Kasih merupakan salah satu natur Allah yang sering disalahpahami. Kejatuhan dalam dosa membuat manusia terjerumus untuk menurunkan standar kasih Allah. Misalnya, karena beralasan bahwa Allah adalah kasih, banyak orang yang menuntut bahwa pernikahan sejenis juga berhak untuk diberkati di gereja.
Kekeliruan pemahaman tentang Allah juga terjadi pada masa Yohanes. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka telah mendapat pencerahan, sehingga tidak peduli lagi dengan nilai-nilai moral. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha memisahkan diri dari jemaat dan membuat perpecahan. Parahnya lagi, orang-orang tersebut menganggap diri telah mengenal Allah.
Yohanes membantah keyakinan mereka, yang merasa diri benar padahal masih ada dalam kegelapan. Yohanes berkata, “kasih berasal dari Allah” dan “setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (ay. 7). Dengan kalimat ini, Yohanes menegaskan bahwa orang-orang yang telah dilahirbarukan pasti akan menunjukkan perubahan hidup. Salah satunya, mereka akan memiliki kasih.
Mengapa demikian? Karena “Allah adalah kasih” (ay. 8). Artinya, kasih adalah esensi dari Allah. Semua yang dipikirkan dan dilakukan Allah semata-mata lahir dari kasih-Nya (termasuk juga ketika Allah memberikan hukuman!). Allah tidak mungkin melanggar natur-Nya ini. Jadi, orang yang mengenal (dalam arti mengalami) Allah pasti akan “tertular” natur-Nya ini.
Kedua pernyataan ini juga mematahkan klaim bahwa kasih merupakan hasil pemikiran manusia. Karena semua manusia diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya, maka semua manusia bisa membagikan kasih kepada sesama. Termasuk juga, orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya pun dapat melakukannya. Tentu, secara terbatas dari apa yang dipikirkan mereka.
Pemahaman tersebut menuntun kita pada beberapa konsekuensi. Pertama, kasih Allah harus menjadi dasar ketaatan kita. Keliru kalau orang Kristen masih rajin beribadah hanya karena takut hukuman Tuhan. Ingat, Allah telah lebih dulu menyatakan kasih-Nya kepada kita sebelum ada satu pun kebaikan yang kita kerjakan bagi-Nya (Rm. 5:8). Ketaatan kita bukanlah penyebab Allah bisa mengasihi kita. Demikian pula, kegagalan kita untuk taat tidak akan membuat Allah gagal juga untuk mengasihi kita.
Kedua, Kasih Allah harus menjadi sumber kasih kita kepada sesama. Pada masa kini, ketika dunia semakin jahat (Mat. 24:12), semakin banyak alasan bagi kita untuk tidak berbagi kasih: kesibukan, tekanan hidup, atau takut dimanfaatkan. Kalau kasih kita bergantung pada diri sendiri (yang terbatas), atau bergantung pada sikap orang lain (yang bisa menjahati kita) maka suatu saat kita pasti akan gagal mengasihi.
Berbeda jika kita memiliki kasih yang bersumber dari Allah, yang telah memberikan segalanya bagi kita. Kita pasti akan selalu menemukan alasan untuk berbagi kasih. Bukankah jika Kristus tetap rela memberikan nyawa-Nya bagi kita yang tidak layak dikasihi, itu berarti kita juga tidak berhak menahan kasih kepada orang-orang yang kita anggap tidak layak untuk dikasihi?
Ketiga, kasih Allah harus menjadi teladan ketika kita mengasihi sesama. Teladan yang seperti apa? Yohanes mengajarkan bahwa kasih harus dinyatakan dengan perbuatan dan juga dalam kebenaran (1Yoh. 3:18). Jangan hanya berhenti pada mengasihani orang lain. Bukankah Allah juga tidak berhenti hanya berbelas kasihan ketika manusia ada dalam ancaman kebinasaan? Dia rela mengutus Anak-Nya untuk menderita dan mati demi menebus dosa manusia.
Atau, memberikan kasih secara sembarangan. Misalnya, membiarkan orang lain dalam kesalahan dengan dalih kasih. Ingat, “Allah adalah kasih” namun sekaligus juga “Allah adalah terang” (1Yoh. 1:5). Tuhan Yesus tidak hanya bergaul dengan para pemungut cukai, tetapi juga sering mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena kedegilan hati mereka dan Dia juga pernah marah di Bait Allah.
Marilah kita merenungkan, sudahkah kasih Allah terwujud di dalam kehidupan kita sehari-hari? Itulah salah satu tanda apakah kita sudah mengenal Allah dan dilahirbarukan atau belum. Amin.
REFLEKSI
Kasih Allah tidak diciptakan. Itu adalah natur-Nya (Oswald Chambers)
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Apakah ada batas bagi kita untuk berbagi kasih? Bagaimana pendapat Anda terhadap orang-orang yang takut dimanfaatkan orang lain (atau membuat orang lain terlena) sehingga mereka membatasi diri dalam berbagi kasih.
- Apakah ada orang-orang atau keadaan tertentu yang saat ini membuat kita gagal mengasihi? Bagaimana cara mengatasinya berdasarkan renungan ini?
AYAT-AYAT ALKITAB PENDUKUNG
7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1Yoh. 4:7-8)
24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! (Mat. 25:24-25)
Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (1Yoh. 4:20)
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rm. 5:8)
Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Mat. 24:12)
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1Yoh. 3:18)
an inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. (1Yoh. 1:5)
Baca juga:
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V’ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 – 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 – 31( juga di Matius 22 : 37 – 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 – 5, ” שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. ”
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, ” Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V’ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me’odekha ]
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, ” וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. ”
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, ” V’ahavta l’reakha kamokha ” ]
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
” . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. ”
( Barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱