Bagai telur di ujung tanduk. Peribahasa ini menggambarkan suatu situasi yang kritis. Nyaris hancur. Dalam kondisi seperti ini, banyak orang yang menyerah dan mengambil jalan pintas. Termasuk juga orang-orang Kristen. Jalan pintas yang tidak diperkenan Tuhan sering diambil karena mereka merasa tidak punya pilihan lagi. Padahal, seperti yang akan kita pelajari dari mazmur ini, ada Tuhan yang berdaulat di atas segala kuasa di muka bumi ini.
WAWASAN DUNIA ALKITAB
Mazmur ini merupakan salah satu mazmur pujian, yang menyatakan pengakuan umat Tuhan atas keagungan-Nya. Hal ini bisa terlihat salah satunya dari frasa pembukanya, “Tuhan adalah Raja” (ay. 1). Banyak penafsir yang berpendapat bahwa ‘Tuhan adalah Raja yang berdaulat’ adalah intisari dari keseluruhan kitab Mazmur.
Keagungan Tuhan ini dinyatakan secara simbolik dengan menggambarkan Tuhan seperti layaknya seorang raja yang berpakaian kebesaran. Bukan sembarang pakaian, tetapi kemegahan dan kekuatan (ay. 1a). Kebesaran-Nya ini bisa kita lihat dari apa yang Dia ciptakan.
Misalnya, bumi yang berputar dengan begitu rumit dan teraturnya. Hukum alam belaka, apalagi kebetulan, tidak akan mungkin menopangnya. Hanya Tuhan, yang ada dalam kekekalan (ay. 1b-2), yang bisa menopangnya (baca mukjizat matahari dan bulan yang berhenti dalam Yos. 10, yang membuktikan bahwa Tuhanlah yang mengendalikan alam semesta).
Pemazmur melanjutkannya dengan gambaran air yang dahsyat (ay. 3-4, kita tentu ingat betapa dahsyatnya akibat tsunami di Aceh tahun 2004 yang menimbulkan korban jiwa 200.000 orang). Tetapi Pemazmur menyatakan Allah lebih besar dibanding kekuatan lautan yang menakutkan itu. Tidak ada satupun kekuatan yang mampu menandingi Allah. Yusuf berkali-kali dijatuhkan, tetapi malah terangkat. Ketika para murid ketakutan karena angin ribut, Tuhan Yesus mampu meredakannya. Puncaknya, alam maut pun dikalahkan-Nya melalui kebangkitan-Nya.
Terakhir, Pemazmur menyatakan bahwa segala yang diwahyukan Allah itu layak dipercaya (ay. 5a). Artinya, jika Allah bertakhta, maka firman Allah juga berotoritas atas hidup kita. Dan semua yang diperintahkan-Nya pasti baik, karena Allah itu kudus (ay. 5b).
APLIKASI MASA KINI
Apakah kita masih merasakan bahwa Allah bertakhta atas dunia ini? Pemahaman ini akan membuat kita tetap memiliki pengharapan di tengah keadaan yang sulit seperti apapun. Seperti yang telah kita pelajari, tidak ada satu pun keadaan genting yang tidak mampu ditangani oleh Allah. Karena kita percaya Allah yang memegang kendali, kita tidak akan mudah berputus asa ataupun melakukan tindakan nekat karena adanya tekanan.
Di sisi lain, pemahaman ini juga menuntun kita untuk menjalani seluruh waktu hidup kita sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Dengan begitu, kita menjadikan Allah sebagai Tuhan yang bertakhta dalam diri kita. Amin.
REFLEKSI
Allah selalu Raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuan, berkuasa atas segala sesuatu yang terjadi (Thomas Schreiner)
PERTANYAAN DISKUSI
- Mengapa kebesaran Allah bisa tidak dirasakan oleh sebagian orang? Buktinya, ada orang-orang Kristen (bahkan termasuk hamba Tuhan) yang jatuh dan hidup di luar jalan yang Tuhan kehendaki.
- Bagaimana kedaulatan Allah bisa ditampakkan dalam keluarga dan lingkungan pergaulan Anda sehari-hari?
REFERENSI AYAT ALKITAB
1 Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan,
Tuhan berpakaian, berikat pinggang kekuatan.
Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang;
2 takhta-Mu tegak sejak dahulu kala,
dari kekal Engkau ada.
3 Sungai-sungai telah mengangkat, ya Tuhan,
sungai-sungai telah mengangkat suaranya,
sungai-sungai mengangkat bunyi hempasannya.
4 Dari pada suara air yang besar,
dari pada pecahan ombak laut yang hebat,
lebih hebat Tuhan di tempat tinggi.
5 Peraturan-Mu sangat teguh;
bait-Mu layak kudus,
ya Tuhan, untuk sepanjang masa. (Mzm. 93)
BACA JUGA