Bahasa roh/bahasa lidah (glossolalia) merupakan fenomena yang umum menjadi perdebatan di kalangan Kekristenan. Karena fenomena ini tercatat dalam Alkitab, mari kita pelajari baik-baik…..
Yang pertama harus diperhatikan adalah, bahasa yang terdapat di dalam Kis. 2:1-13 jelas merupakan bahasa manusia. Buktinya, orang-orang mendengar para rasul itu berbicara dalam bahasa asal mereka sendiri (perhatikan ay. 7-11).
Bahasa roh yang sering dimaksudkan orang, yaitu bahasa yang tidak dimengerti manusia, didukung oleh 1Kor. 12-14. Dalam bagian ini, Paulus menyiratkan bahasa tersebut bukan bahasa manusia biasa (1Kor. 13:1; 14:2, 11, 13-19, 23).
Karena itulah, dalam terjemahan BIMK disebut “bahasa yang ajaib.” Jangan buru-buru menganggap bahasa roh tidak ada.
Namun demikian, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan ini….
1. Alkitab tidak menyatakan bahwa semua orang harus bisa berbahasa roh.
Ini sangat jelas terlihat dari konstruksi gramatika yang digunakan dalam bahasa Yunaninya. Dalam 1Kor. 12:29-30, pertanyaan Paulus menggunakan kata μὴ (mē), yang menegaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak.
“Adakah mereka semua mendapat karunia untuk… berkata-kata dalam bahasa roh?“
Jawaban tersirat: TIDAK!
2. Alkitab mengatur penggunaan bahasa roh dalam ibadah.
Misalnya, orang yang berbahasa roh dalam suatu pertemuan ibadah harus berdiam diri jika tidak ada orang lain yang menafsirkannya (1Kor. 14:28).
Perhatikan ibadah di gereja kita. Seandainya pun “bahasa roh” yang dipakai oleh orang-orang masa kini (ataupun kita, yang yakin memiliki karunia ini) adalah asli, tepatkah jika digunakan sembarangan dalam ibadah?
3. Bahasa roh bukan merupakan tanda bagi orang beriman.
Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; (1Kor.14:22a)
Alkitab sering menyatakan bahwa orang yang mencari “tanda-tanda” justru menunjukkan orang itu masih bayi rohani, bukan dewasa rohani.
4. Bahasa roh tidak berkaitan dengan tingkat kerohanian seseorang.
Ada yang menganggap bahwa ini terkait dengan dipenuhi Roh Kudus (Ef. 5:18). Padahal dalam ayat tersebut, dipenuhi Roh Kudus intinya keserupaan dengan Kristus. Inilah tanda kedewasaan rohani.
Kemudian, jika membaca surat 1Kor. baik-baik, walaupun bisa berbahasa roh namun di antara mereka malah ada perselisihan, perpecahan, dan dosa-dosa lainnya.
5. bahasa roh itu bukan merupakan salah satu unsur/karakteristik buah Roh.
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Gal. 5:22-23).
Kesembilan karakteristik buah Roh itulah yang harus terwujud di dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan bahasa roh (karena tidak semua orang mendapatkannya).
Bagaimana sebaiknya sikap kita?
Kita harus memahami bahwa bahasa ini merupakan karunia Roh. Artinya, terserah Roh Kudus yang memberikan, jangan kita yang memaksakan untuk mendapatkannya.
Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. (1Kor.12:11)
Kemudian jika ada di antara kita yang yakin memiliki karunia ini, namun justru menjadikan kita tinggi hati, maka itu berlawanan dengan sifat Roh Kudus sendiri.
Paulus sendiri, walaupun memahami pentingnya karunia Roh (termasuk bahasa roh), menyatakan bahwa tanpa kasih, semua karunia itu percuma (1Kor.13:1-3)!
Bagi kita yang tidak memiliki karunia bahasa roh juga tidak perlu merendahkan mereka yang merasa memiliki karunia ini!
Alkitab sering menyatakan bahwa orang yang mencari “tanda-tanda” justru menunjukkan orang itu masih bayi rohani, bukan dewasa rohani.
Bedasarkan pernyataan diatas Apakah pernyataan tersebut tidak bertentangan dengan apa yang ditulis oleh rasul paulus?
1 Korintus 14:1 (TB) Kejarlah kasih itu dan USAHAKANLAH DIRIMU memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
Bukankah pernyataan tersebut diluar konteks kebenaran yang dipaparkan oleh paulus
Kita mencari kebenaran bukan pembenaran untuk mempertahankan pendapat sendiri
Konteksnya, ada orang Kristen yang masih terpaku pada hal-hal spektakuler. Sehingga kalau ada “tanda-tanda” yang dirasa ajaib, mudah terpukau. Akibatnya, para pengajar yang mengajarkan sesuatu di luar Alkitab, namun terlihat spektakuler, akan banyak diikuti.