Belajar dari Kisah Persembahan Seorang Janda Miskin (Mrk. 12:41-44)
Photo by Anna Earl on Unsplash

Belajar dari Kisah Persembahan Seorang Janda Miskin (Mrk. 12:41-44)

41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. 43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk. 12:41-44)

Beberapa tahun belakangan ini, lagu “Hidup Ini Adalah Kesempatan,” banyak digemari oleh orang Kristen. Setiap kali saya merenungkan liriknya, memang lagu ini bisa membangkitkan semangat untuk mempersembahkan diri bagi Tuhan.

Namun demikian, masih banyak di antara kita yang belum memahami bagaimana memberikan persembahan dengan benar. Misalnya, masih banyak orang Kristen yang bertanya, “Apakah persepuluhan diambil dari gaji kotor atau gaji bersih?” Pertanyaan-pertanyaan semacam ini mungkin juga pernah ada di dalam benak kita.

Maka dari itu, mari kita belajar tiga hal penting dari kisah persembahan seorang janda miskin ini.

Pertama, Tuhan tidak menuntut dari apa yang tidak kita punyai. Ada orang yang merasa minder dengan apa yang dipersembahkan orang lain. Sebaliknya, ada juga yang merasa jemawa (angkuh, congkak) karena merasa mempersembahkan lebih banyak dibanding orang lain.

Tuhan Yesus berfirman, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk. 12:48). Tuhan merasa senang dengan dua keping uang receh (BIMK) yang dipersembahkan oleh janda miskin itu, karena memang hanya itulah yang dia miliki. Tetapi, Tuhan pasti sangat kecewa kepada orang-orang yang hanya rela mempersembahkan “uang receh padahal mereka telah diberi berkat yang jauh lebih melimpah.

Ingat, Tuhan tahu segala kelebihan dan kelemahan kita dan Dia memberikannya dengan adil. Justru di situlah letak kekuatan kita jika bersatu dalam gereja. Ada orang yang bisa mempersembahkan lebih banyak uang, tetapi yang lain bisa mempersembahkan lebih banyak waktu. Ada orang yang bisa membuat suasana ceria, tetapi yang lain bisa meneduhkan gejolak.

Tidak ada jenis persembahan yang nilainya lebih tinggi karena sama-sama berasal dari pemberian Tuhan. Semuanya penting karena pekerjaan Tuhan itu sangat kompleks sehingga tidak mungkin bisa dikerjakan hanya oleh satu macam orang. Maka dari itu, mari periksa diri kita, masih adakah hal yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan?

Kedua, persembahan berbanding lurus dengan pemahaman kita terhadap anugerah Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang dilontarkan di awal renungan ini mencerminkan ketidakpahaman akan anugerah Tuhan. Tuhan Yesus telah mengurbankan nyawa-Nya bagi kita dan terus memberikan berkat-berkat-Nya di dalam kehidupan kita. Semakin memahami itu semua, maka kita akan semakin terdorong untuk mempersembahkan lebih lagi kepada Tuhan. Perasaan bersyukur seperti inilah yang membuat janda itu rela mempersembahkan seluruh miliknya, padahal dia begitu miskin.

Ketiga, jagalah sikap hati kita dalam memberikan persembahan. Kita bisa mengelabui orang ataupun membenarkan diri. Tetapi, Tuhan tahu segalanya. Cermati bahwa Tuhan Yesus “memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu” (ay. 41). Bangga karena mempersembahkan lebih banyak dibanding orang lain? Menggerutu karena merasa mempersembahkan terlalu banyak? Atau, persembahan dijadikan sebagai sarana akutalisasi diri dan bukannya memuliakan Tuhan? Jauhilah itu semua, karena akan menjadikan persembahan kita sia-sia. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan:

  1. Berkaca dari apa yang dilakukan oleh janda ini, apakah jika demikian kita harus memberikan 100% gaji kita kepada gereja? (Kaitkan dengan Kol. 3:23)
  2. Bagaimana tanggapan Anda dengan orang yang berkata, “Tidak apa-apa mempersembahkan sedikit, asalkan rela”?
  3. Apakah ada milik kita yang belum kita persembahkan kepada Tuhan dengan maksimal? Mintalah hikmat dan kekuatan Roh Kudus untuk mempersembahkannya kepada Tuhan.

1 Comment

Leave a Reply