Kita tentu sering mendengar sebutan-sebutan bagi Allah kita. Salah satunya, Yahweh Sebaot/YHWH Sebaot. Apa sih artinya?
Sebelumnya, mari kita melihat dulu dua ayat Alkitab dalam Perjanjian Baru yang mencantumkan frasa ini:
Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: “Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora” (Rm. 9:29)
Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. (Yak. 5:4)
Seperti yang tercetak tebal dalam ayat tersebut, frasa YHWH Sebaot (un, sabaōth; Ibr. tseba’ot) biasa diterjemahkan sebagai “TUHAN semesta alam.” Terjemahan yang lebih mendekati istilah aslinya adalah TUHAN segala pasukan/TUHAN bala tentara (LORD of armies atau LORD of hosts). Apa sih artinya?
Ternyata, frasa ini didasarkan pada pemahaman bangsa Israel sejak zaman Perjanjian Lama. Mereka memandang TUHAN adalah Allah yang memerintahkan bala tentara di langit dan di bumi. TUHAN juga bak seorang prajurit yang bertempur di pihak Israel untuk melawan musuh-musuh-Nya dalam “peperangan suci” (holy war).
TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya. (Kel. 15:3)
Di lain pihak, jika bangsa Israel berpaling dari TUHAN, maka Dia sendirilah yang akan menghadapi mereka dari pihak musuh. Hal ini tertulis di kitab Yesaya, yang menggambarkan TUHAN sendirilah yang memimpin bangsa Asyur untuk melawan bangsa Israel, umat Tuhan yang memberontak kepada-Nya.
18 Pada hari itu akan terjadi: TUHAN bersuit memanggil lalat yang ada di ujung anak-anak sungai Nil, dan memanggil lebah yang ada di tanah Asyur. 19 Dan semuanya akan datang hinggap di lembah-lembah yang terjal dan di celah-celah bukit-bukit batu, di segala pagar duri dan di segala tanah penggembalaan. 20 Pada hari itu dengan pisau cukur yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja Asyur, Tuhan akan mencukur kepala dan bulu paha, bahkan pisau itu akan melenyapkan janggut juga. (Yes. 7:18-20)
Lalu, apa respons kita setelah memahami ini? “Berperanglah” di jalan TUHAN, maka kita tidak akan pernah kehabisan sumber daya. Yakinkanlah bahwa apa yang kita lakukan dalam panggilan sehari-hari, itu semua memuliakan TUHAN. Dengan begitu kita tidak perlu takut dengan tantangan, TUHAN pasti menyertai!
Tetapi jika kita tidak berada dalam “jalan TUHAN,” bersiap-siaplah dengan kehancuran. Mungkin saja kita akan “hancur” secara jasmani. Tetapi, walaupun tidak, sudah pasti kita akan mengalami kehancuran secara rohani. Jika itu sudah terjadi, segera berbaliklah pada Tuhan dan mohon ampun kepada-Nya!
(referensi utama: Tremper Longman III, The Baker Illustrated Bible Dictionary)