1 Benarlah perkataan ini, ”Orang yang menghendaki jabatan pengawas jemaat menginginkan tugas yang mulia.” 2 Karena itu, pengawas jemaat haruslah seorang yang tak bercela, mempunyai hanya satu istri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, pandai mengajar orang, 3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, cinta damai, bukan hamba uang, 4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 5 Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus jemaat Allah? 6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman seperti yang terjadi pada Iblis. 7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (1Tim. 3:1-7 TB2)
GARIS BESAR
Seperti apa sosok pemimpin rohani yang baik? Paulus tidak menuliskan hal-hal yang umum menjadi daya tarik dunia seperti gaya berkhotbah yang menarik, memiliki banyak kemampuan, serta berkharisma. Tetapi, Paulus menekankan pentingnya kualitas pribadi (ay. 1-3), kualitas di dalam urusan rumah tangga (ay. 4-5), serta kualitas iman (ay. 6-7). Tentu kualitas seorang pemimpin rohani tidak terbatas pada apa yang dibicarakan dalam bagian ini, tetapi ini bisa menjadi gambaran.
KONTEKS
Setelah dalam dua pasal sebelumnya Paulus berbicara tentang beberapa orang di jemaat dan ibadah, dalam pasal ketiga ini Paulus berbicara tentang kualifikasi pelayan dalam jemaat. Khususnya, tentang pengawas jemaat (ay. 1-7) dan diaken (ay. 8-13). Setelah itu, diakhiri dengan pujian Kristologis (ay. 14-16).
Pengawas jemaat merupakan jabatan pelayanan yang sangat penting pada masa itu. Secara khusus, Paulus mengkontraskan sosok seorang pemimpin jemaat yang baik yang seharusnya berbeda dengan para guru-guru palsu saat itu yang hidupnya tidak bermoral.
Di dalam bagian ini, Paulus tidak menuliskan kualitas doktrin yang baik sebagai salah satu syarat (bnd. Tit. 1:5-9). Bukannya doktrin tidak penting, tetapi mungkin di Efesus (jemaat yang dilayani Timotius) tidak terjadi masalah yang terkait dengan doktrin sehingga Paulus tidak merasa perlu memperjelasnya.
PENGGALIAN
Ayat 1. Menghendaki. Secara harfiah berarti ‘merentangkan diri/menggapai.’ Merujuk pada ketetapan hati untuk melakukan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Tentu bukan menghendaki dalam arti negatif seperti halnya berburu jabatan. Pengawas jemaat (TB/BIMK: penilik jemaat) (Yun. episkope). Ada yang beranggapan jabatan ini sama dengan penatua (mis. berdasar Tit. 1:5,7), sementara yang lain menganggapnya lebih tinggi. Pada waktu itu, belum ada pembagian rinci seperti struktur organisasi gereja saat ini. Yang jelas, jabatan ini merupakan posisi kepemimpinan dalam gereja pada masa itu. Orang yang menjabatnya akan melakukan pelayanan seperti menggembalakan (1Ptr. 5:2), visitasi (Yak. 5:14), melindungi jemaat dari musuh (Kis. 20:29-31), dan hidup sebagai teladan (1Ptr. 5:3). Jadi, mirip dengan pendeta pada masa kini. Tugas yang mulia. Tanggung jawab dalam jemaat seperti ini tentu mulia.
Ayat 2. Tak bercela. Bukan berarti tanpa dosa (hanya Kristus yang seperti itu), tetapi tingkah lakunya tidak menjadi batu sandungan bagi jemaat. Mempunyai hanya satu istri. Bukan berarti pengawas jemaat tidak boleh dijabat oleh orang yang belum menikah atau yang menikah lagi (bukan poligami, tetapi setelah kematian istri pertama). Namun, syarat ini lebih menekankan pentingnya kesetiaan terhadap pasangannya (jika sudah menikah), karena pada masa itu ketidaksetiaan dalam pernikahan sering terjadi. Menahan diri. Tidak melakukan hal-hal yang berlebihan. Secara khusus, dapat mengekang secara moral dan spiritual. Bijaksana. Dapat mengendalikan diri, tidak dikendalikan oleh keinginan sendiri. Sopan. Berperilaku dengan baik dan pantas (bnd. kata yang sama dalam 2:9). Suka memberi tumpangan. Membuka rumahnya, khususnya bagi sesama orang Kristen yang sedang bepergian, atau juga para misionaris. Pandai mengajar orang. Mampu mengajar doktrin yang benar dan melawan ajaran sesat.
Ayat 3. Peminum. Bukan berarti dilarang minum anggur (karena umum pada masa itu). Tetapi, tidak boleh mabuk-mabukan (minum anggur atau minuman keras secara berlebihan). Pemarah… peramah. Bukan orang yang lekas naik darah, tetapi yang sabar menghadapi orang lain. Cinta damai. Kata-kata dan perilakunya membawa damai. Hamba uang. Guru-guru palsu umumnya serakah/mata duitan (6:5-10). Sebaliknya, pengawas jemaat tidak boleh menempatkan uang sebagai pertimbangan utama dalam pelayanan.
Ayat 4-5. Kepala keluarga yang baik… disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Ketika seorang kepala keluarga memperhatikan keluarganya dengan baik, maka pada umumnya anak-anaknya pun akan bersikap baik kepadanya. Mengepalai. Memimpin, mengatur, merawat, memperhatikan. Jika kepada keluarganya saja seseorang tidak mampu melakukan hal-hal ini, bagaimana mungkin dia mampu melakukannya kepada jemaat?
Ayat 6-7. Baru bertobat. Secara harfiah dalam bahasa Yunaninya, ‘baru ditanam.’ Orang-orang yang baru bertobat dan belum dewasa rohani sangat rentan jatuh ke dalam godaan. Jika ini terjadi pada pemimpin jemaat, tentu akibatnya fatal bagi pelayanan. Nama baik di luar jemaat. Bahkan, perilakunya juga harus terpuji di kalangan orang-orang yang bukan Kristen. Jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Orang-orang yang kualitas imannya baik tidak akan mudah jatuh ke dalam perangkap Iblis. Pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan jemaat.
Diolah dari berbagai sumber.
PELAJARAN UTAMA
- Pelayanan, apalagi menggembalakan jemaat, adalah tanggung jawab yang mulia sehingga para pelayan Tuhan harus bersungguh-sungguh.
- Tuhan lebih menuntut kualitas karakter dan iman dibanding kemampuan praktis (walaupun ini juga penting) dalam pelayanan.
APLIKASI
- Gereja (termasuk kita pribadi) harus mengejar kualitas-kualitas yang alkitabiah dibanding yang biasa diukurkan oleh dunia. Gereja juga jangan hanya mengukur performa hamba Tuhannya, tetapi memperhatikan bagaimana pertumbuhan dan kesaksian rohani dari hamba Tuhan tersebut.
- Milikilah komitmen dan lakukanlah langkah-langkah yang nyata untuk mengejar pertumbuhan rohani supaya pelayanan kita lebih menjadi berkat.
- Bagi Anda (terutama anak-anak muda) yang ingin menjadi hamba Tuhan, sosok seperti apa yang ingin Anda capai? Apakah yang terkenal, memiliki banyak followers di media sosial, diundang ke mana-mana, atau, sosok yang melakukan pelayanan seperti Kristus?
PANDUAN PENGAJARAN
Anak-Anak dan Remaja
Mungkin anak-anak dan remaja akan berpikir menjadi seorang hamba Tuhan itu terlalu jauh. Tetapi paling tidak diajarkan bahwa Tuhan menghendaki kualitas-kualitas kerohanian sehingga mereka dituntun untuk mengejar pertumbuhan rohani. Cermati dunia sekitar mereka (misal, pamer di medsos, mau mencontek asalkan dapat nilai bagus, ingin terlihat cantik) dan ajarkan apa yang diinginkan Tuhan bagi mereka. Sehingga, mereka bisa dipakai Tuhan lebih lagi dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Kaum Profesional
Bagian ini secara khusus memang menekankan pada pemimpin rohani dalam jemaat. Tetapi, bukan berarti orang di luar itu tidak dituntut hal yang sama. Keserupaan dengan Kristus harus dikejar oleh semua orang percaya (Ef. 4:15). Ketika kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, maka kita akan menjadi teladan di tengah lingkungan kita. Tentu saja, seorang pemimpin jemaat diharapkan memiliki standar yang lebih tinggi lagi supaya bisa menjadi teladan bagi jemaat yang digembalakannya.
REFLEKSI
Seorang pendeta adalah orang yang bertanggung jawab pada jiwa-jiwa. Dia bukan sekadar orang yang baik dan menyenangkan ketika diajak minum teh atau menghabiskan waktu bersama. Dia adalah penjaga, pengawas, pelindung, organisator, pemimpin, dan pengatur jemaat (David Martyn Lloyd-Jones)
PERTANYAAN DISKUSI
- Pada masa kini, sering seorang hamba Tuhan dinilai dari khotbahnya yang baik, kepandaiannya dalam berteologi, atau kemampuannya dalam mengembangkan pelayanan. Berdasarkan bagian ini, apakah itu keliru? Jelaskan!
- Berdasarkan kriteria ini, kualitas apakah yang masih harus Anda kejar/perbaiki? Renungkan secara spesifik kelemahan Anda ini dan nyatakan bagaimana komitmen Anda untuk memperbaikinya.