Kasih Allah Versus Kasih Dunia yang Materialistis (Rm. 5:6-8)
Photo by Debby Hudson on Unsplash

Kasih Allah Versus Kasih Dunia yang Materialistis (Rm. 5:6-8)

Print Friendly, PDF & Email

6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar  —  tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati  — . 8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rm. 5:6-8)

Di negara-negara Barat, Jumat Agung (hari ketika Kristus mati di salib) biasa disebut dengan Good Friday. Mengapa peristiwa yang luar biasa keji bisa disebut good (baik)? Karena melalui darah-Nya, orang-orang yang percaya kepada-Nya memperoleh pengampunan dosa (Ef. 1:7). Inilah Kabar Baik tentang kasih Allah. Kabar terpenting yang perlu didengarkan oleh manusia.

Sayangnya, Kabar Baik ini semakin pudar, bahkan di kalangan orang-orang Kristen sendiri. Pengaruh materialisme, pandangan bahwa memiliki materi dan kenyamanan jasmani lebih penting dibanding spiritual, semakin merebak. Oleh sebab itu, apa-apa diukur dengan materi dan kenyamanan jasmani. Kasih Allah dianggap kurang menarik karena tidak secara otomatis menghasilkan keuntungan jasmani. Akibatnya, banyak pengkhotbah yang terjebak untuk “merekayasa” khotbahnya dengan hal-hal yang bukan Injil supaya lebih didengar orang. Fenomena semacam ini semakin menjerumuskan banyak orang Kristen untuk memahami kasih Allah secara dangkal.

 Roma 5:6-8 meruntuhkan pandangan yang keliru tentang kasih Allah. Pertama, pandangan bahwa Allah tidak akan mengasihi kita karena kita memiliki banyak kelemahan dan kegagalan. Di dunia profesional ada istilah seperti “reward and punishment” dan “merit based system.” Siapa yang berprestasi, dipromosikan. Siapa yang melakukan kesalahan, diberi sanksi. Memang baik, tetapi, sistem seperti ini berbeda dengan kasih Allah.

 Kasih Allah jauh berbeda dengan kasih yang dipikirkan manusia (Yes. 55:9). Itulah sebabnya, banyak tokoh di dalam Alkitab yang dibuat heran dengan cara Allah mengasihi manusia, mulai dari Yunus, orang-orang Farisi, bahkan murid-murid Yesus sendiri. Bagi mereka, tidak masuk akal jika Anak Allah begitu dekat dengan orang-orang yang tidak bermoral. Tetapi Roma 5:6-8 menyatakan bahwa Kristus rela menyerahkan nyawa bagi orang-orang berdosa dan dosa seburuk apapun tidak membatalkannya (Yes. 1:18).

Kedua, pandangan bahwa Allah mengasihi kita karena kita memiliki banyak kelebihan dan keberhasilan. Di dalam dunia yang materialistis, nilai seseorang diukur dari kelebihan dan kesuksesan mereka. Itu yang membuat sebagian orang Kristen memperlakukan Tuhan seperti berhala, yang baru puas setelah penyembahnya memberikan sesuatu kepadanya. Padahal, bukankah kita hanya ciptaan dan segala yang kita miliki berasal dari-Nya?

 Di dalam seluruh Alkitab, tidak sekalipun disebutkan Tuhan mengagumi seseorang atas dasar prestasinya. Ketika memilih Daud, Tuhan menyatakan prinsip bahwa jika manusia melihat rupa, Tuhan melihat hati (1Sam. 16:7). Di dalam Roma 5:6-8 ini pun, tidak ada indikasi bahwa Kristus rela mati karena manusia begitu berharga. Yang ada, Dia rela mati bagi orang yang berdosa, bahkan ketika orang-orang tersebut masih ada dalam keberdosaan mereka.

Steven Lawson, seorang pendeta di Amerika, mengatakan bahwa “keselamatan bukanlah hak (right) bagi orang yang benar (righteous) melainkan hadiah (gift) bagi orang yang bersalah (guilty).” Jangan berputus asa ketika beratnya pergumulan membuat kita merasa tidak dikasihi. Ingat, kita telah menerima kasih Allah yang begitu besar. Untuk merasakannya, kita perlu menggumulinya hari demi hari melalui perenungan Alkitab dan doa. Itulah yang akan memampukan kita untuk mengasihi orang lain dengan kasih yang sejati, bukan kasih yang materialistis (1Yoh. 4:8). Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Apakah mengasihi tanpa syarat berarti kita tidak boleh melakukan perlawanan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita (seperti Kristus yang menyerahkan diri di salib)?
  2. Apakah ada hal-hal yang perlu kita perbaiki dalam menunjukkan kasih pada Allah dan sesama?

Ayat Alkitab Terkait

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Ef. 1:7)

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes. 55:9)

Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Sam. 16:7)

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (1Yoh. 4:8)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply