Seorang teolog berkata, “Pengenalan terhadap Allah akan memengaruhi bagaimana seseorang hidup.” Jika kita keliru mengenal Allah, maka kita juga akan memiliki pola hidup yang keliru. Misalnya, jika kita berpikir kekudusan Allah itu seperti manusia, bisa dipermainkan, maka kita akan bermain-main pula dengan kekudusan. “Ah, tidak apa-apa pacaran nyerempet-nyerempet sedikit. Allah juga tidak marah, kok kamu yang repot….,” jawab seorang pemuda kalau diingatkan tentang bahaya seks pranikah.
Kekeliruan yang mirip terjadi di zaman Yohanes. Ada orang-orang yang mengajarkan bahwa kehidupan rohani lebih penting dibanding kehidupan moral (melakukan yang benar atau salah). Mereka juga percaya telah diselamatkan secara rohani, sehingga tidak mungkin berbuat dosa lagi (1Yoh. 1:10). Karena terlalu menekankan dunia rohani, mereka bahkan menyangkal bahwa Tuhan Yesus ada dalam wujud manusia (1Yoh. 1:1).
Yohanes mengecam ajaran seperti ini dengan mengatakan bahwa “Allah adalah terang” (ay. 5). Pernyataan ini menegaskan bahwa Allah pada dasarnya kudus, mulia, dan benar. Gambaran ini sesuai dengan kitab-kitab Perjanjian Lama (Mzm. 27:1) dan pernyataan Tuhan Yesus “Akulah terang dunia” (Yoh. 8:12).
Pernyataan ini juga mengecam para pengajar sesat. Mereka merasa diri benar tetapi sesungguhnya ada dalam kegelapan: kejahatan (Ams. 2:13), penghakiman (Kel. 10:21), dan kematian (Mzm. 88:12). Keadaan tanpa terang membuat mereka tidak bisa membedakan dengan baik.
Yohanes juga mengajarkan bahwa “Di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (ay. 5). Artinya, kekudusan, kemuliaan, dan kebenaran Allah itu sempurna, sama sekali tidak ada cacatnya. Suatu kali saya mau membeli laptop dan penjualnya mengatakan mau mendiskon 500 ribu. Apa sebabnya? Di antara ratusan ribu piksel, titik-titik di layar, ada satu yang rusak. Memang kalau tidak dilihat di bagian situ, tidak ketara bedanya. Tetapi itu mengganggu, dan mungkin saja menyebar ke bagian lain.
Terang Allah, mau diperhatikan sedetail apapun, kita tidak akan menemukan titik hitam di dalamnya karena natur Allah tidak bisa disatukan dengan dosa. Dia tidak seperti manusia yang bisa sesekali berbuat tidak baik. Atau, terpaksa berbuat tidak baik karena keadaan. Tidak ada dilema moral bagi-Nya.
Jika demikian, bagaimana penerapannya dalam hidup kita? Pertama, hiduplah dalam terang. Itulah tanda bahwa kita ada dalam terang Tuhan (ay. 7). Hidup bukan lagi sekadar mengejar gaji berapa atau punya kendaraan apa. Yang lebih penting, teruslah membuang kegelapan yang ada dalam diri kita. Minta ampunlah pada Tuhan jika kita masih berbuat dosa (1Yoh. 1:9).
Kedua, bersekutulah dalam komunitas terang. Persekutuan kita dengan Allah pasti menuntun kita pada persekutuan dengan orang-orang yang sama-sama telah ada dalam terang. Jika kita enggan bergereja, atau malah memecah belah gereja, kita belum berada dalam terang Tuhan.
Ketiga, sandarkanlah hidup sepenuhnya pada Allah. Panggilan dan pemberian-Nya dalam hidup kita tidak pernah salah. Maka, kalau kita mengikut Dia sepenuh hati, dijamin hidup kita tidak akan sia-sia. Amin.
REFLEKSI
Semakin kita mendekatkan sebuah objek kepada cahaya, maka titik nodanya akan semakin terlihat. Demikian pula ketika kita semakin hidup dekat dengan Tuhan, kita akan semakin melihat keburukan kita (Robert Murray M’Cheyne)
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Bagaimana membedakan terang yang berasal dari Tuhan dengan “terang” yang berasal dari dunia/Si Jahat?
- Apakah ada area kehidupan pribadi Anda yang masih berada dalam kegelapan? Akuilah kepada Tuhan dan mohon Roh Kudus meneranginya sehingga hal tersebut tidak mengganggu persekutuan Anda dengan Kristus.
AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG
5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. 6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. 7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. (1Yoh. 1:5-7)
9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. 10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. (1Yoh. 1:9-10)
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (1Yoh. 1:1)
Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? (Mzm. 27:1)
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: ”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8:12)
dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap; (Ams. 2:13)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap itu.” (Kel. 10:21)
apatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? (Mzm. 88:12)
Baca juga: