Berapa kali Anda pernah memberitakan Injil kepada orang lain? Dalam arti, melalui perkataan yang jelas bahwa Kristuslah Juru Selamat satu-satunya. Sebagian orang Kristen berpikir bahwa dengan berbuat baik kepada orang lain, maka itu sudah cukup untuk diartikan sebagai mengabarkan Injil. Padahal di dalam Alkitab, pemberitaan Injil yang utama adalah dalam bentuk perkataan. Bukankah Tuhan Yesus sendiri tidak hanya berbuat baik, tetapi juga mengabarkan Kerajaan Allah? Allah juga memberikan firman-Nya secara tertulis, bukan hanya memberikan berkat-Nya.
Ada berbagai alasan yang membuat seorang Kristen tidak tergerak untuk memberitakan Injil melalui perkataan. Salah satunya adalah perasaan sungkan, malu, atau takut. “Kalau ditolak bagaimana?” “Kalau ditanya balik bagaimana?” Alasan akan selalu ada jika kita mencarinya. Namun marilah kita belajar dari nasihat Paulus ketika Timotius mengalami pergumulan.
Timotius adalah anak rohani Paulus yang bergabung dalam perjalanan misi Paulus yang kedua dan ketiga. Beberapa kali Paulus memercayakan kepadanya tanggung jawab yang penting. Salah satunya, menggembalakan jemaat yang baru bertumbuh di kota Efesus (1Tim. 1:3-4).
Dalam pelayanan penggembalaannya itu, rupanya Timotius menghadapi tantangan yang tidak mudah (kemungkinan besar karena perlawanan dari para guru palsu). Paulus pun mengirimkan surat untuk memberi penguatan kepadanya. Paulus meminta Timotius untuk tidak malu dalam memberitakan Injil. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah perasaan malu yang timbul karena melakukan sesuatu yang tidak diterima masyarakat. Atau, perasaan malu yang timbul karena memiliki relasi dengan seseorang yang kelakuannya tidak diterima masyarakat.
Jelas, hubungannya yang erat dengan Paulus, seorang tahanan, bisa menimbulkan perasaan malu di dalam diri Timotius. Apalagi, orang-orang Kristen waktu itu juga banyak dianiaya. Orang pun bisa ragu terhadap kebenaran Injil. Di saat seperti itulah Paulus perlu mengingatkan bahwa Timotius telah menerima Roh Kudus. Roh Kudus dituliskan tidak membuat kita menjadi penakut. Sebaliknya, membuat kita menjadi kuat (secara rohani), penuh dengan kasih, dan dapat menahan diri (baca 2Tim. 1:7 BIMK). Modal ini cukup untuk membuat Timotius tetap setia memberitakan Injil. Bahkan, turut menderita seperti yang dialami Paulus (ay. 8).
Apakah kita ada dalam kondisi yang membungkam mulut kita dari pemberitaan Injil atau membuat kita menutupi identitas Kristen kita? Kita bisa merasa puas ketika dikenal baik oleh orang lain. Tetapi, tanpa diikuti oleh pemberitaan Injil dalam kata-kata, orang akan sebatas memuji kebaikan kita namun tidak melangkah lebih jauh untuk mengenal Kristus, sumber segala kebaikan (Mat. 5:16). Kiranya kita diingatkan bahwa Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita sanggup untuk mendobrak segala kebuntuan yang kita hadapi dalam memberitakan Injil. Ambillah komitmen untuk menyelipkan berita Injil dalam percakapan dan perbuatan sehari-hari. Amin.
REFLEKSI
Alasan pertama mengapa kita tidak perlu malu memberitakan Injil adalah berkaitan dengan arti dari Injil itu sendiri. Injil berarti “Kabar Baik” dan tidak ada orang waras yang malu untuk mengabarkan sesuatu yang baik (James Montgomery Boice)
PERTANYAAN DISKUSI
- Hambatan apa saja yang sering Anda hadapi untuk memberitakan Injil secara verbal (dalam kata-kata)?
- Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk memberitakan Injil di tengah kemudahan media sosial pada zaman ini?
REFERENSI AYAT ALKITAB
7 Sebab Roh yang Allah berikan kepada kita, bukanlah Roh yang membuat kita menjadi penakut. Sebaliknya Roh Allah itu membuat kita menjadi kuat, penuh dengan kasih dan dapat menahan diri. 8 Sebab itu janganlah malu memberikan kesaksian tentang Tuhan kita, dan janganlah juga malu mengenai saya, yang dipenjarakan karena Dia. Sebaliknya, hendaklah engkau dengan kekuatan dari Allah, turut menderita untuk Kabar Baik itu. (2Tim. 1:7-8 BIMK)
3 Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain 4 ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. (1Tim. 1:3-4)
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Mat. 5:16)
Baca juga:
Menjadi Kristen Kok Malu? (Luk. 9:26) | STUDIBIBLIKA.ID
Metode Mengabarkan Injil — Secara Pribadi (MIP) | e-MISI (sabda.org)