Kusta merupakan salah satu penyakit yang sering disebut dalam Alkitab. Mulai dari Miryam yang dihukum Tuhan karena mengatai Musa (baca: Bil. 12) atau kisah yang sangat terkenal di Perjanjian Baru ketika Yesus bertemu menyembuhkan sepuluh orang kusta (baca: Luk. 17:11-19). Saya sering mendengar khotbah yang menampilkan ilustrasi orang kusta pada masa itu sebagaimana kusta di zaman modern (demi kenyamanan, saya tampilkan gambar yang tidak ekstrem).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kusta/lepra (disebut juga penyakit Hansen atau Morbus Hansen) adalah “penyakit menahun yang menyerang kulit dan saraf, yang secara perlahan-lahan menyebabkan kerusakan pada anggota tubuh.” Kusta termasuk penyakit menular (baca penjelasan lengkapnya di sini). Orang yang terkena penyakit ini dalam jangka waktu lama bisa mengalami perubahan bentuk fisik atau bahkan kehilangan anggota tubuh.
Tetapi, kusta pada zaman Alkitab berbeda dengan penyakit kusta yang kita kenal itu. Dalam catatan kakinya pada Lukas 17:12, Alkitab NIV menyebutkan bahwa istilah kusta dalam bahasa Yunaninya mengacu pada berbagai penyakit yang menyerang kulit.
Alkitab terjemahan BIMK juga sering menggunakan istilah yang lain untuk menyebut kusta. Bandingkan:
Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit kusta, semua orang yang mengeluarkan lelehan, dan semua orang yang najis oleh mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan; (Bil. 5:2 TB)
Berikanlah perintah ini kepada orang Israel: Semua orang yang menderita penyakit kulit yang berbahaya, atau penyakit kelamin, atau yang telah menyentuh mayat, harus dikeluarkan dari perkemahan orang Israel. (Bil. 5:2 BIMK)
Jadi, penyebutan bahwa penyakit kusta dalam kisah-kisah Alkitab sama dengan penyakit kusta pada masa kini merupakan kekeliruan.
Lebih jauh lagi, Alkitab menyatakan bahwa kusta merupakan salah satu tanda ketidakkudusan dan penderitanya harus dikucilkan dari orang lain dan dijauhkan dari ibadah:
45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! 46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya. (Im. 13:45-46)
Kusta juga merupakan salah satu kelompok orang yang harus dijauhkan dari perkemahan Israel:
1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 “Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit kusta, semua orang yang mengeluarkan lelehan, dan semua orang yang najis oleh mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan; 3 baik laki-laki maupun perempuan haruslah kausuruh pergi; ke luar tempat perkemahan haruslah mereka kausuruh pergi, supaya mereka jangan menajiskan tempat perkemahan di mana Aku diam di tengah-tengah mereka.” (Bil. 5:1-3)
Pada masa itu, orang-orang mengaitkan kecacatan (ataupun tampilan yang buruk seperti orang kusta) sebagai adanya kecacatan moral yang dilakukan penderitanya (sumber: The Baker Illustrated Bible Dictionary).
Bersyukurlah, kita sebagai orang percaya di masa kini tidak lagi menerima hukuman langsung (saat ini juga, di dunia) akibat dosa-dosa kita. Jangan menganggap itu sebagai alasan untuk tidak memelihara kekudusan. Sebab, Tuhan Yesus harus menderita demi membayar lunas semua dosa kita. Anugerah dan panjang sabar-Nya harus kita respons dengan sebaik-baiknya.
Baca juga:
Ketika tiang awan meninggalkan Kemah Pertemuan, kulit Miryam menjadi putih seperti salju. Ia terkena kusta. Saat Harun menoleh kepadanya, ia melihat Miryam terkena kusta. (Bil. 12:10)
11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 13 dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” 14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17 Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” 19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Luk. 17:11-19)