23 Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, 24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yer. 9:23-24)
Kita pasti pernah mendengar nasihat “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.” Sejak kecil, manusia sudah dididik untuk meraih hal-hal yang dianggap berharga dalam hidup ini. Tujuannya, tentu ingin meraih kebahagiaan. Namun, benarkah demikian? Banyak orang yang tidak bisa berbahagia karena hidup mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka impikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula orang yang memiliki titel tinggi, jabatan, dan kekayaan tetapi tetap tidak merasakan kebahagiaan. Apa yang salah?
Salah satu pesan Tuhan dalam kitab Yeremia yang disampaikan kepada orang-orang Yehuda atas dosa-dosa mereka adalah supaya jangan bermegah (membanggakan) tiga hal yang biasa diagung-agungkan manusia, yaitu kebijaksanaan, kekuatan, dan kekayaan. Kalau mau bermegah, bermegahlah karena mengenal Tuhan.
Kata mengenal (Ibr. yāḏa’) dalam ayat 24 bukan hanya tahu atau memiliki pengetahuan tentang Tuhan, tetapi juga memiliki relasi yang intim dengan-Nya. Seperti dinyatakan dalam ayat terebut, kita merasakan kasih setia, keadilan, dan kebenaran Tuhan. Karakter-karakter seperti inilah yang juga diharapkan Tuhan memancar dari kehidupan kita.
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus juga mengutip ayat ini. Paulus mengingatkan keadaan mereka secara duniawi: “tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang” (1Kor. 1:26). Tetapi, Tuhan tetap memilih mereka untuk dijadikan sebagai anak-Nya. Tuhan melakukannya supaya manusia tahu bahwa perkenanan Tuhan tidak bisa dibeli dengan apapun. Jangan mengira, status kita yang tinggi di mata dunia akan mengangkat derajat kita di mata Tuhan!
Demikian pula kita yang telah mengaku percaya pada Kristus sehingga kita dibenarkan, dikuduskan, dan ditebus oleh-Nya (1Kor. 1:30), apakah sadar bahwa status kita sebagai anak Tuhan merupakan status yang istimewa? Posisi anak Tuhan itu sebenarnya jauh lebih tinggi dibanding semua orang sukses di dunia karena status ini tidak mungkin bisa didapat dengan usaha manusia. Jadi kalau kita sudah menerimanya, maka hendaknya hasrat untuk mengenal dan memuliakan Kristus menjadi tujuan utama dalam hidup ini. Itulah yang dimaksud oleh Yeremia dan juga Paulus untuk bermegah di dalam Tuhan.
Sayangnya, tidak sedikit orang yang menukar keistimewaan ini dengan gemerlapnya duniawi. Mereka lupa bahwa kebijaksanaan, kekuatan, dan kekayaan bisa pudar dan lama-lama bisa membuat bosan (ingat berapa banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri justru ketika mereka meraih puncak kejayaan?). Tetapi, relasi dengan Tuhan tidak terbatas. Contohnya, semakin Alkitab digali, maka justru semakin banyak “harta rohani” dan sukacita yang kita dapatkan. Tidak akan pernah habis dan membuat bosan. Apakah ada yang seperti ini dalam dunia? Tidak berlebihan jika LAI memberi judul bagian Yer. 9:23-26 dengan “Mengenal Allah adalah kebahagiaan manusia.”
Namun, bukan berarti kita tidak boleh menjadi orang yang bijaksana, memiliki kuasa, atau kaya. Semuanya bisa memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Tetapi, jangan dijadikan sebagai hasrat di dalam kehidupan kita. Ketika pikiran kita dipenuhi oleh hal-hal semacam itu, maka kita akan kehilangan yang terbaik, yaitu relasi dengan Tuhan. Itu akan membuat kita rapuh karena pondasi kehidupan kita tidak kokoh. Tuhan Yesus mengibaratkannya seperti rumah yang didirikan di atas pasir, yang akan segera roboh ketika ada hujan, banjir, dan angin (Mat. 7:26-27). Amin.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan
- Apa hal yang paling Anda genggam erat dalam hidup ini? Bayangkan jika sewaktu-waktu Anda harus kehilangan hal itu, bagaimana pengaruhnya dalam hidup Anda? (Pertanyaan ini akan membantu kita untuk memahami prioritas kita).
- Apakah Anda telah merasakan kebahagiaan di dalam Kristus? Apa yang bisa Anda lakukan untuk merasakannya atau meningkatkannya?