Upah Mengikut Yesus (Mrk. 10:28-31)
Photo by Manik Roy on Unsplash

Upah Mengikut Yesus (Mrk. 10:28-31)

Awal tahun ini, masyarakat Indonesia digemparkan dengan penangkapan seorang pemengaruh (influencer) karena terbukti melakukan penipuan berkedok investasi. Setelah kejadian itu, satu demi satu kesaksian dari para korban pun muncul. Mereka kecewa karena bukannya keuntungan besar yang didapat, uang mereka malah ludes seketika.

Fenomena seperti ini saya amati terjadi juga di kalangan Kristen. Tidak sedikit orang yang setelah sekian lama mengikut Tuhan menjadi kecewa. Sebabnya, kondisi kehidupan mereka tidak semakin membaik, tetapi malah memburuk. Begitu banyak tantangan dan kehilangan yang harus mereka alami selama menjadi anak Tuhan. “Apa untungnya ikut Tuhan Yesus kalau keadaanku malah jadi lebih buruk?”, mungkin begitu pikir mereka.

Bagian Alkitab yang menjadi dasar renungan kali ini sebenarnya diawali oleh percakapan antara Tuhan Yesus dengan seorang kaya (Mrk. 10:17-27). Orang tersebut sesumbar bahwa sejak mudanya, dia sudah menuruti seluruh perintah Allah. Namun ketika diminta untuk mempersembahkan seluruh hartanya, dia menolak. Dengan kecewa, dia pergi meninggalkan Tuhan.

Apa yang ditunjukkan orang kaya tersebut bertolak belakang dengan Petrus. Dia bertanya kepada Tuhan Yesus, apa yang akan dia dapatkan karena telah meninggalkan segala sesuatu demi menjadi pengikut-Nya (ay. 28)? Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal seperti itu akan menerima kembali seratus kali lipat di dunia ini, dan akan menerima hidup kekal di dunia yang akan datang (ay. 29-30).

Pernyataan tersebut sama sekali tidak mengajarkan bahwa hidup kita akan serba lancar. Atau, persembahan kita akan diganti seratus kali lipat secara nominal. Justru Tuhan Yesus mengiyakan bahwa kita bisa saja mengalami berbagai kerugian, bahkan penganiayaan. Namun, apa yang kita terima sebagai pengikut Kristus jauh lebih bernilai dibanding kerugian apapun yang menimpa kita. Kehilangan harta benda, keluarga, bahkan nyawa, tidak ada apa-apanya dibanding hidup kekal yang dijanjikan Tuhan.

Belum lagi, kualitas kepuasan yang kita terima karena hidup dekat dengan Tuhan. Walaupun secara kuantitas jauh lebih sedikit dibanding orang yang hidup sembarangan, tetapi kepuasan yang kita rasakan jauh lebih tinggi (Ams. 15:16). Ibaratnya, hidup dekat dengan Tuhan itu seperti makan bakso di warung pinggir jalan bersama pacar. Walaupun sederhana, tetapi jauh lebih nikmat dibanding makan di restoran mahal bersama bos yang galak.  

Pemahaman ini hendaknya menuntun cara pandang kita sebagai orang percaya. Jadikanlah Allah dan hal-hal yang bernilai kekal sebagai hasrat dalam hidup kita (Mzm. 73:25-26). Jangan mudah terkelabui dengan nilai-nilai dunia. Kelak, akan terbukti bahwa apa yang dikejar oleh orang-orang dunia ternyata tidak ada nilainya lagi dalam kekekalan (ay. 31).

Kemudian, jangan ragu untuk tetap setia pada panggilan Tuhan, apapun risiko yang kita hadapi. Persembahkanlah segala yang ada pada kita. Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, karena kita pasti akan ada dalam posisi “berutang.” Sampai kapanpun, kita tidak akan sanggup mengimbangi pengurbanan-Nya yang begitu besar demi menebus dosa kita. Amin.

REFLEKSI

Siapa yang rela melepaskan sesuatu yang tidak bisa dia genggam erat demi sesuatu yang kekal bukanlah orang yang bodoh (Jim Elliot)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa saja yang mungkin dialami oleh orang-orang yang selalu hitung-hitungan dengan Tuhan?
  2. Apakah masih ada sesuatu (baik berupa barang, impian, kebiasaan, dsb.) yang belum rela untuk Anda lepaskan sepenuhnya jika Tuhan menghendaki?

REFERENSI AYAT ALKITAB

28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” 29 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” (Mrk. 10:28-31)

Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. (Ams. 15:16)

25  Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 26  Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. (Mzm. 73:25-26)

Hiduplah dalam Prinsip Hadiah, Bukan Upah (Rm. 4:1-8) | STUDIBIBLIKA.ID

Upah Melayani Tuhan | STUDIBIBLIKA.ID

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply