Pengharapan bagi yang Putus Asa (Luk. 2:1-7)
Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Pengharapan bagi yang Putus Asa (Luk. 2:1-7)

Tahun 2021 merupakan tahun yang berat. Di Indonesia, pandemi Covid 19 mencapai puncaknya tahun ini. Himpitan ekonomi, kesendirian akibat pembatasan sosial, serta berpisah dengan orang-orang yang disayangi mengguncang jiwa banyak orang.

Sebuah survey kesehatan jiwa terkait Covid 19 yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) di tahun ini menemukan bahwa dari sekitar 1500 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, 68% mengalami kecemasan, 67% mengalami depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis.

Fakta ini membuktikan ajaran Alkitab bahwa hidup di dunia penuh dengan kesukaran dan penderitaan (Mzm. 90:10). Ada banyak kemungkinan bagaimana kita mengalami penderitaan. Bisa karena bencana alam, bisa karena kejahatan orang lain, atau juga akibat kecerobohan kita sendiri.

Tidak jarang, penderitaan yang kita alami tersebut bersifat luar biasa dan datang secara tiba-tiba. Siapkah kita menghadapinya?

Biasanya, orang Kristen akan berpegang pada 1 Korintus 10:13 ketika menghadapi pencobaan:

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (1Kor. 10:13)

Tetapi, mungkin kita terlalu jauh memahaminya. Kita berpikir, tidak akan ada pencobaan yang melebihi kekuatan kita.

Kita lupa bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah. Diciptakan dari debu (Kej. 2:7), yang memiliki kecenderungan dosa akibat pemberontakan Adam dan Hawa.

Sementara, lawan kita adalah Iblis (1Ptr. 5:8), mantan malaikat yang sudah ada entah berapa ribu atau juta tahun sebelum manusia ada. Ini saja sudah tidak sepadan.

Ditambah lagi, medan peperangannya adalah dunia, yang penuh kutuk karena sudah tercemar dosa (Kej. 6:11).

Dilihat dari segi manapun, kita tidak akan mungkin bisa menang. Selalu saja ada cobaan yang bisa membuat kita kalah.

Di dalam situasi peperangan rohani semacam ini, kemungkinannya ada dua:

  • Kita bisa ditekan dengan penderitaan yang luar biasa berat. Kita merasakan kecemasan, depresi, bahkan putus asa.
  • Atau sebaliknya, kita bisa dibuat terlena dengan kenyamanan. Hidup mengalir saja, yang penting kita senang.

Dua-duanya bisa membuat kita berpaling dari Tuhan.

Oleh karena itu, jangan kaget jika ada banyak cobaan hidup yang jauh melampaui kekuatan mental manusia. Banyak orang terpandang, bahkan yang mengaku dirinya Kristen, mengalami depresi dan tidak sedikit yang melakukan bunuh diri.

Bukan hanya karena penderitaan di masa sukar, namun juga kekosongan di tengah masa jaya.

Matthew Warren (kanan), anak seorang pendeta terkenal, Rick Warren, bunuh diri pada 2013 karena depresi. Klik pada gambar untuk membaca beritanya (sumber gambar: people.com)

Jika kita mencermatinya, ayat tersebut tidak menjanjikan bahwa Allah akan meluputkan kita dari pencobaan yang berat. Bukan pula mengajarkan bahwa jika kita berusaha melawan, maka kita akan mampu mengatasi pencobaan apapun.

Tetapi, ayat tersebut mengajarkan bahwa kita akan mampu bertahan dalam setiap pencobaan karena Allah menyediakan jalan keluar.  

Kelahiran Yesus, Anak Allah, dalam rupa seorang bayi (Luk. 2:7), merupakan jalan keluar yang diberikan Allah kepada kita, yang tidak mampu untuk membebaskan diri dari masalah terbesar dalam hidup kita, yaitu dosa. Akibat dosa, kita semua terancam hukuman yang tidak akan mungkin kita tanggung, karena berlangsung dalam kekekalan.

Kerelaan Kristus untuk meninggalkan surga, lahir dalam palungan, hidup dalam penderitaan, dan bahkan mati di kayu salib, menjadi bukti bahwa Allah tidak sekali-kali meninggalkan kita. Bahkan, sampai mengutus Anak-Nya untuk menjalani hidup yang jauh lebih menderita dibanding kita (bayangkan, dari pemilik surga menjadi hamba yang mengalami hinaan dari ciptaan-Nya).

Allah tidak berdiam diri ketika manusia berkubang dalam penderitaan. Dia telah memberikan jalan keluar, bahkan ketika itu menuntut pengorbanan yang besar dari-Nya.

Siapa di antara kita yang tega mengutus anak kita untuk hidup menderita demi menanggung kesalahan orang lain? Siapa juga di antara kita yang rela menyerahkan nyawa demi menanggung kesalahan orang lain, yang berbuat jahat pada kita?

Alkitab mengajarkan bahwa Allah rela melakukan itu semua karena Ia sangat mengasihi kita.

Jika Allah sudah memberikan jalan keluar atas permasalahan hidup kita yang utama, maka yakinlah, Dia juga akan menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalah lain dalam hidup kita.

Jika maut telah dikalahkan bagi kita, maka apa lagi yang bisa mengalahkan kita? Bencana alam? Pandemi? PHK? Perceraian? Pengkhianatan? Semua itu sudah tidak ada lagi sengatnya bagi kita yang ada di dalam Kristus (1Kor. 15:55).

Percayalah selalu pada-Nya, maka kita akan selalu memiliki pengharapan bagi setiap permasalahan hidup kita. Kiranya Kabar Baik dalam Natal, yang selalu kita dengar tiap tahun, terus menguatkan kita untuk menapaki hari esok. Amin

REFLEKSI

Dunia sekarang ini sangat lapar akan pengharapan dan banyak orang yang menyerah. Depresi dan putus asa ada di mana-mana. Marilah kita setia dalam menyampaikan pengharapan yang ada di dalam Kristus (Billy Graham)

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa saja perbedaan pengharpaan yang diajarkan oleh Alkitab dengan para filsuf, motivator, maupun pemuka agama lain?
  2. Apa yang bisa Anda lakukan untuk menyampaikan pengharapan ini kepada orang-orang di sekitar Anda saat ini?

AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG

1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem,  —  karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud  — 5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. (Luk. 2:1-7)

Masa hidup kami hanya tujuh puluh tahun, kalau kami kuat, delapan puluh tahun. Tetapi hanya kesukaran dan penderitaan yang kami dapat; sesudah hidup yang singkat, kami pun lenyap. (Mzm. 90:10)

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (1Kor. 10:13)

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kej. 2:7)

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. (1Ptr. 5:8)

Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. (Kej. 6:11)55 Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? 56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. 57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1Kor. 15:55-57)

Baca juga renungan lain tentang pengharapan dalam situs studibiblika.id:

Pengharapan Tidak Hilang, Asal Kita Tidak Salah Mencari (Luk. 24:1-8)

Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Mazmur 77?

Maksud Allah dalam Cobaan Hidup (Yak. 1:2-4)

Pengharapan di tengah kesulitan (1Ptr. 1:3-5)

Khotbah Mzm. 3: Kekuatan Doa di Tengah Pencobaan Hidup

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply