Sukacita, Doa, dan Ucapan Syukur (1Tes. 5:16-18)
Photo by Humphrey Muleba on Unsplash

Sukacita, Doa, dan Ucapan Syukur (1Tes. 5:16-18)

Sudah hampir sebulan ini kita memasuki tahun 2023. Esok hari, orang-orang Tionghoa juga akan memasuki tahun baru Imlek. Ada nuansa sukacita, doa, dan ucapan syukur yang dibagikan orang. Ketiga hal ini sebenarnya diperintahkan Tuhan kepada orang-orang percaya (1Tes. 5:16-18). Tetapi, tentu ada makna yang lebih dalam yang Tuhan inginkan dalam perintah ini.

Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ketika Tuhan memerintahkan berdoa dan mengucap syukur, mungkin kita maklum. Tetapi, bersukacita? Bukankah ini sama dengan yang dikejar orang-orang dunia? Sebenarnya, bersukacita adalah salah satu bukti bahwa seseorang telah menerima Kristus sehingga Paulus menuliskannya sebagai bagian dari buah Roh (Gal. 5:22-23). Logikanya, tidak mungkin persekutuan dengan Kristus yang mahakasih akan membuat seseorang menjadi letih lesu, dan berbeban berat (Mat. 11:28).

Jadi, bagaimana orang percaya bisa mendapat sukacita? Dekatkan diri kita dengan Kristus. Fokus pada Kristus dan bukan masalah atau keinginan daging kita. Bukan berarti sedih itu dosa atau tanda kita ada di luar Tuhan. Tetapi, mendekat pada Kristus akan mengubah cara pandang kita dalam menghadapi dunia. Seperti jemaat Tesalonika yang tetap bisa menghibur orang lain walaupun mereka bersedih karena kematian orang-orang terkasih (1Tes. 4:13-18). Inilah yang membuat kita bisa bersukacita senantiasa.

Tetaplah berdoa (ay. 17). Paulus kemudian melanjutkannya dengan perintah untuk  berdoa (ini merupakan ayat terpendek di seluruh Alkitab Terjemahan Baru). Bukan ketika menghadapi situasi yang dianggap penting saja, ketika ada waktu luang saja, atau juga berdoa tetapi melalaikan tanggung jawab yang lain. Berdoa, dalam konteks ini bercakap-cakap dengan Allah, harus kita jadikan kebiasaan di tengah segala hal yang kita lakukan sehari-hari.

Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Seperti halnya bersuka cita dan berdoa, mengucap syukur juga harus dilakukan secara permanen (“dalam segala hal). Hidup di dunia ini kadang enak, kadang berat. Tetapi, “Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pkh. 3:11a). Itulah sebabnya, di tengah keadaan baik maupun yang kurang baik (menurut pemikiran manusia), kita percaya bahwa Allah yang memberikan itu semua demi kebaikan kita (Rm. 8:28). Dengan demikian, mengucap syukur dalam segala hal merupakan perintah yang wajar untuk kita lakukan.

Lalu, bagaimana mungkin ketiga hal ini dilakukan secara terus menerus? Perhatikan bahwa ayat 16-18 adalah satu kesatuan dan ketiganya diperintahkan “di dalam Kristus.” Artinya, sukacita, doa, dan ucapan syukur kita lahir dari relasi dengan Kristus. Inilah yang membuat ketiga perintah ini bersifat permanen dan kudus. Artinya, tidak bergantung pada situasi di luar diri kita dan juga dilakukan dengan seturut dengan isi hati Tuhan. Jadi, harus dilakukan setiap saat. Bukan juga kita bersukacita ketika melihat orang lain susah, atau mengucap syukur ketika dosa kita tidak ketahuan orang.

Marilah di tahun yang baru ini, kita melakukan ketiga hal ini. Jangan sampai berkat-berkat yang telah Dia berikan bagi kita, baik jasmani maupun rohani, malah kita balas dengan hidup yang selalu murung, sibuk dengan dunia, dan berkeluh kesah. Bagaimana orang akan tertarik dengan Injil? Amin.

REFLEKSI

Sukacita akan berhenti menjadi sukacita ketika itu dilakukan tanpa “di dalam Tuhan” (J. Alec Motyer)

PERTANYAAN RENUNGAN

1. Apa yang terjadi ketika orang-orang Kristen kurang menunjukkan sukacita, doa, dan ucapan syukur dalam hidup mereka?

2. Di antara ketiga hal tersebut, manakah yang masih kurang Anda lakukan? Bagaimana Anda akan mengatasinya?

REFERENSI AYAT ALKITAB

16 Bersukacitalah senantiasa. 17 Tetaplah berdoa. 18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1Tes. 5:16-18)

22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Gal. 5:22-23)

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat. 11:28)

13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. (1Tes. 4:13-18)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, (Pkh. 3:11a)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply