Bagi Anda yang sering bepergian naik pesawat, tentu tidak asing dengan fenomena turbulensi (pesawat berguncang akibat udara di sekitarnya yang bergolak). Suatu kali, pesawat yang saya tumpangi mengalami turbulensi. Banyak penumpang menjerit ketakutan. Yang lain hanya bisa pasrah dan berdoa. Seorang bapak yang duduk di sebelah saya yang sejak pesawat take-off aktif bercerita, mendadak jadi pendiam. Wajahnya pucat.
Namun kebalikan dengan itu, pilot masih menenangkan penumpang dengan suara yang mantap. Bahkan para pramugari terlihat biasa saja. Mengapa demikian? Mereka sudah sering menghadapi situasi seperti itu. Mungkin juga, situasi saat itu masih terbilang “normal.” Perbedaan pemahaman inilah yang menjadikan respons mereka berbeda. Demikian juga dalam kehidupan. Apa yang kita percayai akan membuat perbedaan dalam menghadapi hidup.
Dalam kisah ini dinyatakan bagaimana Maria Magdalena goyah imannya ketika mendapati bahwa kubur Tuhan Yesus kosong. Kemungkinan yang pertama muncul dalam benaknya adalah ada orang yang mencuri jenazahnya. Maklum, pencurian jenazah umum terjadi pada zaman itu. Maria dan murid-murid yang lain belum memahami sepenuhnya nubuat Alkitab tentang kebangkitan Mesias (ay. 9).
Dia adalah pengikut yang setia dan berhati baik, yang tetap ada ketika Tuhan Yesus disalib, mati, dan bahkan pagi-pagi benar setelah hari Sabat datang ke kubur-Nya. Tetapi, perasaan sentimental seperti ini tidak cukup. Seorang pengikut Kristus tidak berhenti hanya mengasihi-Nya, tetapi juga percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas segalanya. Termasuk juga, percaya akan nubuat-Nya tentang Mesias yang harus mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia.
Kebangkitan Kristus ini dituliskan oleh Yohanes secara detail dalam bagian ini. Misalnya, mengapa tertulis bahwa batu penutup kubur diambil (ay. 1)? Tentu saja, tubuh kebangkitan Tuhan Yesus bisa menembus pintu kubur itu tanpa membukanya. Pintu kubur itu diambil supaya orang bisa masuk dan membuktikan sendiri bahwa jenazah Tuhan Yesus tidak ada di dalamnya.
Kemudian, kain peluh yang tadinya ada di kepala Tuhan Yesus terlipat sendiri terpisah dari kain kafan (ay. 6-7). Jika jenazah Tuhan Yesus dicuri, maka tidak mungkin pencurinya akan punya waktu untuk melipat kain-kain tersebut. Kemungkinannya, Tuhan Yesus sendirilah yang melipatnya!
Detail kisah ini, yang nantinya dikuatkan dengan penampakan Tuhan Yesus kepada banyak orang, membuat pembaca Injil Yohanes (termasuk kita) hendaknya percaya bahwa Tuhan Yesus benar-benar bangkit. Kepercayaan seperti inilah yang kemudian dialami oleh para murid sehingga mereka mampu menjadi pekabar Injil yang penuh keberanian.
Kabar apa yang memenuhi pikiran kita? Jika pikiran kita dipenuhi dengan kabar-kabar dari dunia sekitar kita, maka kita akan mudah goyah dalam menjalani hidup. Dunia sudah jatuh dalam kegelapan dosa. Maka, dunia dipenuhi dengan hal-hal negatif yang akan membuat kita khawatir atau malah membuat kita hanyut dalam dosa. Hal-hal positif yang ditawarkan oleh dunia pun bersifat sementara dan mudah lenyap.
Tetapi ketika pikiran kita dipenuhi dengan Kabar Baik yang dinyatakan dalam Alkitab, maka kita akan menjalani hidup dengan kokoh. Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bahwa Dia adalah Anak Allah yang berkuasa atas segalanya, termasuk atas kematian. Kita yang percaya kepada-Nya tidak lagi takut menghadapi apapun termasuk maut, seperti Paulus yang berkata, “Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55).
Kebangkitan Kristus juga menjadi bukti bahwa apapun yang Dia janjikan pasti akan dipenuhi. Maka ketika kita membaca janji-janji-Nya, percayalah bahwa itu pasti akan terjadi. Ketika Allah berjanji Dia tidak sekali-kali meninggalkan kita (Ibr. 13:5b), maka itu pasti terjadi. Ketika dosa kita akan dibersihkan seputih salju dan bulu domba (Yes. 1:18), maka itu juga yang Dia lakukan. Ketika Dia menjanjikan hidup kekal setelah kematian bagi orang yang percaya pada-Nya (Yoh. 11:26), maka itupun pasti akan terjadi. Sungguh inilah Kabar Baik yang sangat kita nantikan!
Kiranya masa Paskah tahun ini tidak kita lewati hanya dengan sentimental, misalnya memutar cuplikan film Passion of the Christ yang biasa dilakukan di gereja-gereja. Tetapi, marilah iman kita dikuatkan kembali oleh Kabar Baik yang dituliskan dalam Alkitab tentang kebangkitan Kristus. Kemudian, jadikanlah itu sebagai landasan dan arah hidup kita. Amin.
REFLEKSI
Kekristenan pada esensinya adalah “agama” kebangkitan. Konsep tentang kebangkitan ada di dalam intinya sehingga jika kita menghilangkannya, maka Kekristenan pun akan hancur. (John Stott)
PERTANYAAN DISKUSI
1. Sebutkan beberapa keraguan yang umum dipikirkan orang tentang kebangkitan Kristus. Bagaimana Anda menjawab keraguan tersebut?
2. Apakah Anda sudah memahami dan mengalami kebangkitan Kristus dalam kehidupan sehari-hari? Berikan penjelasan terhadap jawaban Anda.
REFERENSI AYAT ALKITAB
1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu penutupnya telah diambil dari kubur. 2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 3 Lalu berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kafan terletak di tanah; akan tetapi, ia tidak masuk ke dalam. 6 Kemudian datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kafan terletak di tanah,7 sedangkan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat tersendiri di tempat yang lain. 8 Sesudah itu, masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 10 Lalu pulanglah murid-murid itu ke rumah. (Yoh. 20:1-10)
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55)
Karena Allah telah berfirman, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibr. 13:5b)
Marilah, baiklah kita berperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yes. 1:18)
dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini? (Yoh. 11:26)
Baca juga:
Vanessa Angel dan Pelajaran tentang Kematian | STUDIBIBLIKA.ID
Hidup Sesudah Mati (Mrk. 12:18-27) | STUDIBIBLIKA.ID