Kitab-kitab Injil menyajikan kisah-kisah menarik tentang Yesus Kristus, Sang Anak Allah. Namun demikian, di dalamnya terdapat juga beberapa hal yang terlihat janggal. Salah satunya, mengapa Yesus menyembuhkan orang buta dengan cara meludah dan membuat adukan tanah (Yohanes 9).
Ketika bertemu dengan orang yang buta sejak lahir, murid-murid-Nya bertanya siapa yang berdosa, diakah atau orang tuanya, sehingga orang buta itu mengalami nasib yang buruk. Yesus kemudian menjawab supaya jangan mengungkit-ungkit siapa yang bersalah. Tetapi, biarlah melalui itu pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan. Tuhan Yesus kemudian berkata, “Akulah terang dunia” (ay. 5).
Apa yang terjadi selanjutnya sungguh membuat saya bertanya-tanya. Perhatikan bagian berikut:
6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan membuat lumpur dengan ludah itu, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7 dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya, “Yang diutus.” Orang itu pun pergi membasuh dirinya lalu kembali dan dapat melihat lagi (Yoh. 9:6-7).
Apa yang ada dalam pikiran Pembaca ketika membaca bagian ini? Kalau saya, terus terang, merasa aneh dan sedikit jijik. Bukankah Tuhan Yesus bisa langsung saja berkata “Sembuh!”, maka seketika juga orang buta itu dapat melihat? Mengapa harus meludah, mengaduknya dengan tanah, dan kemudian mengoleskannya ke mata orang buta itu?
Pembaca, di sinilah kita harus menggali apa yang sebenarnya sedang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus. Sayangnya, Alkitab tidak menjelaskannya secara detail. Maka wajar jika para ahli pun banyak berbeda pendapat.
Misalnya, beberapa Bapa Gereja mengaitkannya dengan kisah penciptaan manusia dari debu tanah (Kej. 2:7). Kemudian, Yohanes Kalvin mengartikannya bahwa Tuhan Yesus sedang memperberat masalah orang buta tersebut. Dengan demikian, orang buta tersebut akan lebih merasakan mukjizat yang akan dilakukan Tuhan Yesus. Pendapat lain mengaitkannya dengan budaya berbagai bangsa yang menganggap cairan manusia (ludah, ASI, darah menstruasi, atau urin) di tangan orang yang “berkuasa” dapat menjadi alat untuk menyalurkan berkat.
Mana yang benar? Sekali lagi, karena Alkitab tidak menjelaskannya dengan detail. Jadi, kita hanya bisa berasumsi. Semua jawaban di atas sah-sah saja karena dasarnya pun cukup baik.
Namun saya tertarik pada satu pendapat yang mengaitkan hal tersebut dengan respons orang-orang Farisi dalam kisah tersebut. Kita tahu bahwa orang-orang Farisi merupakan salah satu golongan orang Yahudi yang paling ketat dalam menjalankan tradisi. Juga, paling getol dalam menyerang Yesus.
Jika kita membaca secara teliti, tampaknya inilah konstruksi yang paling sesuai dengan konteks. Misalnya, pasti ada maksud dari Yohanes ketika menuliskan beberapa ayat berikut:
Adapun hari waktu Yesus membuat lumpur dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (ay. 14)
Lalu kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” (ay. 16)
Selanjutnya, berulang kali orang-orang Farisi diceritakan lebih tertarik untuk menelusuri cara Yesus menyembuhkan orang buta itu (ay. 15, 19, 26) dibanding fakta bahwa orang buta tersebut sembuh. Inilah yang membuat Yesus melakukan hal itu.
Bagi orang Farisi, Yesus melanggar hukum Taurat karena pada hari Sabat menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (tidak mendesak untuk dilakukan pada hari Sabat, karena orang itu tidak “sakit” – penyembuhan bagi orang sakit dikecualikan untuk hari Sabat). Juga, Yesus “melakukan pekerjaan” dengan mengaduk tanah. Ini menunjukkan bahwa Yesus sengaja menyatakan dirinya sebagai Anak Manusia yang berotoritas atas hari Sabat (Luk. 6:5).
Lebih jauh lagi, ada konteks lain juga yang mungkin dinyatakan Yesus. Para rabi waktu itu mengatakan bahwa “ludah anak laki-laki sulung dari seorang ayah dapat menyembuhkan.” Tetapi, Yesus hanya beribu (lahir dari Maria dan dikandung Roh Kudus). Jadi, Yesus juga sedang menyatakan bahwa kuasa yang diperlihatkannya itu benar-benar datang dari Allah. Ini menjawab pertengkaran-Nya dengan orang-orang Farisi yang mempertanyakan asal-usul dan kuasa-Nya (baca pasal 8).
Apapun jawaban yang Pembaca yakini, marilah kita ingat selalu bahwa segala yang tertulis di dalam Injil Yohanes haruslah menuju pada Pribadi Yesus sebagai Anak Allah. Khususnya di bagian ini, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia, yang mencelikkan kebutaan rohani.
Bukankah demikian yang dinyatakan oleh Yohanes?
tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31)
Diolah dari berbagai sumber tafsiran
Kunjungi juga:
Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) | STUDIBIBLIKA.ID
(43) John 9: Why did Yeshua use Spit and Clay to Heal? – YouTube