Mungkin Anda pernah mendengar orang berkata, “Kalau orang Kristen dijamin masuk surga, untuk apa repot-repot berbuat baik? Mending hidup seenaknya.” Pertanyaan ini sepertinya adalah pukulan yang telak bagi iman Kristen, yang berpusat pada anugerah. Bagaimana kita menjawabnya?
WAWASAN DUNIA ALKITAB
Di dalam bagian ini Paulus mengingatkan jemaat Kolose yang waktu itu menghadapi tantangan yang melemahkan iman mereka. Paulus mengingatkan status mereka karena telah percaya pada Kristus. Mereka tidak lagi ada sebagai manusia lama, yang mudah memberontak pada Tuhan, jatuh dalam hawa nafsu kedagingan, serta ada dalam ancaman murka Allah. Tetapi, karena memiliki relasi dengan pada Kristus (“bersama Kristus”), maka mereka telah menjadi manusia baru. Sebagai manusia baru, Kristuslah yang menjadi pusat, tujuan, serta sumber segala kesenangan dalam hidup mereka.
Itulah sebabnya, mereka sudah selayaknya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia lama (ay. 5, 6, 8, 9). Sebaliknya, mereka diminta untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan karakter Kristus (ay. 12 dst.). Bukankah kalau kita sudah mandi, berpakaian bersih, dan wangi, akan sayang jika kemudian harus berjalan melewati jalan yang becek di tenah hujan deras? Jadi, orang Kristen seharusnya tidak terpaksa melakukan perbuatan baik. Itu juga bukan soal masuk surga atau tidak, karena kita sudah punya jaminan. Tetapi, perbuatan baik itu sudah menjadi hal yang wajar, karena selaras dengan status mereka sebagai manusia baru.
APLIKASI MASA KINI
Apakah kehidupan kita sudah mencerminkan kita adalah manusia baru? Orang-orang dunia tidak akan tertarik untuk mendengar Injil ketika orang-orang Kristen hidupnya tidak berbeda dengan mereka. Tidak ada damai sejahtera dalam keluarga, gereja, dan lingkungan kerja ketika orang-orang Kristen di dalamnya masih sering jatuh ke dalam tabiat manusia lama.
Di setiap tahap kehidupan ada tantangannya masing-masing. Para pemuda sering merasa tertekan dalam masa pencarian jati diri. Para lansia merasa berat menghadapi kesepian atau fisik yang lemah. Orang kaya maupun miskin, sama-sama bisa pusing memikirkan persoalan ekonomi. Semua keadaan itu rentan membuat kita jatuh ke dalam tabiat manusia lama.
Tetapi firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia baru, kita tidak lagi kalah oleh hawa nafsu, trauma masa lalu, situasi sekitar, atau siasat Iblis. Jangan menyerah ketika kita masih bisa jatuh dalam dosa atau kedagingan. Justru ketika kita merasa bersalah, itu adalah bukti bahwa kita telah menjadi manusia baru, sehingga ketidaktaatan pada firman Tuhan membuat hidup kita tidak seimbang. Ingat juga bahwa Roh Kudus sedang terus bekerja memperbarui diri kita (ay. 10).
Hidup itu seperti uap, yang cepat berlalu (Yak. 4:14b). Ketika kita masih diberikan umur oleh Tuhan, akan kita gunakan untuk apa? Hidup yang sesuai dengan manusia baru adalah satu-satunya cara hidup yang bermakna. Kristus dimuliakan serta orang-orang di sekitar kita merasa terberkati oleh keberadaan kita. Tidak ada yang lebih bermakna dari itu. Amin.
REFLEKSI
Tidak ada kemuliaan yang lebih besar bagi manusia dibanding memuliakan Tuhan (J.I. Packer)
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
1. Apakah orang-orang yang telah meninggalkan kebiasaan buruk mereka di masa lalu itu menunjukkan bahwa mereka sudah benar-benar menjadi manusia baru? Jelaskan jawaban Anda.
2. Perubahan hidup seperti apakah yang Anda alami setelah percaya Kristus? Apakah orang-orang di sekitar Anda juga mengenali perubahan itu?
REFERENSI AYAT ALKITAB
5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, 6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). 7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. 8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. 9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, 10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; (Kol. 3:5-10)
Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (Yak. 4:14b)
BACA JUGA: