Selain Natal dan Paskah, ada peristiwa lain di seputar pelayanan Tuhan Yesus yang juga penting untuk kita peringati, yaitu Kenaikan-Nya ke surga. Bahkan, di Indonesia sampai dijadikan hari libur nasional. Mengapa demikian penting? Dan apa signifikansinya bagi kehidupan iman kita?
WAWASAN DUNIA ALKITAB
Menjelang kenaikan-Nya ke surga, yaitu pada hari ke-40 setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus berkumpul dengan para murid. Waktu itu, mereka bertanya-tanya kapan Tuhan Yesus bertakhta menjadi raja dan memulihkan kerajaan Israel dari penjajahan Roma (ay. 6). Sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya keliru, karena selama itu Tuhan Yesus berulang kali mengajarkan tentang Kerajaan Allah (ay. 4). Tetapi itu juga menunjukkan bahwa mereka masih salah paham dengan mengira Tuhan Yesus akan bertakhta secara duniawi (bnd. Luk. 24:21).
Tuhan Yesus lalu menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan apa yang seharusnya menjadi perhatian mereka. Yaitu, kuasa Roh Kudus akan turun ke atas mereka. Transformasi rohani ini akan memampukan mereka untuk menjadi saksi-saksi-Nya sampai ke seluruh penjuru dunia (ay. 8; Luk. 24:47-48). Jadi, akan ada pemulihan rohani di dalam diri orang-orang percaya (bukan pemulihan kerajaan secara politis) orang-orang percaya. Pemulihan ini menjadikan mereka saksi-saksi Kristus.
Saksi biasanya seseorang yang melihat atau mengalami suatu peristiwa dan menceritakannya di pengadilan (Yoh. 3:11). Seorang saksi harus menceritakan kejadian apa adanya (Kel. 20:16). Menjadi saksi Kristus berarti menceritakan Kristus sebagaimana adanya: Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat yang tanpa melalui-Nya, manusia tidak akan bisa diselamatkan.
Berbeda dengan pemahaman Yahudi yang terpusat di Yerusalem, Tuhan ingin para murid-Nya menjadi saksi-Nya ke seluruh penjuru dunia yang telah tercemar dosa. Itulah sebabnya, pemberitaan Injil harus disertai kuasa Roh Kudus supaya ada otoritas, keberanian, dan hikmat (Kis. 4:31).
Setelah mengatakan itu, Tuhan Yesus pun terangkat ke surga. Dua orang malaikat yang nampak meneguhkan para murid bahwa kelak Dia akan kembali (ay. 11). Pelayanan Tuhan Yesus di dunia telah selesai. Tetapi bukan berarti misi Allah berhenti. Kini, pelayanan misi itu diteruskan kepada para pengikut-Nya.
APLIKASI MASA KINI
Ada dua hal yang saya dapatkan dari bagian ini. Pertama, kita semua adalah saksi-saksi Kristus. Memang panggilan dan talenta berbeda-beda. Tetapi, kita harus membagikan Kabar Baik kepada semua orang dalam kapasitas yang kita miliki. Roh Kudus akan bekerja melalui kita.
Kedua, kita harus bersaksi kepada semua orang. Mulailah dari orang-orang terdekat (pasangan, anak, orang tua), lalu menyebar ke orang-orang yang lebih jauh (keluarga besar, rekan kerja, termasuk orang-orang yang tidak akur dengan kita), hingga ke seluruh penjuru dunia. Jadikan bersaksi sebagai gaya hidup kita, yaitu hal yang kita lakukan sehari-hari. Renungkan apa yang bisa kita lakukan: daya, dana, atau doa. Amin.
REFLEKSI
Tidak ada yang menutup mulut kita, membungkam bibir kita, dan mengunci lidah kita, sebagaimana kemiskinan pengalaman rohani kita. Alasan bahwa kita tidak menjadi saksi Kristus adalah karena kita tidak memiliki apa-apa untuk disaksikan (John Stott)
DOA
Tuhan, mampukan kami untuk bisa lebih merasakan kuasa Roh-Mu sehingga kami bisa menjadi saksi-saksi-Mu yang setia melalui panggilan kami masing-masing.
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa saja yang mungkin terjadi ketika kita memberitakan Injil dengan kekuatan manusiawi belaka?
- Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk memberitakan Injil di seputar kehidupan Anda sehari-hari?
REFERENSI
6 Lalu ketika berkumpul, mereka bertanya kepada-Nya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” 7 Jawab-Nya kepada mereka, “Kamu tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. 8 Tetapi, kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. 10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih di dekat mereka, 11 dan berkata kepada mereka, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang diangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.” (Kis. 1:6-11)
PENGGALIAN ALKITAB
- Saksi. Seseorang yang menceritakan di pengadilan apa yang dia alami atau saksikan (bnd. Yoh. 3:11). Hukum Taurat sangat menekankan bahwa seorang saksi harus berkata benar (Kel. 20:16). Ada hukuman yang berat bagi seseorang yang bersaksi dusta (Kel. 19:16-21; Ams. 19:5, 9; 21:28).
Menurut Hukum Taurat, kesaksian seorang perempuan tidak akan dianggap. Tetapi di Perjanjian Baru, Tuhan melibatkan para perempuan untuk menjadi saksi-Nya (misal, Maria Magdalena yang menyaksikan kubur kosong). Jadi, perempuan pada masa kini tidak boleh merasa rendah diri dalam memberitakan Injil.
Kemudian, di tengah berbagai gempuran informasi, hoaks, dan serangan terhadap kekristenan, apa yang telah kita lakukan supaya kita bisa menjadi saksi dengan benar? Banyak sekali ajaran yang logis dan kelihatannya Alkitabiah, namun menyesatkan (Ams. 16:25).
Pada umumnya orang tua akan cemas ketika anak-anak mereka tidak bertumbuh dengan baik. Tetapi apakah sebagai orang tua Kristen, kita juga cemas ketika anak-anak kita tidak bertumbuh rohaninya dengan baik? Ketika anak-anak kita memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, maka hal-hal lainnya tidak perlu kita risaukan lagi karena mereka akan bisa menghadapi kehidupan dengan hikmat Tuhan.
- Kuasa.
Pada masa Perjanjian Lama, Roh Kudus diberikan kepada orang-orang tertentu untuk melakukan tugas tertentu. Setelah turunnya Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul 2, semua orang percaya memiliki Roh Kudus di dalam hati mereka. Alurnya: Roh Kudus dijanjikan kepada orang percaya -> Roh Kudus memberi kekuatan pada mereka -> mereka akan bisa memberitakan Injil dengan luar biasa.
Seberapa jauh kita menyadari bahwa kita memiliki kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus? Tanpa menyadari dan bersandar pada kuasa Roh Kudus, tantangan di dunia ini dan natur kedagingan kita akan membungkam pemberitaan Injil yang seharusnya kita lakukan. Jangan sekali-kali memberitakan Injil dengan kekuatan manusiawi kita.
- Yerusalem… Yudea… Samaria… ujung bumi. Ada nuansa pengembangan di sini. Yudea adalah wilayah yang melingkupi Yerusalem (mungkin termasuk Galilea juga), Samaria adalah wilayah tetangga yang tidak akur dengan mereka, ujung bumi mungkin mengacu pada Roma/kerajaan Roma sebagai adikuasa saat itu.
Mulailah pemberitaan Injil dari lingkup terdekat kita. Lalu jangkaulah orang-orang yang lebih luas, termasuk mereka yang tidak ‘sulit.’ Teruslah meluaskan lingkup pemberitaan Injil kita (sampai ke ujung bumi sekalipun!).
Tidak sedikit gereja yang berpikir seperti “Di Indonesia saja masih banyak yang belum percaya Tuhan, untuk apa pergi bermisi ke luar negeri?” Jika kita memahami perintah Tuhan Yesus bahwa misi bersifat global, maka pertanyaan semacam itu tidak akan muncul. Pehatikan bahwa Tuhan Yesus tidak memerintahkan “Yerusalem setelah itu ke Yudea dsb.” Misi di lingkungan terdekat dan misi di lingkungan yang jauh hendaknya dikerjakan bersama (walaupun tetap ada prioritas dan alokasi sumber daya).
- Kenaikan Tuhan Yesus. Menandai berakhirnya pelayanan fisik Tuhan Yesus di muka bumi ini dan tanda bahwa Allah meninggikan-Nya (Kis. 5:30-31; Ibr. 1:3). Namun selain itu, menyiratkan adanya pengalihan tanggung jawab kepada para pengikut-Nya untuk meneruskan pelayanan misi-Nya (Kis. 1:1-2, 8). Kenaikan-Nya ke surga juga membuka jalan bagi turunnya Roh Kudus yang dijanjikan (Yoh. 16:7). Roh Kuduslah yang memampukan para pengikut-Nya dalam mengabarkan Injil.
Seberapa mengerti kita bahwa Tuhan Yesus telah memercayakan pelayanan misi-Nya untuk kita teruskan? Pemahaman ini akan membuat kita menjalani hidup dengan cara yang bermakna.