Di dalam kehidupan orang Kristen, sering terdapat pertanyaan semacam:
- Apakah Si A atau Si B yang akan menjadi jodohku?
- Jika saya mengambil tawaran pekerjaan ini, bagaimana saya tahu inilah kehendak Allah?
Secara umum, kita tahu bahwa sesuatu itu adalah kehendak Allah jika itu selaras dengan firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab. Namun demikian, sering kita merasa kesulitan untuk mengetahuinya secara praktis.
Oleh sebab itu, marilah kita mengenal dulu apa itu dua macam kehendak Allah.
Secara logis, kehendak Allah dapat dibedakan sebagai kehendak Allah yang ditetapkan (kehendak Allah ini pasti terjadi) dan kehendak Allah yang diperintahkan (kehendak Allah ini belum tentu terjadi).
Kehendak Allah yang Ditetapkan (God’s Decretive Will)
Paulus menuliskan bahwa “segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Ef. 1:11). Artinya, apapun yang terjadi di dunia ini sebenarnya merupakan konsekuensi dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah sebelumnya.
Misalnya: “…seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel…” (1Raj. 22:34). Terlihat kebetulan, tetapi ini menggenapi nubuat Allah tentang kematian Ahab (baca ay. 13-36).
Kemudian, “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN” (Ams. 16:33).
Bagaimana dengan rencana jahat manusia? Itu bisa terlaksana, tetapi di balik itu, Allah menggunakannya untuk menggenapi apa yang telah ditetapkan oleh-Nya sebelumnya.
Misalnya, penyaliban Yesus: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis. 2:23).
Kehendak Allah yang Diperintahkan (God’s Preceptive Will)
Allah menghendaki manusia untuk hidup sesuai dengan standar kekudusan dan kebenaran-Nya. Misalnya, Sepuluh Perintah yang diterima Musa (Kel. 20:1-17). Namun karena sudah jatuh dalam dosa, kehendak Allah ini bisa dilanggar oleh manusia (tidak terjadi).
Penerapan
Jangan terlalu banyak berpikir, apakah A atau B yang menjadi kehendak Allah. Pelajarilah Alkitab dan jalanilah apa yang sesuai dengan kehendak Allah yang diperintahkan (tanggung jawab kita hanya sampai di titik ini).
Setelah sesuatu terjadi (ataupun tidak terjadi), baru kita tahu itulah kehendak Allah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kemudian, apapun hal buruk yang kita alami, percayalah itu tidak terjadi di luar kedaulatan Allah. Manusia boleh berusaha mencelakai kita, bahkan kita sendiri pun bisa salah mengambil keputusan. Tetapi, Allah bekerja di balik itu semua untuk membawa kebaikan bagi kita, anak-anak-Nya (Rm. 8:28).