Mengatasi Kekhawatiran (Mat. 6:25-34)

Photo by Alexei Maridashvili on Unsplash

Print Friendly, PDF & Email

Khawatir merupakan fenomena yang umum terjadi. Tidak hanya pada masa kini, orang-orang pada zaman Tuhan Yesus pun mengalaminya. Banyak di antara mereka yang hidup pas-pasan, bahkan kekurangan. Upah hari ini hanya cukup untuk sehari. Hari esok? Serba tidak pasti. Kepada orang-orang yang seperti inilah Tuhan Yesus menyampaikan khotbah-Nya.

Jika di bagian sebelumnya Tuhan Yesus mengajarkan supaya pengikut-Nya tidak diperbudak kekayaan (6:19-24), maka di bagian ini Dia melanjutkan supaya pengikut-Nya tidak khawatir soal penghidupan sehari-hari. Khawatir di sini berarti kecemasan yang berlebihan sehingga merugikan kita. Mulai dari masalah kesehatan (gangguan saraf, jantung, komplikasi), beban mental (tidak memiliki kekuatan dalam menjalani hidup, Ams. 12:25), hingga kemunduran spiritual (hidup tidak berbuah, Mat. 13:22).

            Ketika kekhawatiran menghinggapi kita, ingatlah dua hal ini. Pertama, kita adalah anak-anak Tuhan yang diciptakan seturut gambar dan rupa-Nya. Kehidupan yang kita jalani di dunia ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi sudah dirancang Allah sejak kekekalan (ay. 25; Mzm. 139:16). Jika Allah sudah memberikan hidup dan tubuh pada kita, maka Dia juga pasti tidak lupa untuk memenuhi kebutuhannya (ay. 25). Jadi, apapun yang saat ini bisa menjadi pemicu kekhawatiran kita, Allah sudah terlebih dulu mengetahui dan merancang solusinya.

            Kemudian, Tuhan Yesus juga mengajak para pendengar-Nya untuk memperhatikan alam sekitar: burung, bunga bakung, dan rumput (ay. 26, 28, 30). Semua makhluk ciptaan Allah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa hidup dengan baik. Jika tumbuhan dan binatang saja diperhatikan dengan cermat, tidak mungkin Allah tidak memperhatikan anak-anak-Nya!

            Kedua, kita memiliki Allah yang penuh kasih dan memperhatikan anak-anak-Nya. Dia tahu apa yang kita perlukan (ay. 31-32). Tidak hanya itu, Dia juga aktif menjaga hidup kita (ay. 26, 28). Di dalam dunia teologi, ada satu doktrin penting yaitu providensia Allah. Doktrin ini bersumber dari banyak sekali penyataan dalam Alkitab bahwa Allah turut bekerja dalam kehidupan anak-anak-Nya untuk menyertai mereka (misal, Rm. 8:28).

            Bahkan, Allah juga rela menyerahkan Anak-Nya demi menebus dosa orang-orang yang percaya kepada-Nya. Paulus berkata, jika Anak-Nya saja diberikan bagi kita, mana mungkin Dia akan menahan-nahan kebaikan lain (baca Rm. 8:32 BIMK)? Apalagi cuma soal “membiayai” kehidupan anak-anak-Nya. Ini hal yang terlalu remeh bagi Allah.

            Berdasarkan dua hal ini, maka kekhawatiran tidak boleh menjadi beban bagi kita. Bahkan, Tuhan Yesus mengaitkan kekhawatiran sebagai tanda lemahnya iman. Dalam ayat 30 Dia berseru, “Hai orang yang kurang percaya (Yun. oligopistos, yang kecil imannya).” Manusia bukan hanya bisa merendahkan Tuhan dengan menghujat nama-Nya, tetapi juga dengan cara meragukan penyertaan-Nya. Billy Graham berkata, “Ketika kita membiarkan kekhawatiran mendominasi diri kita, maka sebenarnya kita sedang tidak percaya bahwa Tuhan mampu menjaga hidup kita.”

            Jika demikian, bagaimana kita harus hidup? Di dalam ayat 33 versi BIMK tertulis: “Usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya.” Artinya, Allah harus menjadi prioritas di dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena kebutuhan kita sudah pasti akan dijamin oleh Allah. Bukan berarti segala keinginan kita akan terpenuhi. Atau, kita akan hidup mewah. Ingat, Tuhan Yesus di sini tidak berbicara tentang barang-barang mewah, melainkan makanan dan pakaian.

Perhatikan pula bahwa Matius 6:25-34 ini ada dalam rangkaian ajaran Khotbah di Bukit, yang mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Jadi, sebagai warga Kerajaan Allah, fokus kita dalam hidup sehari-hari haruslah berbeda dengan orang lain yang tidak mengenal Tuhan. Tetaplah bekerja keras. Namun di tengah semua yang kita lakukan, persembahkanlah bagi kemuliaan Allah dan yakinkanlah bahwa itu seturut dengan kehendak Allah (Kol. 3:23).

Jangan hidup seperti orang-orang yang tidak percaya, yang sehari-hari fokusnya hanya pada hal-hal yang fana di dunia ini. Jangan pula hidup seperti binatang, yang sehari-hari fokusnya hanya bagaimana bertahan hidup dan berkembang biak. Fokuslah untuk mengerjakan hal-hal yang bernilai kekal (Yoh. 4:34). Amin.

REFLEKSI

Kecemasan tidak akan menghilangkan kesedihan di masa depan, tetapi hanya akan menghilangkan kekuatan di masa kini (Charles Spurgeon)

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Jika kita tidak perlu khawatir, masih perlukah kita melakukan perencanaan? Jika ya, bagaimana melakukannya sesuai dengan Mat. 6:25-34 ini?
  2. Adakah sesuatu yang menjadi kekhawatiran Anda pada saat ini? Nyatakanlah pada Tuhan dan mintalah damai sejahtera dari-Nya.

REFERENSI AYAT ALKITAB

25 ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat. 6:25-34)

Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia. (Ams. 12:25)

Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (Mat. 13:22)

mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya. (Mzm. 139:16)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

Anak-Nya sendiri tidak disayangkan-Nya, melainkan diserahkan-Nya untuk kepentingan kita semua; masakan Ia tidak akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang lainnya? (Rm. 8:32 BIMK)

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kol. 3:23)

Kata Yesus kepada mereka: ”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh. 4:34)

Baca juga:

Ayat-ayat Alkitab tentang kekhawatiran | STUDIBIBLIKA.ID

Mengapa Harus (Terus) Khawatir? (Mat. 6:25-34) | STUDIBIBLIKA.ID

Related Post

Leave a Reply