Orang Kristen dan Politik (Luk. 20:20-26)
Sumber: republika.co.id

Orang Kristen dan Politik (Luk. 20:20-26)

Print Friendly, PDF & Email

20 Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri. 21 Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: “Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah. 22 Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” 23 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu, lalu berkata kepada mereka: 24 “Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” 25 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” 26 Dan mereka tidak dapat menjerat Dia dalam perkataan-Nya di depan orang banyak. Mereka heran akan jawab-Nya itu dan mereka diam. (Luk. 20:20-26)

Di Indonesia terdapat sebuah jargon yang sudah biasa kita dengar yaitu “politik itu kotor.” Memang benar, sandiwara politik dan permainan kotor para politikus di negeri ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi kita. Hal seperti itulah yang membuat banyak orang Kristen antipati terhadap politik. Bahkan, banyak hamba Tuhan yang tidak mengajarkan jemaatnya untuk memahami peran mereka dalam politik. Mereka berpikir, tanggung jawab gereja hanya mengurusi hal-hal rohani. Politik bukan termasuk di dalamnya.

Bagaimana sebenarnya peran orang Kristen dalam politik? Alkitab tidak mengajarkan orang-orang Kristen untuk mendirikan “negara Kristen” (seperti sekelompok orang dari agama tertentu yang ingin menjadikan Indonesia sebagai “negara khilafah”). Tetapi, Alkitab mengajarkan bahwa orang-orang Kristen harus menerapkan kebenaran firman Tuhan sebagai warga negara yang baik. Dengan begitu, orang-orang Kristen akan menjadi garam dan terang di tengah carut-marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apakah hal itu berarti kita harus menjadi pimpinan daerah atau anggota legislatif? Saya percaya, ada anak-anak Tuhan yang mendapat panggilan khusus dalam bidang tersebut. Misalnya, Abraham Kuyper, seorang teolog yang berkarir dalam bidang politik dan menjadi Perdana Menteri Belanda tahun 1901-1905. Tetapi, bentuk tanggung jawab yang bisa kita lakukan sebagai warga negara yang baik sebenarnya banyak sekali. Mulai dari taat membayar pajak (dengan porsi yang benar, walaupun seringkali sangat sulit untuk dilakukan) hingga mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi ini.

Lalu, bagaimana jika pemerintah di mana kita tinggal justru melakukan banyak sekali penyelewengan? Ingat, kita berada di dunia yang telah jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu, kita tidak akan pernah bisa menemukan adanya pemerintahan yang ideal. Inilah yang juga menjadi konteks yang mendasari jebakan orang-orang Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam bagian ini.

Dengan menggunakan seorang mata-mata yang pura-pura jujur, mereka memaksa Tuhan Yesus untuk memilih berpihak pada orang-orang Yahudi atau pemerintah Roma (waktu itu daerah Yudea berada dalam kekuasaan pemerintahan Roma yang jahat). Jika Tuhan Yesus berpihak pada orang-orang Yahudi, maka Dia bisa dilaporkan sebagai pengkhianat kepada pemerintah Roma dan dihukum mati. Tetapi jika Tuhan Yesus berpihak pada Kaisar Roma, maka Dia tidak layak disebut sebagai orang benar di hadapan Allah (lih. pernyataan mata-mata ini pada ay. 21).

Namun dengan hikmat-Nya yang besar, Tuhan Yesus mampu keluar dari buah simalakama ini dan malah menggunakan kesempatan ini untuk mengajar. Di tengah pemerintahan yang paling kotor sekalipun, sebenarnya ada campur tangan Tuhan juga di baliknya. Kepada orang-orang Kristen di Roma, yang sedang menghadapi penganiayaan dari pemerintah Roma, Paulus menasihati: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah” (Rm. 13:1).

Tuhan menggunakan pemerintah-pemerintah di muka bumi ini untuk menjaga kestabilan masyarakat dan menyalurkan berkat-Nya. Oleh sebab itu, kita harus mendukung pemerintah di atas kita. Jika menyeleweng, mereka sendirilah yang akan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Amin.

Pertanyaan untuk direnungkan

  1. Seandainya Anda adalah seorang pengusaha yang dipaksa untuk melakukan perbuatan yang tidak sepenuhnya benar demi kelangsungan usaha, apa yang akan Anda lakukan? Apa yang mendasari Anda untuk melakukan hal tersebut?
  2. Apa peran serta kita sebagai warga negara yang baik yang masih belum kita lakukan? Kita bisa menggalinya mulai dari lingkungan terkecil, seperti di RT tempat kita tinggal. Kemudian, lakukanlah itu sebagai wujud pelayanan kepada Tuhan.

Baca juga:


https://santapanrohani.org/orang-kristen-dan-pemerintah/

https://www.gotquestions.org/Indonesia/Kristen-taat-hukum-negara.html

2 Comments

Leave a Reply