Beberapa hari lalu, media sosial digemparkan dengan berita seorang oknum prajurit yang mengusir mertuanya dari rumahnya (baca beritanya di sini). Oknum tersebut mengatakan bahwa rumah yang ditinggalinya adalah milik negara dan dialah yang berhak atasnya. Yang membuat warganet (netizen) berang adalah oknum tersebut tega melakukannya pada seorang yang sudah renta, di kursi roda, dan salah satu kakinya sudah tidak ada.
Apapun alasannya, berlaku kasar pada orang tua tidak bisa dibenarkan. Orang tua merupakan pihak yang harus dihormati, demikian perintah Alkitab. Musa menuliskan perintah menghormati orang tua ini dalam Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:12). Sebagai yang pertama di antara keenam perintah yang berkaitan dengan sesama. Dari sini, kita bisa melihat betapa pentingnya perintah ini.
Allah tahu, keadaan sebuah bangsa sedikit banyak dipengaruhi oleh apakah generasi mudanya menghormati generasi yang lebih tua. Tanpa adanya penghormatan ini, sudah pasti sebuah bangsa akan mengalami kekacauan. Contohnya, jika semua generasi muda seperti oknum prajurit tadi, mungkinkah kita percaya bangsa Indonesia akan maju?
Ketika Hukum Taurat diberikan, Israel merupakan sebuah bangsa yang baru lepas dari perbudakan selama ratusan tahun di Mesir. Tanpa persiapan yang cukup, mereka harus masuk ke tanah Kanaan. Di sekelilingnya banyak bangsa yang lebih kuat. Tanpa adanya kestabilan dalam masyarakatnya, Israel rentan dikalahkan. Inilah pentingnya bagi generasi muda Israel untuk menghormati orang tua mereka.
Selain itu, orang tua merupakan otoritas dan berkat yang diberikan Allah kepada seorang anak. Betapapun banyak kekurangan orang tua kita, hargailah karena Allah telah memilih mereka untuk membesarkan kita. Sudah sewajarnya kita memberikan penghormatan pada mereka.
Namun, bagaimana jika orang tua kita sudah tiada? Ada orang yang menempatkan jasad orang tua mereka di pekuburan yang elit. Ada juga yang setiap tahun pergi ke kuburan orang tuanya. Namun, itu semua tidak akan ada artinya karena orang tua kita sudah tidak ada di bumi ini.
Jika demikian, bagaimana kita bisa menghormati orang tua yang sudah meninggal?
Pertama, jangan mengumbar hal-hal negatif orang tua kita (Kel. 21:17). Banyak orang memiliki kepahitan terhadap orang tuanya. Bahkan, masih terbawa setelah orang tuanya meninggal. Kebencian terhadap orang tua selain membuat kita gagal menaati perintah Tuhan, juga merampas sukacita kita. Oleh sebab itu, berhentilah mengungkit-ungkit kesalahan mereka.
Pahamilah bahwa orang tua kita adalah manusia berdosa, yang pasti memiliki banyak kelemahan dan kekeliruan. Setelah meninggal, orang tua kita akan mempertanggungjawabkan hidup mereka di hadapan Allah. Kita yang masih ada di dunia, yang sama-sama manusia, tidak berhak untuk menghakimi mereka.
Jika Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi musuh, apalagi orang tua kita. Seberapapun banyak kesalahan mereka pada kita, pasti ada jasa mereka kepada kita. Jasa-jasa merekalah yang perlu kita renungkan supaya di dalam hati kita timbul kasih kepada mereka.
Di dalam Amsal 10:12 tertulis bahwa “kasih menutupi segala pelanggaran.” Jadi, salah satu cara untuk mengasihi orang tua kita adalah jangan lagi ungkit-ungkit kesalahan mereka. Apalagi, diumbar kepada banyak orang.
Namun demikian, hal ini harus kita lakukan dalam koridor kebenaran Kristus. Tentu Allah tidak berkenan jika ada pelanggaran hukum yang orang tua kita lakukan, kita malah menutupinya. Apalagi, jika ada pihak korban yang masih harus diperhatikan.
Kedua, pergunakanlah peninggalan orang tua untuk hal-hal yang kekal (Mat. 6:19-20). Banyak orang yang menyimpan benda-benda peninggalan orang tua mereka sebagai memorabilia (kenang-kenangan). Dalam batas-batas tertentu, hal ini masih wajar untuk dilakukan. Tetapi, renungkanlah apalah peninggalan tersebut bisa digunakan untuk menjadi berkat bagi orang lain?
Ingat, semua yang kita miliki sebenarnya berasal dari Tuhan. Pun dengan benda-benda peninggalan orang tua. Oleh sebab itu, Tuhan sendirilah yang berhak untuk mengatur bagaimana penggunanannya.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa harta di bumi adalah fana. Ngengat dan karat bisa merusaknya. Demikian pula, benda-benda peninggalan orang tua. Jika hanya berhenti sampai menjadi kenang-kenangan, alangkah sayangnya. Bukankah itu akan bermanfaat jika diberikan pada orang lain yang benar-benar membutuhkan?
Pemahaman ini juga akan mencegah pertikaian di antara anak yang banyak terjadi setelah orang tua mereka meninggal. Sungguh kita mempermalukan nama Tuhan jika sampai melakukan hal-hal semacam itu.
Tetapi jika kita memiliki cara pandang bahwa harta warisan itu adalah “titipan Tuhan,” dan bukannya hak milik yang harus diperjuangkan, maka pastilah akan ada kedamaian ketika membaginya.
Siapa tahu, ternyata anak-anak sudah merasa cukup, sehingga harta warisan tersebut bisa digunakan untuk membantu kehidupan banyak orang atau mendukung pekerjaan Tuhan. Seandainya bisa tahu, orang tua kita “di sana,” yang sudah bertemu Tuhan dan lepas dari keduniawian, tentu akan senang.
Ketiga, hiduplah sebagai anak Tuhan yang taat (3Yoh. 1:4). Alkitab tidak mengajarkan bahwa kita bisa mengirim doa kepada orang tua kita, menambah pahala mereka, atau memintakan ampun atas dosa mereka. Begitu meninggalkan dunia ini, masing-masing orang akan berhadapan sendiri dengan Allah. Tidak ada lagi kaitannya dengan apa yang terjadi di dunia ini.
Namun demikian, kita masih bisa menghormati mereka dengan membuat usaha mereka dalam membesarkan kita tidak sia-sia. Caranya? Hiduplah dengan maksimal. Karena kita tahu ada Tuhan yang menanti kita setelah meninggal, maka secara logis, hidup yang maksimal adalah hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan.
Bagi kita yang orang tuanya telah tiada, marilah lakukan ketiga hal ini. Biarlah itu menghapus penyesalan yang mungkin membayangi kita karena belum menyenangkan orang tua selama mereka hidup.
Kiranya melalui penghormatan kita kepada orang tua, Tuhan juga disenangkan karena Dialah yang menempatkan mereka dalam hidup kita. Amin.
REFLEKSI
Jika seorang anak dibiarkan tidak menghormati orang tuanya, maka dia tidak akan bisa memiliki rasa hormat kepada siapapun juga (Billy Graham)
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Apakah ada penyesalan yang masih Anda rasakan karena meninggalnya orang tua (atau, kira-kira apa yang akan membuat Anda menyesal jika orang tua Anda kelak tiada)? Bagaimana Anda akan mengatasinya menurut renungan ini?
- Jika Anda kelak sudah tiada, apa yang Anda inginkan bagi anak-anak Anda? Apakah selama ini Anda sudah hidup dan mengarahkan mereka ke arah situ?
AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.(Kel. 20:12)
Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati. (Kel. 21:17)
Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran. (Ams. 10:12)
19 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (Mat. 6:19-20)
Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran. (3Yoh. 1:4)