Semuanya Milik Tuhan (Mzm. 24:1-2)
Photo by Manson Yim on Unsplash

Semuanya Milik Tuhan (Mzm. 24:1-2)

Bagian ini merupakan pembuka Mazmur 24, salah satu mazmur yang dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya. Pandangan ini mematahkan kepercayaan kuno pada masa itu tentang kekuasaan ilah-ilah lain dan keperkasaan manusia.

 Umat Tuhan juga diingatkan pada awal penciptaan, ketika chaos/kekacauan masih menyelimuti keberadaan alam semesta. Jika air menggambarkan keadaan kacau balau pada awal penciptaan (Kej. 1:2), maka dalam mazmur ini dinyatakan bahwa Tuhanlah yang kemudian membuat segalanya teratur seperti sekarang ini.

Jadi, pengakuan iman ini juga mematahkan banyak filsafat dunia yang tidak sesuai dengan Alkitab. Misalnya, pandangan yang menyatakan bahwa bumi terjadi secara kebetulan. Tidak perlu adanya Allah yang menjadikannya. Namun kalau kita mau mempelajari bagaimana teraturnya alam semesta bekerja dan begitu detailnya alam semesta ini, maka sebenarnya mau tidak mau manusia akan mengakui adanya Pencipta yang Mahabijaksana di baliknya.

Sumber gambar: Amazon.com

Seorang teolog yang juga ahli sains, Alister McGrath, memaparkan dalam bukunya, A Fine-Tuned Universe, bahwa jika keteraturan-keteraturan yang berlaku dalam hukum fisika sekarang ini diubah sedikit saja, alam semesta akan kacau balau. Ada rancangan keteraturan yang sangat detail hingga tingkat atom. Sungguh naif jika seseorang yang baru mengetahui ilmu pengetahuan secuil, lalu menyombongkan diri dan tidak mau mengakui keberadaan Allah.

Apa dampaknya bagi kita sebagai orang Kristen pada masa kini? Pertama, kita harus menyadari bahwa kita hanyalah penatalayan yang diberi mandat untuk mengelola bumi (Kej. 1:28). Bumi ini dan segala isinya milik Tuhan, bukan milik kita. Pemahaman ini akan membuat kita hidup dengan cara yang berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.

Betapa seringnya kita melihat orang yang merasa memiliki sesuatu sehingga mereka berpikir bebas menggunakannya sesuai dengan apa yang mereka mau. Akibatnya, terjadi ketimpangan di mana-mana dan bumi semakin rusak. Jabatan disalahgunakan, perusahaan dijalankan dengan prinsip “pokoknya bisa mendapat untung, entah bagaimanapun caranya,” dan teknologi dikembangkan dengan tanpa memperhatikan kelestarian alam dan martabat manusia yang diciptakan segambar dengan Allah.

Saya teringat dengan guyonan yang mengatakan “Belajarlah dari tukang parkir, yang tidak merasa memiliki, tetapi dititipi.” Semewah apapun mobil yang diparkirnya, seorang tukang parkir (dalam hal ini mungkin vallet parking) akan mengembalikan kunci mobil kepada pemiliknya. Orang yang merasa dititipi Tuhan pun demikian. Dia tidak akan kecewa berlebihan ketika apa yang dimilikinya di dunia ini suatu saat hilang. Entah karena musibah, kejahatan, atau kematian. Serta, dia juga akan menggunakan apa yang dimilikinya di dunia ini sesuai dengan kehendak Pemilik sesungguhnya, yaitu Tuhan.

Paulus menuliskan bahwa orang-orang yang di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17). Jika memahami konteksnya, kuasa kebangkitan Kristus tidak hanya melahirbarukan hati manusia yang berdosa. Tetapi juga memulihkan keadaan ciptaan yang tercemar dosa. Panggilan kita sebagai umat Tuhan adalah bekerja selaras dengan konsep ciptaan baru itu, yang nantinya akan terwujud secara penuh ketika Kristus datang kedua kalinya (Why. 21:5). Contoh kecilnya, seorang pengusaha Kristen tidak akan mau mengeruk keuntungan banyak dari penebangan liar, yang merusak alam.

Kedua, kita tidak perlu khawatir dengan apapun yang terjadi di dalam dunia ini. Seringkali anak-anak Tuhan dibuat khawatir (secara berlebihan) dengan perkembangan situasi dunia ataupun kesulitan-kesulitan tertentu yang menghimpit mereka. Memang jika kita hanya melihat segala sesuatunya berdasarkan kekuatan manusiawi kita, ada kalanya kita akan putus asa. Namun jika kita menyadari bahwa ada Tuhan yang mengatur segala sesuatu di dunia ini, maka kita akan selalu memiliki daya juang.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk menempatkan perspektif ini dalam kehidupan sehari-hari. Jika selama ini kita merasa keluarga kita adalah milik kita sendiri, maka kita bisa terus khawatir. “Bagaimana kalau saya tiba-tiba di-PHK?” “Bagaimana kalau saya tiba-tiba meninggal sementara anak-anak masih kecil?” “Bagaimana kalau saya tidak mau menuruti keinginan bos untuk berbuat curang, makan apa keluarga nanti?”

Tetapi jika kita menyadari bahwa keluarga kita adalah milik Tuhan, kita akan tenang dan bekerja sebaik-baiknya di dalam Tuhan. Tidak ada sesuatu yang kebetulan terjadi di dunia ini. Apapun yang terjadi kelak, asalkan kita sudah bersungguh-sungguh, Tuhan sendiri yang akan menjaganya.

Sebelum memasuki rumah Tuhan, bangsa Israel diingatkan bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan berdaulat atas dunia ini. Itu membuat mereka menyiapkan hati dengan benar sebelum bertemu hadirat Tuhan. Demikian pula hendaknya melalui mazmur ini kita mengorientasikan seluruh hidup kita untuk hidup dengan cara yang berkenan pada Tuhan. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Adakah hal-hal yang selama ini Anda lakukan yang masih menyiratkan bahwa Andalah pemilik segala sesuatu, bukan Tuhan? Apa pengaruhnya terhadap cara hidup Anda?
  2. Bagaimana penerapan pemahaman dari bagian ini terhadap cara pandang Anda dalam mendekati fenomena berikut: a) Aborsi. b) Seks pranikah. c) Media sosial. d) Kecerdasan buatan. e) Eksplorasi luar angkasa.

Ayat Alkitab Terkait

1 Milik TUHANlah bumi seisinya, dunia dan semua yang mendiaminya. 2 Ia meletakkan dasarnya di atas lautan, dan menegakkannya di atas air yang dalam. (Mzm. 24:1-2 BIMK)

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kej. 1:2)

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28)

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2Kor. 5:17)

Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.” (Why. 21:5)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply