Perencanaan yang Alkitabiah (Biblical Planning)

Photo by Alvaro Reyes on Unsplash

Print Friendly, PDF & Email

Bentuk cetak dari materi ini dapat diunduh di: https://studibiblika.id/wp-content/uploads/2023/07/Biblical-Planning.pdf

Perencanaan (planning) merupakan aktivitas yang biasa manusia lakukan. Namun kita bisa mendapati adanya dua golongan orang terkait hal ini. Ada orang-orang yang merencanakan segala sesuatunya. Semuanya harus direncanakan dengan matang. Termasuk juga pelayanan di gereja. Tetapi ada juga orang yang beranggapan, “Hidup itu mengalir saja. Semua sudah diatur sama Yang di Atas.” Sebagai orang Kristen, bagaimana kita menanggapinya?

Keberatan-keberatan Umum terhadap Perencanaan

Orang-orang yang menentang untuk melakukan planning biasanya beralasan seperti berikut:

  1. Alkitab sepertinya menentang. Misalnya, dalam Yakobus 4:13-15 kelihatannya Tuhan menghardik orang-orang yang membuat perencanaan.
  2. Merencanakan sesuatu berarti tidak bersandar pada Tuhan.
  3. Jika Tuhan telah menentukan segala sesuatu, untuk apa kita membuat rencana?
  4. Saya sudah puas dengan hidup ini. Mau mengejar apa lagi?

Alasan-alasan seperti di atas bisa mendorong orang Kristen untuk “hidup mengalir saja” tanpa adanya perencanaan. Padahal, perencanaan sangat perlu dilakukan dan alkitabiah. Apa dasarnya?

Mengapa Perencanaan Itu Perlu Dilakukan

Ada beberapa hal yang membuktikan bahwa perencanaan itu perlu dilakukan. Terutama, oleh orang-orang Kristen.

Alasan pertama, Alkitab sendiri yang memerintahkan kita untuk membuat perencanaan. Ada berbagai ayat yang memerintahkan kita untuk membuat perencanaan. Misalnya:

  • Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Ams. 16:3)
  • Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, (Ams. 30:25)
  • Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (Luk. 14:28-30)
  • Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung,” sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:13-15)

Selain itu, ada teladan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh Alkitab ketika mereka membuat perencanaan terkait dengan pelayanan mereka. Misalnya:

  • Daud merencanakan pembangunan Bait Suci yang akan dilakukan Salomo.
  • Nehemia menyusun rencana yang matang dalam membangun tembok kota Yerusalem.
  • Paulus menyusun perjalanan misinya dengan mengunjungi tempat-tempat yang strategis.
  • Detail kehidupan Tuhan Yesus dalam kitab Injil (terutama perjalanan-Nya ke Yerusalem) menunjukkan adanya rencana yang agung di baliknya.

Dukungan dari perintah Tuhan maupun teladan para tokoh yang ada dalam Alkitab membuktikan bahwa perencanaan itu alkitabiah dan Tuhan menghendaki kita untuk melakukannya.

Alasan kedua, Kita dipanggil untuk menjadi penatalayan (steward) yang bertanggung jawab atas talenta yang Tuhan berikan (baca: Mat. 25:14-30). Berkat Tuhan bukan untuk dinikmati sendiri melainkan harus dikembalikan untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Jadi, merencanakan sesuatu dalam hidup kita tidak boleh berhenti hanya karena kita sudah puas dengan hidup ini. Periksalah terus bagaimana kita bisa lebih memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Paulus berkata, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20a)

Alasan ketiga, Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Perencanaan membuat kita lebih siap menghadapi situasi dan berusaha untuk tidak menjadi beban orang lain (Ams. 30:25). Misalnya, seorang ayah yang ikut asuransi tidak selalu menunjukkan kurangnya iman. Tetapi, itu bisa menjadi langkah antisipatif jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, keluarganya masih bisa tertolong.

Alasan keempat, waktu hidup kita singkat (Yak. 4:14b; Mat. 24:42). Kematian bisa tiba-tiba menghampiri kita. Kita pun tidak bisa menundanya barang sedetik. Itulah yang membuat kita perlu merencanakan bagaimana kita akan menghabiskan sisa hidup kita.

Alasan kelima, ada rencana Tuhan yang unik bagi hidup kita (Mzm. 139:16; Yes. 25:1). Tuhan berdaulat dan rencana-Nya pasti akan tergenapi. Justru karena itulah, kita seharusnya melakukan perencanaan. Perencanaan yang berhikmat merupakan usaha untuk menyelaraskan diri dengan rencana Tuhan.

Bagaimana Menyusun Rencana yang Alkitabiah?

Setelah memahami pentingnya melakukan perencanaan, sekarang kita akan melangkah bagaimana membuat perencanaan yang alkitabiah.

Pertama, libatkanlah Tuhan sejak awal. Sediakan waktu yang cukup untuk peka mendengar suara Tuhan: menggali  yang ada dalam Alkitab (Mzm. 119:105), meminta hikmat Tuhan dengan berdoa (Yak. 1:5; Yoh. 14:16), meminta pendapat dari orang-orang yang dewasa rohani (Ams. 15:22). Jangan terjebak pada kekeliruan yang biasa dilakukan orang. Misalnya, menganggap Tuhan hanya sebagai pendukung rencana kita. Atau malah menjadikan Tuhan sebagai “ban serep.” Kita baru berteriak meminta tolong kepada-Nya ketika rencana kita gagal.

Studi kasus: Periksalah apa kekeliruan yang dilakukan oleh Rehabeam ketika memutuskan sesuatu seperti yang tertulis dalam kitab 1 Raja-Raja 12?

Kedua, susunlah rencana yang paling memuliakan Tuhan (1Kor. 10:31). Tidak jarang, ini akan berkebalikan dengan logika dan kenyamanan manusiawi. Misalnya, jika dengan mengurangi keuntungan atau mempertahankan karyawan yang seharusnya di-PHK Tuhan lebih dimuliakan melalui bisnis kita, itulah yang harus kita ambil. Ingat kembali untuk apa kita berbisnis, mengeruk keuntungan atau sebagai panggilan Tuhan dalam hidup kita?

Ketiga, jadikan rencana kita fleksibel karena Tuhan berdaulat. Dia bisa tiba-tiba membelokkan situasi dan arah hidup kita (Mzm. 33:10-11; Ams. 16:9) untuk hal yang lebih mulia. Jadi, kita tidak ada di ekstrim “semua harus berjalan sesuai rencana” ataupun “hidup mengalir saja.” Kita harus hidup dengan perencanaan, namun dengan pola pikir bahwa Tuhanlah yang menjadi penentu.

Ingat: Rencana yang disusun di dalam Tuhan tidak serta merta meniadakan rintangan maupun kesulitan (baca rintangan-rintangan yang dihadapi oleh Nehemia dan bangsa Yehuda dalam kitab Nehemia)!

Bagaimana Seandainya Rencana Kita Tidak Tercapai?

Terakhir, dan ini yang biasa menjadi pergumulan banyak orang, bagaimana jika setelah kita melakukan semua hal di atas, rencana kita tetap saja gagal?

Taatlah pada rencana Tuhan walaupun kita tidak selalu mengerti alasan di baliknya. Tuhan tidak selalu membuka semuanya supaya kita belajar bersandar pada-Nya. Rencana-Nya pasti yang terbaik (Rm. 8:28; Kej. 50:20). Jadi, sebagai orang Kristen, kita nothing to lose. Tidak ada kegagalan dalam kamus orang Kristen. Yang ada, Tuhan sedang memberi yang terbaik bagi hidup kita, apapun bentuknya.

Kemudian sadarilah bahwa anugerah Tuhan tetap ada di balik setiap keputusan kita yang keliru (Ams. 28:13). Dia selalu sanggup dan mau untuk mengembalikan kita ke jalur yang benar.

Pertanyaan Diskusi

1. Apa saja teori atau nasihat tentang perencanaan yang Anda ketahui? Bagaimana kata Alkitab?

2. Apakah kita boleh melakukan cara-cara yang berbeda ketika merencanakan sesuatu di tempat kerja dan di gereja? Jelaskan!

Jika sebuah gereja ingin berhasil dalam misi yang diberikan Tuhan, maka para pemimpinnya harus sadar bahwa salah satu keperluan terbesar mereka adalah lebih banyak pertemuan doa (prayer meeting), bukannya lebih banyak rapat perencanaan (planning meeting) John F. MacArthur

Referensi Ayat Alkitab

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kej. 50:20)

Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. (Mzm. 33:10-11)

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mzm. 119:105)

mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. (Mzm. 139:16)

Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak. (Ams. 15:22)

Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. (Ams. 16:9)

Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. (Ams. 28:13)

Ya TUHAN, Engkaulah Allahku. Aku meninggikan Engkau dan memuji nama-Mu karena Engkau telah melakukan hal-hal yang ajaib. Rancangan-rancangan-Mu sejak dahulu kala adalah benar dan teguh. (Yes. 25:1)

Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. (Mat. 24:42)

14 “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15  Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 16  Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 17  Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 18  Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 19  Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 20  Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 21  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 22  Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 23  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 24  Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25  Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 26  Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 27  Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28  Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29  Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30  Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” (Mat. 25:14-30)

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yoh. 14:16)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm. 8:28)

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1Kor. 10:31)

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah,  —  yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit  — , maka hal itu akan diberikan kepadanya. (Yak. 1:5)

Kutipan-kutipan tentang Perencanaan

Failure to plan is knowingly planning to fail. (Unknown)

Gagal untuk merencanakan pada dasarnya adalah merencanakan untuk gagal (Anonim)

God’s order comes in the haphazard, and never according to our scheming and planning. God takes a great delight in breaking up our programs. (Oswald Chambers)

Ketetapan Allah datang secara tidak teratur, dan tidak pernah menurut apa yang kita atur atau rencanakan. Allah suka menghancurkan program-program yang kita susun (tentu untuk maksud yang baik). (Oswald Chambers)

What James rebukes here, as v. 16 (baca: Yak. 4:13-15) will make clear, is any kind of planning for the future that stems from human arrogance in our ability to determine the course of future events. (Douglas J. Moo)

Apa yang Yakobus tegur di sini (baca: Yak. 4:13-15) adalah jelas, yaitu segala bentuk rencana untuk masa depan yang disusun dari kesombongan manusiawi kita yang menganggap kita dapat menentukan apa yang terjadi di masa depan. (Douglas C. Moo)

James (baca: Yak. 4:13-17) does not condemn wise business planning, but rather planning that leaves out God. The people so depicted are practical atheists, living their lives and making their plans as if God did not exist. (John F. MacArthur)

Yakobus (baca: Yak. 4:13-17) tidak melarang perencanaan bisnis, melainkan perencanaan yang mengabaikan Allah. Orang-orang di situ digambarkan sebagai ateis praktis, yang hidup dan membuat rencana seolah-olah Allah tidak ada. (John F. MacArthur)

What would you like to be doing, saying, thinking, or planning when Jesus comes again? What would you not like to be doing, saying, thinking, or planning when Jesus comes again? Jesus tells you always to “keep watch, because you do not know on what day your Lord will come” (D. A. Carson)

Apa yang akan kita lakukan, katakan, pikirkan, atau rencanakan ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya? Apa yang tidak akan kita lakukan, katakan, pikirkan, atau rencanakan ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya? Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita untuk selalu berjaga-jaga karena kita tidak tahu kapan Dia datang kembali. (D.A. Carson)

Faith is no substitute for planning. We aren’t more spiritual for failing to plan and for shooting from the hip. There may be sometimes when we simply can’t plan, but we should never reject planning. (David Guzik)

Iman bukanlah pengganti dari perencanaan. Kita tidak akan menjadi lebih rohani karena gagal merencanakan dan bereaksi sekenanya. Memang ada saat-saat tertentu ketika kita tidak dapat membuat rencana, tetapi kita tidak boleh menolak perencanaan. (David Guzik)

So God’s plan has been designed so that the responsibility for sin lies with the individual, even though God knowingly included sin in His plan. (Charles Caldwell Ryrie)

Rencana Allah dirancang sedemikian rupa sehingga tanggung jawab dosa ada pada diri masing-masing kita, walaupun Allah secara sadar memasukkan dosa sebagai bagian dalam rencana-Nya (Allah bukan penyebab dosa). (Charles Caldwell Ryrie)

God’s plan will continue on God’s schedule. (A. W. Tozer)‌

Rencana Tuhan akan berjalan sesuai waktu-Nya. (A. W. Tozer)

Related Post

Leave a Reply