Jangan Larut dalam Dunia yang Rusak (Mal. 2:17-3:5)
Photo by GoaShape on Unsplash

Jangan Larut dalam Dunia yang Rusak (Mal. 2:17-3:5)

17 Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?” Dengan cara kamu menyangka: “Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan  —  atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?” 1 Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. 2 Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. 3 Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. 4 Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah. 5 Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam. (Mal. 2:17-3:5)

Di bidang filsafat dan teologi, ada satu problem yang sangat rumit yang disebut dengan teodise (theodicy of God). Masalah utamanya adalah, “Jika ada Allah yang Mahabaik dan Mahakuasa, mengapa ada kejahatan di dunia ini?” Sebagian orang berpikir, jika Allah itu Mahabaik, tentu Dia tidak akan membiarkan kejahatan. Kemudian, jika Allah itu Mahakuasa, tentu Dia akan dengan mudahnya menghentikan kejahatan. Kesimpulan mereka, karena ada kejahatan di muka bumi ini, maka itu membuktikan bahwa Allah itu tidak Mahabaik, atau tidak Mahakuasa, atau bahkan sebenarnya Allah itu tidak ada.

Problem ini begitu peliknya, sehingga banyak orang yang kemudian menolak untuk beriman pada Tuhan. Ketika bangsa Israel, secara khusus orang-orang Yehuda, pulang kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel, mereka juga menghadapi problem yang sama. Mereka menghadapi tekanan iman karena selama berpuluh-puluh tahun, keadaan mereka tidak kunjung membaik. Mana kegemilangan yang dijanjikan Tuhan sebagai umat pilihan? Tekanan itu diperberat dengan fakta bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan justru terlihat lebih baik keadaannya. Edom, bangsa keturunan Esau dan menjadi musuh bebuyutan bangsa Israel, semakin kuat.

Keadaan semacam ini membuat iman bangsa Israel goyah. Relasi yang intim dengan Tuhan, akhirnya berubah menjadi sinisme. Mereka memandang rendah kepada Tuhan. Di dalam kitab ini, banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh bangsa Israel. Bahkan, mereka juga mengejek, “Orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN” (2:17).  

Sering saya menerima pertanyaan mengenai permasalahan semacam ini. Terkadang, saya sendiri juga bergumul dengan hal yang sama. Jika dibiarkan, pemikiran ini bisa menuntun seseorang untuk bersikap masa bodoh. Banyak pengusaha Kristen, pejabat Kristen, kepala keluarga Kristen, bahkan hamba Tuhan, hidup seenaknya saja. Toh menuruti perintah Tuhan atau tidak sama saja. Orang yang melanggar perintah Tuhan, malah lebih enak. Nyatanya, mereka juga tidak dihukum Tuhan.

Jika kita hanya hidup seperti orang lain, maka prinsip ini sah-sah saja. Tetapi ingat, kita adalah umat Tuhan yang telah diberi Alkitab untuk menjadi panduan dalam kehidupan kita sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi segala kondisi di dunia. Alkitab menyatakan bahwa setelah kejatuhan manusia, dunia rusak. Kejahatan merajalela. Tetapi, itu bukan berarti Tuhan kalah ataupun mengizinkan kejahatan. Jangan sampai keadaan dunia menjebak kita untuk hidup sesuai dengan cara-cara dunia.

Di tengah beratnya kondisi, Tuhan tetap mencurahkan kasih-Nya pada umat-Nya. Kelak, Dia akan datang untuk menghakimi kejahatan. Maleakhi menuliskan bahwa kedatangan Tuhan itu seperti api pemurni logam dan sabun tukang penatu (3:2). Dia akan memurnikan umat-Nya (3:3) dan menghakimi orang-orang yang tidak hidup menurut kehendak-Nya (3:5).

Saat penghakiman Tuhan saat ini belum tiba. Oleh sebab itu, jangan goyah ketika melihat kejahatan seperti dibiarkan Tuhan. Kita harus menjadi umat yang setia kepada Tuhan, seperti sebagian orang Yehuda masa itu yang masih takut pada Tuhan (4:2) walaupun orang-orang sebangsanya melawan Tuhan. Yakinlah, kita akan berbahagia karenanya. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Berikan contoh praktis mengabaikan Tuhan dalam kehidupan orang-orang Kristen pada masa kini di bidang: a) bisnis; b) ibadah dan pelayanan di gereja; c) pergaulan; d) keluarga.
  2. Apakah pengabaian kepada Tuhan ini juga sudah mulai terjadi di dalam gereja Anda, atau bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga Anda? Renungkanlah benar-benar supaya Anda dapat mencegahnya dan bertobat jika telah melakukannya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply