Hidup Bisa Berubah, Tetapi Allah Tidak! (Mzm. 102:26-28)
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Hidup Bisa Berubah, Tetapi Allah Tidak! (Mzm. 102:26-28)

26 Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. 27 Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; 28 tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan. (Mzm. 102:26-28)

Di dalam falsafah Jawa, ada istilah yang disebut dengan “cakra manggilingan.” Cakra berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti roda. Hidup itu seperti roda yang berputar. Jika sedang berada di atas, ingat, mungkin secara tiba-tiba kita bisa jatuh ke bawah. Sebaliknya, jika sedang berada di bawah, jangan putus asa karena kita pun suatu saat bisa naik ke atas.

Hidup yang tidak menentu seperti ini sungguh sangat membuat manusia khawatir. Misalnya, apa yang terjadi selama pandemi COVID-19 ini. Banyak pengusaha yang tadinya terlihat kuat, satu persatu menutup usahanya. Orang-orang terkena PHK. Belum lagi mereka yang harus kehilangan anggota keluarga. Rasa aman menjadi hal yang semakin susah didapat.

Sebagai orang percaya, kita tentu sering mendapat pengajaran untuk bersandar pada Allah di tengah kesulitan hidup. Tetapi, mungkin saja masih ada kekhawatiran dalam diri kita. Mengapa demikian? Salah satunya, mungkin kita belum terlalu mengenal Allah itu seperti apa.

Jika kita membaca Mazmur 102 ini, sejak ayat-ayat permulaan pun kita akan tahu bahwa mazmur ini termasuk mazmur ratapan. Mazmur ini menceritakan pergumulan hidup yang dialami oleh pemazmur. Pergumulan yang begitu berat, sampai-sampai pemazmur tidak bernafsu untuk makan (ay. 5) dan tidur (ay. 8). Pemazmur merasakan kesendirian di tengah celaan orang atas apa yang dialaminya (ay. 9), hingga dia berpikir bahwa Allah sedang murka kepadanya (ay. 11). Apakah kita pernah mengalami hal yang mirip?

Beberapa orang merasa hidup sudah berakhir ketika kehilangan pekerjaan. Padahal, itu tidak ada artinya dibanding apa yang dinyatakan dalam ayat ke-27, yaitu langit dan bumi pun akan binasa. Apa yang selama ini dicari dan dijadikan sandaran manusia, akan lenyap ketika Allah memperbarui seluruh ciptaan-Nya setelah akhir zaman.

Apakah ini menjadikan manusia sama sekali tidak ada harapan? Tidak. Mulai ayat ke-13, pemazmur menyatakan kepercayaannya pada Allah, yang kekal, mahakuasa dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Pengenalan akan Allah seperti inilah yang membuat pemazmur tidak putus asa. Pemazmur tahu, di tengah segala kehidupan yang bisa tiba-tiba berubah, ada satu yang tidak berubah, yaitu Allah. Dia tetap ada dan tetap sama (ay. 27-28). Ketidakberubahan Allah ini sungguh sangat melegakan kita. Bayangkan kalau Allah itu mahakuasa, tetapi kadang menepati janji, kadang tidak. Atau, kadang baik, kadang kurang baik. Betapa rapuhnya hidup kita…

Karena Allah tidak berubah, maka kita bisa bersandar penuh pada-Nya. Ibaratnya, mengapa kita bisa tidur nyenyak ketika naik mobil? Karena kita percaya hukum alam pasti berlaku: mobil tidak mungkin tiba-tiba terbang kehilangan gaya gravitasi, pohon-pohon tidak mungkin tiba-tiba pindah ke tengah jalan, dan sebagainya. Jika kita bisa bersandar pada hukum alam, yang suatu saat berlalu, mengapa kita tidak bisa percaya pada Allah yang kekal?

Marilah kita kembali menyatakan kepercayaan kita pada Allah. Kehadiran Kristus, yang mau hidup menderita bersama manusia di bumi, sudah cukup menjadi jaminan bahwa Dia pun akan terus menyertai hidup kita. Dan karena Kristus tidak berubah, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8), maka kita bisa percaya terhadap seluruh janji penyertaan-Nya dalam hidup kita. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apa langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk menyandarkan diri pada Allah?
  2. Apakah ada kebaikannya jika kita mengalami peristiwa yang buruk? Jelaskan dengan mengaitkannya pada kehidupan sehari-hari.
  3. Mengapa dalam waktu-waktu tertentu, kita bisa tidak merasakan penyertaan Allah?

3 Comments

  1. hens makatipu

    makasih sudah memberkati. kiranya Tuhan senantisa memberkati

Leave a Reply