Makna Hidup
Photo by Ulysse Pointcheval on Unsplash

Makna Hidup

Beberapa waktu yang lalu, saya sekeluarga makan di sebuah restoran all you can eat. Dengan harga yang terbilang murah, pengunjung dapat makan semua hidangan sepuasnya. Mau daging ayam, sapi, babi, seafood, semua terhidang di sana. Tidak lupa, pengelola restoran juga memberikan pilihan hidangan penutup yang tidak kalah banyaknya. Istimewanya lagi, tidak ada batas waktu untuk makan di situ. Mau datang ketika restoran baru buka sampai pulang ketika menjelang tutup pun, silakan saja!

Amatilah gambar ini sejenal untuk merenungkan kaitannya dengan makna hidup Anda
Restoran all you can eat yang saya kunjungi. Lihat betapa banyak pilihan hidangan yang dijejerkan di tengah ruangan.

Berdasar pengamatan saya, restoran ini tidak pernah sepi pengunjung. Bahkan di jam-jam lapar, pengunjung harus antre dulu menunggu ada meja yang tersedia. Padahal, restoran itu bisa memuat ratusan orang.

Antusiasme seperti ini wajar karena bayangan pengunjung yang dapat makan sepuasnya tanpa hitung-hitungan. Dalam benak mereka, ini adalah tawaran yang menguntungkan. Walaupun pastinya pengelola restoran mendapat untung duluan.

Ketika makan di situ, saya merenung bahwa hidup pun bisa diibaratkan sebagai sebuah restoran all you can eat. Berbagai macam pilihan tersedia. Banyak orang pun berlomba-lomba untuk melahap berbagai pilihan itu selama hidup. Makin banyak pilihan yang bisa didapat, semakin puas juga seseorang.

Namun orang sering lupa, bahwa walaupun namanya all you can eat, tetap saja ada batasnya. Entah karena restoran tutup, atau perut kita sendiri yang terlanjur kenyang. Ketika makan di restoran itu, kurang dari satu jam saya sudah merasa sangat kenyang. Mau ditawari makan sampai malam pun, saya pasti menolak. Perut sudah tidak muat lagi.

Hidup itu ada batasnya

Hidup pun seperti itu. Jangan dikira hidup ini bisa kita nikmati sepuasnya dan selamanya. Pengkhotbah mengatakan, “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Pkh. 4:14b).

Saya ingatkan, banyak orang di muka bumi ini yang kaget ketika tiba-tiba ajal ada di depan mereka. Pikir mereka, hidup ini masih panjang. Masih puluhan tahun lagi. Masih banyak mimpi yang belum diraih. Masih banyak kepuasan hidup yang belum didapat.

Hidup ada di tangan Tuhan. Tidak peduli bagaimana situasi hidup kita, Tuhan berdaulat untuk menghentikannya. Ada orang yang tutup usia ketika sedang giat-giatnya menyelesaikan skripsi. Ada orang yang tutup usia ketika sedang senang-senangnya menikmati status pengantin baru. Bahkan, ada juga yang tutup usia ketika beberapa jam sebelumnya masih browsing Internet seperti Anda ini.

Bagaimana dengan orang yang merasa sudah mencapai segalanya? Banyak di antara mereka yang kemudian tiba-tiba merasa hampa. Mau apa lagi di dunia ini? Atau, cemas. Bagaimana jika aku mati dan terpisah dari semua ini?

Mengerikan, bukan? Itulah yang menjadikan hidup ini tidak bisa disandarkan. Lalu bagaimana sebaiknya kita menjalani hidup?

Hiduplah Berpusat pada Tuhan

C.T. Studd, seorang misionaris, mengeluarkan satu kalimat yang bijak. “Only one life, ’twill soon be past, Only what’s done for Christ will last.” Hidup itu hanya sekali, dan cepat berlalu. Hanya apa yang engkau lakukan untuk Kristuslah yang akan bertahan.

Nasihat ini selaras dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab. Misalnya, salah satu ayat yang Anda pasti sangat kenal: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23).

Mau itu mengerjakan skripsi, berumah tangga, browsing Internet, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Bukan semata untuk memuaskan keinginan pribadi. Makna hidup hanya akan ditemukan ketika hidup kita dipusatkan pada Tuhan.

Prinsip ini sebenarnya cukup untuk dijadikan panduan menjalani hidup dengan berhikmat. Jika sesuatu tidak memuliakan Tuhan, jangan dilakukan. Sebaliknya, apa yang kita lakukan, pastikan ditujukan untuk kemuliaan Tuhan. Sederhana, bukan?

Yakinlah, dengan mengikuti panduan ini, kita tidak akan menyesal ketika Tuhan memanggil pulang. Juga, kita pun akan merasa puas dalam menjalani hidup ini. Tidak mungkin kita tidak merasa puas ketika sudah hidup sesuai dengan maksud Tuhan menjadikan kita di dunia ini. Amin.

Baca juga:

https://www.gotquestions.org/Indonesia/arti-hidup.html

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply