4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. 5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” 6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. 7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” 9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bil. 21:4-9)
Pengeboman sebuah katedral di Makassar beberapa hari lalu (28/3) kembali memukul rasa kemanusiaan kita. Mengapa ada orang yang begitu tega mencelakakan sesamanya? Menariknya, mereka melakukannya dengan tujuan untuk “meraih surga.” Pemikiran ini sangat keliru. Keselamatan bukan diperoleh dari hasil usaha kita, apalagi dengan cara yang merugikan orang lain. Keselamatan hanya diperoleh melalui anugerah di dalam Kristus (Ef. 2:8).
Tawaran keselamatan sebenarnya sudah diwartakan sejak Perjanjian Lama. Misalnya, dalam kisah tentang patung ular tembaga pada zaman Musa ini. Ketika itu, bangsa Israel masih mengembara di padang gurun dan mereka sedang dalam perjalanan dari gunung Hor. Karena tidak ada roti dan air, mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa (ay. 5). Dengan mudahnya, mereka melupakan mukjizat-mukjizat yang telah Tuhan lakukan sejak di Mesir. Akibatnya, Tuhan mengirim ular-ular berbisa untuk memaguti mereka sehingga banyak orang Israel yang mati.
Musibah itu kemudian menjadikan bangsa Israel bertobat dan mengakui dosa mereka (ay. 7). Mereka meminta Musa untuk memohon ampun kepada Tuhan. Tuhan lalu memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menaruhnya pada tiang. Orang-orang yang terpagut ular diperintahkan untuk memandang ular tembaga itu supaya sembuh. Benar saja, orang-orang yang terpagut ular dan memandang patung itu kemudian selamat (ay. 9).
Apa yang diajarkan oleh Tuhan kepada bangsa Israel? Tuhan sama sekali tidak mengajarkan bahwa kesembuhan terjadi karena patung ular tembaga itu. Berhala sama sekali tidak memiliki kuasa (Yes. 44:9) dan Tuhan sendiri melarang pembuatan patung untuk diberhalakan (Kel. 20:4). Tetapi, kesembuhan terjadi karena iman kepada Tuhan. Iman mereka kemudian dibuktikan dengan cara memandang patung ular tembaga itu (sayangnya, kelak keturunan bangsa Israel keliru memahaminya dan malah menyembah patung ini yang dihancurkan pada masa raja Hizkia, baca 2Raj. 18:4).
Ceritanya tidak berhenti sampai di situ. Dalam Injil Yohanes dipaparkan bahwa kisah ini merupakan bayangan dari karya keselamatan Kristus (Yoh. 3:14-15). Seperti orang-orang Israel yang mati terkena bisa ular, maka manusia pun sebenarnya mati akibat dosa (Rm. 6:23a). Tidak hanya mati jasmani, tetapi mati rohani yang kekal. Kemudian, luka akibat bisa ular nampak kecil namun lambat laun menjadi parah. Dosa pun awalnya nampak sepele, namun lambat laun menghasilkan penderitaan yang berat. Terakhir, orang-orang Israel yang selamat karena memandang ular tembaga yang ditinggikan di tiang merupakan bayangan dari orang-orang yang selamat karena memiliki iman kepada Kristus yang ditinggikan di salib. Apa maknanya bagi kita?
Di tengah perjalanan iman kita di dunia ini, mungkin kita akan mengalami masa-masa kekeringan. Mirip dengan keadaan bangsa Israel di padang gurun. Kemudian, natur dosa yang ada dalam diri kita membuat pergumulan tersebut semakin berat, karena kita cenderung untuk mengikuti kedagingan. Seperti bangsa Israel, kita bisa berontak kepada Tuhan.
Namun ingatlah bahwa Kristus sudah mengalahkan kuasa maut dan menawarkan diri-Nya untuk menyelamatkan kita. Maka, “hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus” (Ibr. 12:2 BIMK). Hanya Dialah satu-satunya yang sanggup mengeluarkan kita dari kuasa maut. Janganlah bersandar pada hal-hal lain, karena semuanya tidak memiliki kuasa. Amin.
Pertanyaan untuk Direnungkan
- Mengapa ada orang yang permasalahannya bisa teratasi walaupun tidak mengandalkan Kristus, sementara orang yang mengandalkan Kristus justru masalahnya tidak kunjung selesai?
- Apa langkah-langkah praktis untuk memandang pada Yesus dalam kehidupan sehari-hari? Apakah hidup kita akan berbeda dibanding jika kita tidak melakukannya? Jelaskan!
Ayat Alkitab Terkait
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (Ef. 2:8)
Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. (Yes. 44:9)
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Kel. 20:4)
Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. (2Raj. 18:4)
14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:14-16)
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 6:23)
Hendaklah pandangan kita tertuju kepada Yesus, sebab Dialah yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir. Yesus tahan menderita di kayu salib! Ia tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu adalah suatu hal yang memalukan. Ia hanya ingat akan kegembiraan yang akan dirasakan-Nya kemudian. Sekarang Ia duduk di sebelah kanan takhta Allah dan memerintah bersama dengan Dia. (Ibr. 12:2 BIMK)