Manusia Baru dan Duta Pendamaian (2Kor. 5:11-21)
Photo by Jametlene Reskp on Unsplash

Manusia Baru dan Duta Pendamaian (2Kor. 5:11-21)

Sebentar lagi, saudara-saudara kita akan merayakan Idul Fitri. Kemenangan dalam menjalankan ibadah puasa menjadikan mereka kembali ke fitrah (KBBI: sifat asal atau kesucian). Ada tradisi di Indonesia yaitu silaturahmi dan bermaaf-maafan. Konsep dan tradisi seperti ini menunjukkan bahwa agama cenderung mengajarkan hal-hal baik. Tetapi walaupun begitu, ada masalah besar di baliknya.

Mari kita renungkan dari surat 2 Korintus ini. Jemaat Korintus adalah buah dari pelayanan Paulus. Tetapi kalau kita melihat surat ini, terlihat ada gejolak dalam hubungan mereka. Pangkal masalahnya, kerasulan Paulus diragukan karena ada guru-guru palsu yang menyusup. Bagi mereka, sosok maupun cara bicara Paulus kurang meyakinkan (2Kor. 10:10). Apalagi, kehidupannya penuh dengan penderitaan. Sangat jauh dengan guru-guru palsu yang terlihat luar biasa itu (baca: 2Kor. 12:11). Mereka berwibawa, pandai beretorika, serta kehidupannya kelihatan mapan!

Itulah sebabnya, Paulus merasa perlu untuk menjelaskan dasar pelayanannya dan menegaskan otoritas kerasulannya. Paulus tidak membalasnya dengan membandingkan pelayanannya yang juga luar biasa. Tetapi, mengajak mereka untuk kembali ke dasar. Paulus menggunakan frasa ‘di dalam Kristus’ (ay. 17,21) untuk mengingatkan bahwa mereka telah percaya pada Kristus dan dipersatukan oleh Roh Kudus. Mereka telah dijadikan milik Kristus.

Dengan begitu, mereka menjadi manusia baru yang hidup di bawah tuntunan Roh Kudus, tidak lagi di bawah kuasa dosa (Gal. 5:15-26). Status yang baru ini diwujudkan dalam kekudusan hidup sehari-hari (1Kor. 6:9-11). Dengan status ini, mereka mampu memandang Kristus dengan benar, yaitu sebagai Tuhan dan Juru Selamat (seperti halnya Paulus yang tadinya memusuhi Kristus menjadi rasul-Nya). Kemudian, mereka juga mampu memandang sesama manusia bukan dalam segi lahiriah (seperti rasul-rasul palsu itu). Termasuk juga, seharusnya mereka bisa melihat Paulus sebagai rasul Kristus.

Berbeda dengan ajaran agama, status sebagai manusia baru ini bukan lahir dari upaya manusia. Tetapi seperti yang telah dinyatakan sejak Perjanjian Lama (mis. Ul. 21:8), Allahlah yang berinisiatif untuk mendamaikan manusia yang berdosa dengan diri-Nya. Karena memiliki natur dosa (fitrahnya tidak suci seperti ajaran agama lain), mustahil bagi manusia untuk berusaha berbaik dengan Allah. Maka, Allah mengirimkan Anak-Nya untuk menanggung hukuman dosa manusia sehingga pendamaian bisa terjadi (2Kor. 5:21).

Kemudian, kita, seperti Paulus yang telah menerima pendamaian itu karena percaya pada Kristus, dijadikan sebagai duta pendamaian (ay. 18-20). Kita diberi otoritas untuk mengabarkan Kabar Baik ini supaya orang-orang di sekitar kita juga menerima pendamaian dengan Allah.

Mari kita renungkan, apakah kita telah hidup di dalam Injil Kristus (sebagai manusia baru)? Seperti Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp. 1:21a). Jika kita belum percaya kepada-Nya, ambil keputusan sebelum terlambat! Bagi kita yang sudah percaya, teruslah bertumbuh ke arah-Nya (Ef. 4:15). Yakinlah, hidup di dalam Injil Kristus adalah hidup yang terbaik. Terus jaga relasi dengan-Nya dan jangan fokus pada dunia supaya iman kita tidak pudar.

Lalu, hiduplah di dalam misi Kristus (sebagai duta pendamaian). Seperti Paulus, Kabar Baik pendamaian dari Allah harus menjadi prioritas kesaksian hidup kita (1Kor. 2:2). Ajarkan ini secara serius kepada anak-anak dan orang-orang di sekitar kita karena inilah Kabar Baik yang akan menentukan nasib mereka dalam kekekalan. Amin.

REFLEKSI

Tidak ada penghiburan yang lebih besar di kolong langit ini dibanding merasakan dosa kita diampuni dan mengalami pemulihan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya (Charles Spurgeon)

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apa saja dampak dari pendamaian yang Anda terima ini dalam kehidupan Anda sehari-hari?
  2. Apakah ada orang-orang di sekitar kita yang belum pernah Anda bagikan Injil? Ambil komitmen untuk melakukannya.

REFERENSI AYAT ALKITAB

11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. 12 Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. 13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. 14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. 15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2Kor. 5:11-21)

Sebab, kata orang, surat-suratnya memang tegas dan keras, tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti. (2Kor. 10:10)

Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikit pun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. (2Kor. 12:11)

9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. (1Kor. 6:9-11)

Adakanlah pendamaian bagi umat-Mu Israel yang telah Kautebus itu, TUHAN, dan janganlah timpakan darah orang yang tidak bersalah ke tengah-tengah umat-Mu Israel. Maka karena darah itu telah diadakan pendamaian bagi mereka. (Ul. 21:8)

tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Ef. 4:15)

Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (1Kor. 2:2)

WAWASAN ALKITAB

  • Paulus minimal menulis empat surat kepada jemaat Korintus:
    • Surat yang disebut dalam 1Kor. 5:19 (hilang).
    • Surat 1 Korintus (masuk dalam kanon).
    • Surat ‘cucuran air mata’ (2Kor. 2:3-4; hilang).
    • Surat 2 Korintus (masuk dalam kanon).

Dari surat-surat tersebut, kita akan mengetahui bahwa hubungan Paulus dengan jemaat Korintus bergejolak. Tetapi, Paulus tidak menyikapinya secara personal (keras dibalas keras, atau menjadi kepahitan). Seperti yang dilakukan dalam bagian ini, Paulus menggunakan kesempatan itu untuk mengajak mereka berpikir kembali ke dasar, yaitu manusia baru dan berita pendamaian. Apakah pelayanan kita juga berpusat pada Kristus?

  • Seorang penafsir mengartikan ‘di dalam Kristus’ (ay. 17, 21) sebagai: ‘menjadi milik-Nya melalui iman, hidup di bawah kuasa-Nya, dipersatukan dengan-Nya melalui Roh Kudus, dan menjadi bagian komunitas orang-orang percaya melalui baptisan di dalam Roh Kudus’ (Kruse).
    • Apakah kita sungguh-sungguh ada di dalam Kristus, atau hanya secara tampak luar (mis. rutin ke gereja dan menerima baptisan dari gereja). Tanpa mengalami lahir baru, kita tidak akan mungkin tinggal bersama dengan Allah di surga (Yoh. 3:16; Rm. 10:9).
    • Usaha manusia untuk berdamai dengan Allah adalah mustahil (seberapapun baiknya mereka). Hanya manusia baru, yang tidak lagi ada di bawah kuasa dan natur dosa, yang layak diterima-Nya. Ini hanya dimungkinkan jika seseorang percaya pada Kristus, satu-satunya kurban yang layak bagi dosa-dosa manusia (Kis. 4:12).
      • Ilustrasi: saya meminjam mobil seseorang dan kemudian tabrakan karena saya nyetir ugal-ugalan. Saya mengembalikan mobil yang rusak itu begitu saja sambil meminta maaf. Apakah saya bisa menganggapnya selesai? Tentu tidak. Selesai/tidak selesainya itu tergantung pada orang yang dirugikan. Seperti hal ini pula, dosa manusia baru dianggap selesai jika Allah sendiri yang mengatakannya.
      • Jangan percaya dengan ajaran ‘semua agama sama saja.’ Atau, yang baru-baru ini viral, ‘semua orang, apapun agamanya, percaya pada Kristus atau tidak, akan diselamatkan karena Allah mengasihi mereka.’
  • Di dalam Kristus, kita menjadi manusia baru (hidup oleh Roh, bukan daging; Gal. 5:15-26), yang menghasilkan kekudusan di dalam kehidupan sehari-hari (1Kor. 6:9-11). Manusia baru adalah bagian dari ciptaan baru, akan terwujud secara penuh setelah Kristus datang kedua kalinya (Yes. 65:17-25; Why. 21:1).
    • Walaupun begitu, saat ini kita sudah bisa merasakan bagaimana hidup menjadi manusia baru itu, dan indahnya relasi dengan Allah (walau belum merasakannya 100%).

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply