Siang tadi (4/11), sebuah berita yang mengejutkan bertebaran di linimasa berbagai media sosial. Vanessa Angel, seorang selebgram dengan hampir 4 juta follower, meninggal dunia. Mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tunggal di tol Jombang-Mojokerto arah Surabaya. Vanessa dan Bibi Ardiansyah, suaminya, meninggal di tempat. Sementara itu, Gala, anak mereka, serta sopir dan asisten rumah tangga selamat.
Kematian akan menimpa semua orang. Namun, itu sering terjadi pada waktu yang tidak dapat diduga. Juga, melalui cara yang tidak dapat dipilih. Siapa sangka, Vanessa yang sebelumnya masih sempat posting di Instagram story-nya, meninggal beberapa saat kemudian dalam sebuah kecelakaan tragis.
Di tengah duka cita dan misteri yang menyelimuti kematian, saya melihat setidaknya ada dua pelajaran penting yang dapat kita petik.
Pertama, kematian mengajarkan kita bahwa hidup di dunia itu terbatas.
Kebahagiaan dan penderitaan bisa silih berganti datang dalam kehidupan kita. Jika kita berada dalam kenyamanan, jangan terlena. Jika kita berada dalam kesusakan, jangan kecewa berlarut-larut. Mengapa? Semuanya suatu saat akan berakhir.
Saya pernah mengalami keadaan antara hidup dan mati. Di saat seperti itu, saya disadarkan bahwa hidup manusia itu fana. Kelak, semua yang kita dapatkan di dunia ini akan kita tinggalkan. Kita tidak akan membawa secuil apapun yang kita miliki di dunia ini. Kalau begitu, menyandarkan hidup pada apa yang ada di dunia ini adalah hal yang keliru.
Inilah yang akan membawa kita pada pelajaran selanjutnya….
Kedua, kematian mengajarkan kita bahwa janji Kristus itu pasti akan didapat.
Ada begitu banyak cara kematian yang dianggap tragis oleh dunia ini. Misalnya, kecelakaan, sakit yang berkepanjangan, pembunuhan, dan sebagainya. Apalagi, selama hidupnya, orang itu terus mengalami penderitaan. Pasti tidak ada yang mau kan mengalami hal seperti ini?
Salah satu fakta hidup yang terkadang berat untuk kita terima adalah ini: kita tidak bisa memilih jalan hidup kita dan bahkan tidak bisa memilih cara mati kita. Tetapi syukurlah, bagi orang di dalam Kristus, kematian merupakan awal dari perjalanan hidup kekal yang indah. Seberapapun sulit hidup kita dan seberapapun tragis kematian yang kita alami, tidak akan menjadi soal lagi. Sebaliknya, seberapapun banyak harta yang kita tinggal di dunia, kita akan menerima kebahagiaan yang jauh lebih bernilai lagi.
Di surga kelak, kita akan menerima tubuh kebangkitan yang tidak dapat rusak. Juga, tidak akan ada lagi penderitaan di sana. Dalam jangka waktu yang tidak terbatas, kita akan merasakan sukacita kekal tinggal bersama Kristus dan bertemu kembali dengan orang-orang percaya lainnya.
Setelah memahami kedua poin di atas, bagaimana hidup yang sedang kita jalani? Apakah membuat kita semakin siap untuk bertemu Kristus kapan saja Dia panggil. Atau, justru semakin membuat kita khawatir karena kehilangan kesenangan di dunia? Pilihan ada di tangan kita.
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2Kor. 5:1)
Baca juga:
Hidup Sesudah Mati (Mrk. 12:18-27) | STUDIBIBLIKA.ID
Masihkah Kita Percaya pada Kebangkitan Kristus? (Yoh. 20:1-10) | STUDIBIBLIKA.ID
Pingback: Masihkah Kita Percaya pada Kebangkitan Kristus? (Yoh. 20:1-10) | STUDIBIBLIKA.ID