Jamuan Perkawinan Surgawi (Why. 19:6-10)

Jamuan Perkawinan Surgawi (Why. 19:6-10)

Ketika kuliah dan masa awal bekerja dulu, saya pernah beberapa kali mendaki gunung. Mendaki hingga ketinggian lebih dari tiga kilometer sambil memanggul carrier belasan kilogram tentu sangat melelahkan. Beberapa kali saya berpikir, “Ini terakhir kalinya saya naik gunung. Kapok!” Namun, bayangan akan mencapai puncak memberikan kekuatan untuk terus mendaki.

Ketika akhirnya tiba di puncak, semua rasa lelah itu seketika lenyap. Tubuh terasa ringan, dan semangat pun kembali membara. Dari pengalaman mendaki gunung inilah saya belajar tentang kekuatan dari pengharapan yang menyertai perjalanan iman orang-orang Kristen. Misalnya, pengharapanlah yang membuat orang-orang Kristen penerima kitab Wahyu bisa bertahan.

WAWASAN DUNIA ALKITAB

Ketika membaca kitab Wahyu, imajinasi kita bisa seolah-olah dibawa ke dalam dunia dongeng dengan cerita yang luar biasa. Namun, saat kita menyadari bahwa itu semua bukanlah kisah fiktif, melainkan nubuat tentang keadaan dunia, seketika itu juga pikiran kita mungkin berubah.

Bayangkan saja betapa mengerikannya pihak-pihak yang akan menjadi lawan kita. Ada nabi-nabi palsu, Anti-Kristus, pemerintahan yang menindas orang Kristen, dan Iblis sendiri. Kemudian akan ada masa-masa yang dipenuhi perang, bencana, kelaparan, dan penganiayaan. Gambaran yang sangat menakutkan! Apakah kita siap menghadapinya?

Tetapi ketika mempelajari bagian ini, saya menemukan dua hal yang istimewa. Satu dari tujuh ucapan “Berbahagialah…” (ayat 9) dan satu dari sembilan nyanyian (ayat 6-8) dalam kitab Wahyu muncul di bagian ini. Apa artinya? Orang-orang yang tetap bertahan menyembah Kristus di tengah segala tantangan zaman sesungguhnya adalah orang-orang yang diberkati.

Jadi, kitab Wahyu tidak ditulis untuk menakut-nakuti. Musuh-musuh kita akan semakin merajalela. Namun, tidak ada kekuatan lain yang mampu menandingi kuasa Kristus, Yang Maha Kuasa. Kelak semua yang melawan Dia akan dibungkam, dan orang-orang percaya akan memuji-Nya (ayat 6).

Kita yang tetap setia kepada Kristus juga digambarkan hadir di suatu pesta pesta pernikahan yang megah. Bukan hanya sebagai tamu, melainkan sebagai sang mempelai itu sendiri, dengan Kristus sebagai pasangan kita (ayat 7-9). Janji yang indah dan pasti terjadi inilah (ayat 9b) yang membuat iman para penerima kitab Wahyu yang sedang mengalami penindasan tetap menyala.

APLIKASI MASA KINI

Ketika pikiran manusiawi kita terfokus pada beratnya kehidupan di dunia, pasti kita akan menjadi tawar hati. Namun ketika kita mengarahkan mata rohani kita kepada janji Tuhan, yang mengendalikan seluruh isi dunia ini, kita akan selalu menemukan kekuatan. Pengharapan atas janji Tuhan yang indah itu bagaikan minyak yang menjaga api lilin terus menyala. Secara duniawi, kita mungkin bisa mengalami keadaan seperti lilin terbakar habis. Tetapi kita tahu apa yang menanti kita di surga. Jadi, keadaan apapun tidak akan membuat kita kehilangan sukacita dan berhenti menjadi saksi Kristus. Amin.

REFLEKSI

Perjamuan Anak Domba adalah waktu untuk sukacita yang tiada tara dan air mata akan lenyap (Charles Spurgeon)

REFERENSI AYAT ALKITAB

6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:

              ”Haleluya!

              Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

        7      Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai,

                dan memuliakan Dia!

              Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba,

                dan pengantin-Nya telah siap sedia.

        8      Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai

                kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!”

              [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]

9 Lalu ia berkata kepadaku: ”Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Katanya lagi kepadaku: ”Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.”  10 Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ”Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.” (Why. 19:6-10).

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Walaupun relasi antara Kristus dengan umat-Nya digambarkan sangat intim dan indah dalam bagian ini, banyak orang Kristen yang merasa Tuhan begitu asing. Apa yang menyebabkannya dan bagaimana cara mengatasinya?
  2. Apa yang bisa Anda lakukan dalam mengisi hidup ini untuk bersiap-siap bertemu dengan Kristus?

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply