari diri kita lemah, maka kita tidak akan memiliki dorongan untuk berdoa.
Apa kelemahan kita? Sebagai manusia, kita rentan terhadap ketidaksempurnaan yang ada di dunia. Kita tidak bisa menghindari sakit, penuaan, dan kematian. Juga, permasalahan hidup yang berat bisa tiba-tiba terjadi. Sementara, di dalam diri kita pun ada perjuangan melawan dosa, yang sering kali sangat berat untuk dilawan dengan kekuatan manusiawi kita.
Inilah yang coba dijelaskan Paulus dalam surat Roma pasal ke-8 ini. Walaupun kita telah dibebaskan dari ancaman hukum Taurat karena Kristus, tetapi kita masih harus merasakan perjuangan hidup di dunia. Inilah yang dirasakan oleh jemaat di Roma yang sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Syukurlah, janji Tuhan Yesus untuk memberikan Penolong telah digenapi (Yoh. 14:16) sehingga kita bisa hidup dalam Roh. Artinya, kita akan selalu disertai oleh Roh Kudus dalam setiap perjuangan hidup kita, termasuk dalam berdoa. Bagaimana cara-Nya?
Dalam bahasa aslinya, kata membantu tadi juga memiliki makna “turut memikul beban.” Roh Kudus akan menopang kita ketika kita tidak mampu untuk berkata “Jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42) di tengah kesulitan hidup kita. Dia akan membantu kita untuk mengutarakan kerinduan hati kita yang terdalam kepada Allah, yang juga mengetahui seluruh isi hati kita (ay. 27). Lihat, ada kerja sama di antara Allah Tritunggal ketika kita berdoa, sehingga kita yakin bahwa jawaban doa yang kita terima pasti yang terbaik.
Inilah kekuatan doa yang hanya dimiliki oleh orang percaya. Ketika berdoa, kita masuk ke dalam wilayah spiritual melalui pekerjaan Roh Kudus. Kita akan mendapat kekuatan dan cara pandang yang benar, walaupun kesulitan hidup masih ada. Jadi, jangan sampai lagi kita berdoa dengan kekuatan sendiri. Tanpa melibatkan Roh Kudus, maka doa kita akan berpusat pada diri sendiri. Hambar. Suatu saat, kita pasti akan kehilangan gairah untuk berdoa.
Setelah memahami ini, tidak heran kalau kita melihat bahwa semua tokoh pelayanan pastilah juga seorang pendoa. Termasuk, Anak Allah sendiri. Teladanilah mereka semua, supaya kita tetap teguh berdiri dalam menjalankan kehendak Tuhan di tengah segala kesulitan hidup yang ada. Amin.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan
- Bagaimana kehidupan doa Anda sekarang ini? Apa yang menyebabkan Anda bisa merasa kurang bergairah untuk berdoa?
- Jika Allah mengetahui isi hati kita, mengapa kita masih perlu berdoa?
- Jika Allah telah memiliki jawaban untuk setiap doa kita, mengapa kita masih perlu berdoa? Apa manfaatnya bagi kita?
- Apakah jawaban doa yang sesuai dengan kehendak Allah akan membawa sukacita dalam diri kita? Mengapa?