Kasihilah Musuhmu (Mat. 5:43-48)
Photo by Jametlene Reskp on Unsplash

Kasihilah Musuhmu (Mat. 5:43-48)

43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:43-48)

Nelson Mandela (sumber gambar: news.okezone.com)

Nelson Mandela, seorang pejuang anti-apartheid (politik yang membedakan orang berdasar warna kulit) di Afrika Selatan, pernah menjadi tahanan politik selama 27 tahun. Berbagai penganiayaan sering diterimanya. Bahkan, ada seorang sipir yang sangat kejam. Ketika Mandela kehausan minta minum, sipir itu malah (maaf) mengencinginya. Namun ketika Mandela dibebaskan dan menjadi Presiden, dia tidak dendam. Dia merangkul lawan-lawan politiknya untuk duduk bersama di pemerintahan. Bahkan, dia juga mengundang sipir yang kejam itu untuk hadir di upacara penobatannya.

Inilah kasih yang sepatutnya dilakukan orang Kristen. Mungkin kita berpikir, “Saya bukan Mandela, tidak mungkin bisa tahan jika diperlakukan demikian.” Ingat, standar kita bukan Mandela atau tokoh-tokoh dunia yang lain, tetapi Tuhan sendiri. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (ay. 48).

Sayangnya, manusia lebih suka menyusun standarnya sendiri. Itulah sebabnya, pada ayat 21-47, Tuhan Yesus berulang kali memakai frasa “Kamu telah mendengar…” dan “Tetapi Aku berkata kepadamu….” Dia bukannya menentang hukum Taurat (baca ay. 17), tetapi mengoreksi kekeliruan penafsiran yang terjadi saat itu. Benar ada firman Tuhan, “Kasihilah sesamamu manusia” (Im. 19:18). Tetapi, tidak ada firman Tuhan, “Bencilah musuhmu.” Rupanya, orang-orang Yahudi keliru menafsirkan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Misalnya, “Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan” (Mzm. 5:6b) menjadikan mereka hanya mau mengasihi sesama orang Yahudi dan membenci golongan lain.

Ini tidak sesuai dengan kasih Tuhan yang tanpa membeda-bedakan. Baik orang yang taat pada Tuhan maupun orang yang melawan Tuhan bisa sama-sama menerima berkat duniawi (ay. 45). Inilah yang disebut anugerah umum (tetapi tetap hanya orang yang percaya pada Kristus yang memperoleh anugerah khusus, yaitu hidup kekal). Jika kita hanya mau mengasihi orang-orang tertentu, tidak mungkin kita dapat berfungsi sebagai garam dan terang dunia (ay. 13-16). Namun bagaimana kita bisa mengasihi “musuh,” yaitu orang-orang yang sangat menyakiti hati kita?

Pertama, fokuslah pada misi hidup kita. Karena tahu betul misi-Nya (Yoh. 4:34) untuk mati menebus dosa manusia, Tuhan Yesus tidak melakukan perlawanan pada orang-orang yang menyalibkan-Nya. Fokus pada misi kita, bukan kenyamanan diri, maka kita akan memiliki kekuatan untuk mengasihi musuh walaupun kita mengalami hal yang tidak enak.

Kedua, sadarilah bahwa tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi di luar kehendak Tuhan (Mat. 10:29). Tuhan tempatkan orang-orang di sekeliling kita, termasuk orang-orang yang sangat menyakiti kita, untuk maksud yang baik. Misalnya, menuntun mereka bertobat melalui sikap kita atau justru kehadiran mereka membentuk karakter kita untuk lebih matang.

Ketiga, bersandarlah pada kekuatan Roh Kudus. Jangan mudah menyerah dalam menaati perintah Tuhan karena berbagai alasan manusiawi. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah, tetapi juga memberi Penolong, yaitu Roh Kudus (Yoh. 14:6). Kasihilah orang-orang yang memusuhi kita, karena Allah pun telah mengasihi kita ketika kita masih menjadi musuh-Nya (Rm. 5:10). Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

1. Apakah mengasihi musuh merupakan sikap terbaik dalam setiap keadaan?

2. Apakah mengasihi musuh berarti kita tidak boleh melakukan perlawanan apapun? Jelaskan jawaban Anda.

Ayat Alkitab Pendukung

43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:43-48).

Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN. (Im. 19:18)

Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yoh. 4:34)

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (Mat. 10:29)

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yoh. 14:16)

Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Rm. 5:10)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply