Suatu kali, seorang pengkhotbah ditanya, “Sudah berapa kali Anda membaca Alkitab sampai habis?” Pengkhotbah tersebut tidak menjawabnya, tetapi memberi pengajaran, “Bukan seberapa sering membaca Alkitab, tetapi seberapa sering Alkitab mengubah hidup kita, itu yang penting.”
Ya, pernyataan ini benar. Tidak seperti kepercayaan saudara-saudara kita yang berlainan iman, Tuhan tidak berjanji memberi ‘pahala’ atas ketekunan kita membaca Alkitab. Apalagi, ada banyak orang yang ahli Alkitab tetapi hidupnya jauh dari Tuhan. Misalnya, Bart Ehrman, seorang Profesor Perjanjian Baru yang sangat terkenal namun menolak Kristus. Atau, Ahmed Deedat, seorang yang sangat fasih mengutip ayat-ayat Alkitab, tetapi untuk menyerang iman Kristen.
Fakta seperti ini membuat sebagian orang Kristen malas membaca Alkitab. Jangan-jangan, jadi seperti ahli-ahli Taurat. Otaknya penuh, tetapi hatinya jauh dari Tuhan.
Mengapa mereka bisa begitu? Mari kita pelajari dari pernyataan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes ini.
WAWASAN DUNIA ALKITAB
Injil Yohanes sering disebut sebagai kitab Injil yang paling tegas menyatakan keilahian Yesus. Lihat saja, sejak pembukaannya saja, Yohanes sudah menuliskan bahwa “Dia (Yesus) adalah Allah” (1:1). Kemudian, berulang kali (tepatnya Yohanes mencatat tujuh kali) Yesus melakukan tanda-tanda yang semuanya menunjukkan jati diri-Nya yang sebenarnya.
Tanda-tanda yang dilakukan Yesus itu menggenapi nubuat yang telah dituliskan di dalam Perjanjian Lama. Tetapi para pemuka agama Yahudi, orang-orang yang sangat terpelajar di dalam Kitab Suci, justru menolak-Nya. Sungguh ironis. Penyelidikan mereka yang mendalam atas Kitab Suci (eraunaō, ay. 39) tidak membawa mereka pada Penulisnya sendiri.
Kesalahan mereka bukan karena tekun menyelidiki Kitab Suci (ada anggapan salah kaprah bahwa belajar Alkitab dengan serius justru bisa membuat seseorang keblinger). Tetapi, sewaktu mempelajari Kitab Suci, mereka tidak mau membuka hati kepada Sang Penulisnya sendiri (ay. 40).
Mereka mereka-rekakan isi Kitab Suci supaya sesuai dengan pikiran manusiawi mereka. Apa yang tidak cocok dengan pemikiran mereka ditolak, termasuk kesaksian Kristus (Yoh. 20:31). Akibatnya fatal. Selain usaha mereka sia-sia, mereka juga terhilang dari Allah selama-lamanya (Yoh. 3:16)
APLIKASI MASA KINI
Apakah selama ini kita merasa sia-sia membaca Alkitab? Kelihatannya, membaca Alkitab atau tidak, hidup juga sama. Membosankan, lebih baik melakukan hal lain yang langsung terasa. Ingat, ketika kita membaca Alkitab, kita sedang berhadapan dengan Allah yang hidup. Tidak bisa dilakukan sambil lalu/asal-asalan. Akan ada hal-hal yang sulit dimengerti akal kita, atau teguran-teguran yang tidak mengenakkan hati kita. Tetapi dari situlah kita mengalami perubahan hidup. Berdoalah dan buka hati supaya Roh Kudus menundukkan kita di bawah terang Tuhan. Amin.
REFLEKSI
Sebagian orang membaca Alkitab sekadar untuk belajar, tetapi sebagian orang lainnya untuk mendengar suara dari surga (Andrew Murray)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa bedanya Alkitab dengan buku-buku lainnya, yang mengajarkan kebaikan dan perubahan hidup?
- Apakah Anda telah membaca Alkitab secara rutin? Jika belum, mulailah dengan berkomitmen membaca satu pasal sehari (bisa dimulai dari Injil Yohanes). Anda bisa juga menggunakan buku-buku renungan harian yang bisa diakses secara gratis (misalnya, Santapan Rohani).
DOA
Tuhan, terima kasih atas tuntunan-Mu yang telah tersedia bagi kami di dalam Alkitab berbahasa Indonesia. Kiranya Engkau karuniakan kami hati yang selalu rindu untuk mendengar suara-Mu. Ajar kami juga untuk menerima dengan iman apapun yang menjadi kehendak-Mu bagi kami yang tertulis di dalamnya. Amin.
REFERENSI
39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. (Yoh. 5:39-40)
tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yoh. 20:31)
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16)