13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. 14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (Yak. 1:13-15)
Sebuah berita mengagetkan datang dari Temanggung (bisa dibaca di link ini). Diceritakan, ada seorang ayah yang tega membakar anaknya hidup-hidup. Mulanya, ayahnya itu, AF (35), emosi karena anaknya melawan ibunya ketika dilarang main keluar rumah. AF menyedot bensin dari sepeda motornya lalu menyiramnya ke tubuh anaknya. Dia menakut-nakuti anaknya sambil menyalakan korek api. “Tak bakar kamu, kalau dikasih tahu ibumu jangan membantah!”, teriak AF.
Entah bagaimana, api menjalar ke sekujur tubuh anaknya. AF bingung. Dia lari ke belakang rumah untuk mengambil air, namun tumpah. Singkat cerita, anaknya pun tewas. AF kini dirawat di Rumah Sakit karena mengalami luka bakar, sambil menunggu persidangan.
Sungguh tragis kisahnya. Saya tidak tahu bagaimana menyesalnya AF dengan kejadian itu. Apalagi ibunya, yang tentu saja sangat terpukul kehilangan anaknya dengan cara demikian.
Apa yang menjadi perenungan saya adalah, hidup manusia bisa hancur dalam sekejap karena lepas kontrol. Pertengkaran yang mungkin terjadi selama beberapa menit saja itu mengubah arah keluarga AF secara total.
“Salah dia sih, sehingga aku bisa begini…,” “Ini cobaan dari Tuhan…,” “Saya khilaf, padahal aslinya saya nggak mau melakukan itu…”
Pernah mendengar ucapan-ucapan semacam ini? Ketika godaan terlanjur menghancurkan hidup kita, banyak yang bisa disalahkan. Keadaan, orang di sekitar kita, Iblis, bahkan Tuhan.
Sebenarnya, dari mana sih datangnya pencobaan?
Hal yang pertama harus kita ingat, tentu bukan dari Tuhan! Sesuai natur-Nya, Tuhan tidak mungkin bisa dicobai, sehingga Dia juga tidak mungkin mencobai manusia.
Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. (Yak. 1:13)
Kalau begitu, dari mana dong?
Yakobus mengajarkan, itu berasal dari dalam diri kita. Setelah kejatuhan Adam dan Hawa, seluruh manusia memiliki natur dosa. Itulah yang membuat kita memiliki keinginan untuk melawan perintah Tuhan.
Perhatikan ayat ini:
Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. (Yak. 1:14)
Yakobus menggunakan gambaran dari memancing ikan (Moo, “James,” PNTC). Umpan yang ada pada kail pancing sangat memikat ikan. Tetapi jika dimakan, maka ikan tersebut akan diseret oleh pancing. Demikian pula, godaan untuk berbuat dosa bisa terlihat sangat menarik. Tetapi hati-hati, kita akan diseret olehnya!
Yakobus melanjutkan pengajarannya:
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (Yak. 1:15)
Hidup seorang Kristen bukan berarti akan selalu terhindar dari godaan. Pasti ada saja. Dan itu sebenarnya bukan dosa. Yang menjadi dosa adalah ketika kita sengaja menikmati godaan tersebut, makin lama makin menarik, sehingga pelan-pelan menuntun kita untuk akhirnya berbuat dosa.
Jadi, pelajaran apa yang bisa kita petik untuk bisa menang melawan godaan?
Saya memaparkan satu tips saja dan itu sebenarnya sangat sederhana:
Larilah ketika godaan mendekat untuk pertama kalinya!
Yakobus telah menerangkan secara gamblang bagaimana dosa beroperasi. Semakin lama dekat-dekat dengan godaan, maka itu akan terlihat semakin menarik.
Jangan menyalahkan Tuhan, karena tidak mungkin Dia mencobai kita….
Jangan menyalahkan orang atau keadaan, karena tidak selalu bisa diubah….
Bahkan, jangan pula menyalahkan Iblis, karena memang sudah sifatnya ingin menghancurkan iman anak-anak Tuhan….
Tetapi, salahkan diri kita, kalau kita terus membuahi keinginan dalam hati kita ketika godaan datang. Itulah yang membuat dosa kemudian bisa terwujud!
Pilihan ada pada diri kita. Apakah kita cepat-cepat menghindar ketika godaan datang, atau malah ingin terus dekat-dekat dengannya?
Walaupun masih memiliki keinginan daging, tetapi kita memiliki Roh Kudus (Yoh. 14:16). Dia berkuasa untuk menuntun kita dalam membedakan hal yang baik dan buruk. Juga, berkuasa untuk memampukan kita sehingga memilih melakukan yang baik.
Bersama Roh Kudus, kita selalu bisa memiliki pilihan untuk berbuat baik!
Jadi, sebelum hidup kita dihancurkan oleh game online atau medsos, cepat-cepat kasih batasan. Pasang notifikasi!
Jika kita telah menikah, jangan cari-cari kesempatan untuk ngobrol dengan rekan lawan jenis yang kelihatan nyambung dan menarik. Apalagi, cuma ngobrol berdua!
Ketika tawaran pinjaman online atau diskonan kartu kredit datang, cepat-cepat tolak. Jangan sampai hidup kita habis hanya untuk membayar utang…. Dan sebagainya.
Martin Luther mengatakan sebuah peribahasa, “kita tidak dapat mencegah burung untuk terbang di atas kepala kita, tetapi kita bisa mencegahnya untuk membuat sarang di kepala kita.”
Amin.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan
- Setiap orang memiliki kerentanan masing-masing. Ada yang lebih tahan terhadap godaan harta, tetapi kalah jika berhadapan dengan wanita. Dan sebagainya. Evaluasi diri kita, apa yang menjadi kerentanan kita. Mintalah hikmat pada Roh Kudus dan jika perlu, bicarakan dengan pasangan, atau orang-orang terdekat, sehingga mereka bisa mendukung kita untuk tidak jatuh di dalam area tersebut.
- Bacalah contoh kasus nyata yang terkait dengan kerentanan kita itu. Apa saja hal yang mungkin dihancurkan olehnya? Kemudian, sebutkan langkah-langkah praktis yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya sejak awal.
- Langkah-langkah praktis apa yang bisa kita lakukan untuk membuat dosa kehilangan daya tariknya?
Amin
menang melawan dosa berarti bisa lepas dari belenggu dan kuasa dosa itu sendiri.
Dosa memisahkan manusia dari Allah, namun melalui kasih-Nya kita dipersatukan kembali
Sip. Terus bertumbuh ya…
Amin