Sepenting apakah doa dalam kehidupan kita? Tidak sedikit orang Kristen yang menganggap doa seperti ban serep, hanya diingat ketika keadaan darurat. Doa juga dianggap sebagai kegiatan yang menjemukan, bahkan membuang-buang waktu. Apakah benar demikian?
Jika kita mencermati pelayanan Kristus di Injil Lukas, kita akan menemukan bahwa Dia adalah seorang pendoa. Berulang kali, Lukas menuliskan bagaimana Kristus berdoa dalam momen-momen spesial dalam pelayanannya: ketika dibaptis (3:21), memilih kedua belas murid (6:12), dimuliakan/transfigurasi (9:29), dan sebagainya. Tidak hanya itu, Kristus juga menjadikan doa sebagai sebuah gaya hidup. Dia selalu berusaha mencari waktu untuk mengundurkan diri dan berdoa (5:16).
Di antara doa-doa yang tersebar di Injil Lukas, doa Kristus di Taman Getsemani bisa dianggap sebagai doa yang paling spesial dalam Injil ini. Mengapa demikian? Doa ini dilakukan Kristus menjelang puncak pelayanan-Nya di dunia untuk menebus dosa manusia. Di titik inilah, Kristus, yang digambarkan Lukas sebagai Anak Manusia, mengalami pergumulan hebat.
Di Taman Getsemani, Kristus menghadapi dilema yang luar biasa beratnya. Di satu sisi, Kristus tahu kehendak Allah, yang telah merancang karya keselamatan-Nya bagi orang-orang percaya. Untuk itulah Kristus hadir ke dunia dan berinkarnasi sebagai manusia. Namun di sisi lain, Kristus juga tahu penderitaan seperti apakah yang akan Dia alami untuk menggenapinya.
Dilema inilah yang menyebabkan Dia mengatakan, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku” (ay. 42). Istilah cawan biasa digunakan para penulis Alkitab untuk menggambarkan murka Allah (mis. Mzm. 75:9; Yes. 51:17). Meminum “cawan” itu berarti Kristus menghadapi murka Allah akibat hukuman dosa yang ditimpakan kepada-Nya.
Pergumulan Kristus sebagai manusia sejati di Taman Getsemani begitu berat. Lukas sampai menggunakan istilah agōnia (Ing. Agony; BIMK: sangat menderita secara batin) dan mendeskripsikan peluh-Nya menetes seperti titik-titik darah (ay. 44). Seorang malaikat pun menguatkan-Nya (ay. 43).
Bersyukurlah, doa Kristus diakhiri dengan “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (ay. 42). Di Taman Getsemani itu, Kristus memilih taat untuk menggenapi seluruh kehendak Allah (Ibr. 5:7-8). Dia menebus kegagalan Adam, manusia pertama, ketika dicobai di Taman Eden (Rm. 5:12-21). Ini membuktikan Kristus benar-benar Anak Manusia, yang layak menebus dosa orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Bagaimana respons kita? Kristus berkata pada para murid, “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (ay. 40, 46). Kondisi dunia yang sudah cemar oleh dosa (aspek eksternal) dan natur dosa yang ada dalam diri kita (aspek internal), semuanya menekan kita untuk menjauh dari kehendak Allah. Hanya dengan bersandar dalam doa, kita akan memiliki kepekaan dan kekuatan untuk taat pada kehendak Allah. Seorang penafsir berkata, “Setiap kehidupan memiliki “Getsemani”-nya sendiri dan setiap Getsemani memiliki “malaikat”-nya sendiri. Akankah kita terus mengabaikan doa? Amin.
REFLEKSI
Doa sejatinya adalah sebuah gaya hidup, bukan dilakukan hanya ketika ada di situasi sulit. Biasakanlah berdoa, maka ketika kesulitan datang, kita sudah terbiasa melakukannya (Billy Graham)
PERTANYAAN DISKUSI
- Alkitab mengungkapkan bahwa bahwa kehidupan di muka bumi ini merupakan medan peperangan rohani. Namun demikian, mengapa banyak orang Kristen yang tidak merasakan pergumulan rohani ini?
- Apakah yang selama ini menjadi penghalang Anda untuk berdoa? Bagaimana cara Anda untuk mengatasinya?
REFERENSI AYAT ALKITAB
39 Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. 40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” 41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: 42 “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” 43 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. 44 Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. 45 Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. 46 Kata-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Luk. 22:39-46)
Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. (Luk. 5:16)
Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang fasik di bumi. (Mzm. 75:9)
Terjagalah, terjagalah, bangunlah, hai Yerusalem, hai engkau yang telah meminum dari tangan TUHAN isi piala kehangatan murka-Nya, engkau yang telah meminum, menghirup habis isi cangkir yang memusingkan! (Yes. 51:17)