Kita pasti sering mendengar tentang pentingnya visi, yang salah satu artinya adalah “pandangan atau wawasan ke depan” (KBBI). Dengan adanya visi, maka seseorang akan mampu mengarahkan hidupnya atau organisasi yang dipimpinnya mencapai tujuan. Apapun kesulitannya.
Perjalanan pelayanan kita pun sebenarnya sama. Dengan adanya visi, maka kita akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan. Tetapi, visi yang seperti apa dulu? Karena tidak jarang, visi yang kita jalankan dalam pelayanan tidak berbeda dengan visi yang dijalankan orang-orang dunia. Mari kita belajar dari Paulus ketika menceritakan panggilannya ketika dihadapkan pada raja Agripa.
WAWASAN DUNIA ALKITAB
Bagi saya, Paulus merupakan seorang teladan iman dan pelayanan yang luar biasa (setelah Tuhan Yesus, tentunya). Saya sering dibuat heran ketika sedang down dalam pelayanan dan kemudian membaca pergumulan pelayanan Paulus. Dia ditekan dari berbagai sisi: emosional (merasakan adanya “duri dalam daging”), relasi (diragukan kerasulannya oleh jemaat), bahkan secara fisik (mendapat ancaman pembunuhan). Tetapi, dia begitu setia melayani Tuhan sampai akhir. Bahkan, seperti yang dikatakannya, “kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat” (ay. 19).
Apa rahasianya? Visi. Paulus menjalankan pelayanan misinya berdasarkan visi dari Tuhan sendiri, yang dia terima ketika melakukan perjalanan ke Damsyik. Itulah yang dimaksudkannya dengan ‘penglihatan yang dari surga itu.’
Dengan memahami bahwa yang dia kerjakan adalah visi dari Tuhan, maka Paulus mampu untuk selalu memandang apa yang Tuhan mau dalam setiap tantangan pelayanannya. Dan karena yang dia jalankan adalah visi dari Tuhan, maka Tuhan sendirilah yang mendukungnya (“oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang” ay. 22).
Jadi, jika ingin berhasil sampai titik akhir, pastikanlah bahwa yang sedang kita jalankan adalah visi dari Tuhan dan bukan yang lain. Visi itu pasti yang terbaik, dan pasti mampu kita lakukan. Kristus yang telah berhasil melewati segala tantangan pelayanan dan mengalahkan kuasa maut menjadi jaminan bahwa kita pasti mampu menjalaninya sampai akhir.
APLIKASI MASA KINI
Melalui renungan ini, saya mendapat dua pelajaran praktis yang dapat kita lakukan ketika menjalankan sesuatu. Pertama, sediakanlah waktu yang cukup bagi kita untuk mendengar suara Tuhan. Karena pikiran dan kehendak kita sudah tercampur oleh dosa, maka sering kali kita kurang mengenali kehendak Tuhan. Dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk merenung, berdoa, dan menggumuli firman Tuhan, maka kita akan lebih peka untuk memutuskan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua, pekalah terhadap rencana Tuhan yang sering kali ‘menghancurkan’ rencana kita semula. Jika poin pertama sudah kita lakukan tetapi tetap saja gagal di tengah jalan, mungkin itu cara Tuhan untuk mengembalikan kita ke rencana yang sejak awal Dia inginkan. Seperti Paulus, kita hanyalah hamba-Nya. Dia berdaulat memakai hidup kita dan itu pasti yang terbaik. Amin.
REFLEKSI
Orang yang memiliki visi dari Tuhan tidak berkutat hanya pada penyebab atau masalah tertentu, tetapi pada Tuhan sendiri (Oswald Chambers)
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Banyak pelayan Tuhan yang berkata bahwa mereka sedang menjalankan visi dari Tuhan. Bagaimana Anda dapat mengenalinya?
- Apakah yang sedang Anda jalankan ini visi dari Tuhan atau bukan? Bagaimana Anda menilainya?
REFERENSI AYAT ALKITAB
19 Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. 20 Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. 21 Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Allah, dan mencoba membunuh aku. 22 Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. (Kis. 26:19-22a)