Jika kita memperhatikan Injil Markus dengan cermat, maka kita akan menemukan berulang kali bahwa Tuhan Yesus sepertinya tidak ingin identitas-Nya sebagai Mesias tersebar. Misalnya:
- Dia melarang orang-orang yang melihat mukjizat-Nya untuk menyebarluaskannya. Tetapi, banyak orang yang tidak menaati perintah ini. Maklum, siapa sih yang akan terus menutup mulut setelah melihat peristiwa yang di luar nalar?
- Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. (Mrk. 7:36; baca juga: 1:43-45; 5:43; 8:26).
- Dia menginstruksikan murid-murid-Nya untuk tidak membocorkan identitas-Nya sebagai Mesias.
- Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. (Mrk. 8:30)
- Dia membungkam roh-roh jahat, yang tahu siapa Dia sebenarnya.
- 11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ”Engkaulah Anak Allah.” 12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia. (Mrk. 3:11-12; baca juga: 1:23–25, 34; bnd. 5:7)
- Perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan-Nya pun disusun sedemikian rupa sehingga hanya dimengerti oleh “orang-orang”orang dalam” (para pengikut-Nya) saja.
- 10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. 11 Jawab-Nya: ”Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, 12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” (Mrk. 4:10–12).
Mengapa Tuhan Yesus melakukan itu semua? Sampai-sampai, ayat-ayat tersebut digunakan oleh orang-orang yang melawan kekristenan untuk membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah nabi biasa.
PEMAHAMAN MENGENAI MESIAS DAN MISI KRISTUS
Untuk menjawab misteri ini, marilah kita mencoba merekonstruksinya dari sudut pandang penulisnya. Ada yang berpendapat penulisnya adalah Markus, murid Petrus (1Ptr. 5:13), atau Yohanes Markus (sering disebut dalam kitab Kisah Para Rasul, mis. 12:12), atau dua orang ini adalah orang yang sama, atau pun orang yang lain. Tetapi saya tidak akan membahasnya di postingan ini.
Saat ini, mayoritas ahli berkesimpulan bahwa kemisteriusan tersebut sengaja dipertahankan di awal Injil Markus karena para pembaca baru akan memahaminya dengan benar di akhir Injil ini.
Tuhan Yesus sengaja tidak menyebarluaskan identitas-Nya sejak awal karena semua mukjizat dan transfigurasi-Nya hanya dapat dimengerti ketika Dia telah mati di salib. Inilah titik sentral untuk memahami Injil Markus.
Sebelum itu terjadi, orang-orang hanya bisa kagum dengan pengarajan-Nya yang berotoritas (6:2-3; bnd. 1:27) dan mukjizat-Nya (4:41). Tetapi, mereka baru akan bisa memahami identitas-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah yang benar setelah Dia disalibkan.
Kekeliruan pemahaman ini terbukti misalnya ketika Tuhan Yesus menghardik Petrus ketika dia menegur Tuhan Yesus yang menubuatkan kematian-Nya:
29 Ia bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: ”Engkau adalah Mesias!” 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. 31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. (Mrk. 8:29–33).
Sebagai informasi, orang-orang Yahudi waktu itu banyak yang keliru memikirkan bahwa Mesias akan datang sebagai raja yang akan mengembalikan kegemilangan bangsa Israel secara duniawi (Yoh. 6:15). Tentu saja pemahaman ini bertentangan dengan misi Kristus yang menyelamatkan orang-orang percaya dari hukuman kekal.
Tetapi perlu dicatat, setelah kebangkitan-Nya, maka para pengikut-Nya diberikan amanat untuk menyebarluaskan Kabar Baik ke seluruh dunia. Artinya, setelah mereka memiliki pemahaman yang benar, maka mereka siap untuk dijadikan alat Tuhan dalam menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat.
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (Mrk. 16:15)
(Dikembangkan dari sumber utama: Introducing the New Testament, Mark Allan Powell)
APLIKASI MASA KINI
Tanpa memiliki pemahaman yang benar, firman Tuhan akan mudah disalahpahami. Buktinya, banyak orang yang menyerang otoritas Alkitab. Bahkan, mereka menggunakannya untuk membuktikan bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Ada orang-orang Kristen yang mudah kecewa dengan Allah, karena tidak bertindak sesuai dengan janji-Nya dalam Alkitab. Atau, memaksa Tuhan untuk melakukan sesuatu demi kepentingan pribadinya sendiri. Ini bukan Alkitabnya yang keliru, tetapi orangnya saja yang keliru memahami.
Jadi sangat penting bagi kita untuk membuka hati dan pikiran di dalam terang Roh Kudus. Membaca Alkitab tidaklah sama dengan menyerap pengetahuan lain. Ketika kita membaca Alkitab, kita mendengar sendiri suara Tuhan, Sang Pencipta dan Penebus kita. Kemudian, Roh Kudus yang ada di dalam diri kita pun membentuk pikiran kita supaya bisa mengimani apa yang kita baca dalam Alkitab (Yoh. 14:26). Walaupun, kita tidak memahaminya 100%.
Dari sini kita kembali diingatkan betapa pentingnya menggali firman Tuhan. Jangan sampai kita terlalu sibuk melakukan pelayanan, tetapi melupakan relasi dengan Tuhan yang kita layani. Celaka!
BACA JUGA:
Apa Maksud Tuhan Melakukan Mukjizat? (Kis. 3:1-10) | STUDIBIBLIKA.ID