pemuridan – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Wed, 08 Apr 2020 00:43:12 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.3.3 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32 pemuridan – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id 32 32 163375744 Bukan Sekadar Menjadi Pengikut Tuhan (Mat. 16:5-12) http://studibiblika.id/2020/04/08/bukan-sekadar-menjadi-pengikut-tuhan-mat-165-12/ http://studibiblika.id/2020/04/08/bukan-sekadar-menjadi-pengikut-tuhan-mat-165-12/#respond Wed, 08 Apr 2020 00:43:05 +0000 http://studibiblika.id/?p=827

Apa yang menjadi kesukaan Anda dalam pelayanan? Salah satu pelayanan yang menjadi kesukaan saya adalah membimbing orang untuk menerima dan mengenal Tuhan Yesus. Ketika melakukan bimbingan, saya mendapati beberapa kekeliruan dasar yang biasa orang-orang pahami. Namun ketika mengevaluasi diri, saya yang merasa tahu lebih dibanding mereka yang baru mau belajar, ternyata masih bisa melakukan kekeliruan-kekeliruan yang bersifat dasar. Contoh kecil saja, dalam keadaan-keadaan tertentu, saya masih bisa meragukan bahwa Tuhan adalah pengendali kehidupan, padahal pelajaran itu telah saya dapatkan sejak Sekolah Minggu.   

Saya kemudian merenungkan, lamanya mengikut Tuhan ternyata tidak menjamin bahwa kita akan mengenal Tuhan lebih dalam. Itulah yang terjadi pada murid-murid Tuhan Yesus dalam kisah ini. Ketika Tuhan Yesus memperingatkan mereka untuk waspada terhadap “ragi orang Farisi dan Saduki,” mereka mengira bahwa Dia sedang bad mood karena mereka tidak membawa roti. Walaupun mereka telah sekian lama menjadi murid-Nya, melihat sendiri mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, mendengar sendiri ajaran-ajaran-Nya, mereka masih saja gagal untuk mengenal siapa Dia.

Itulah sebabnya, Tuhan Yesus menegur mereka sebagai orang-orang yang kurang percaya (bahasa Yunaninya oligopistoi, “yang beriman kecil”). Tuhan Yesus mengingatkan apakah mereka sudah lupa dengan mukjizat memberi makan 5000 orang (Mat. 14:13-21) dan 4000 orang (Mat. 14:32-39)? Jika memang yang Dia maksudkan tidak ada roti, apa susahnya untuk sekali lagi mengadakan mukjizat memberi makan untuk segelintir orang dalam perahu itu? Kemudian, Tuhan Yesus juga pernah mengibaratkan Kerajaan Surga seperti ragi yang mengembang (Mat. 13:33). Itu semua seharusnya membuat mereka peka bahwa dalam kesempatan ini, Dia juga sedang menggunakan ragi sebagai perlambang. Apa artinya?

Ragi biasa dicampurkan ke dalam adonan roti supaya mengembang (sumber gambar: claygentry.com)

Pada masa itu, orang-orang Farisi dan Saduki merupakan dua golongan keagamaan yang ternama. Sebenarnya keduanya saling bermusuhan. Tetapi, dalam hal melawan Tuhan Yesus, mereka kompak untuk berkomplot. Mereka tidak mau mengakui-Nya sebagai Mesias karena dalam bayangan mereka, Mesias adalah seorang pemimpin politik dan militer yang akan membuat Israel kembali mengalami masa-masa jayanya. Ajaran dan perlawanan orang-orang Farisi dan Saduki terhadap Tuhan Yesus inilah yang hendaknya diwaspadai oleh murid-murid. Sayangnya, karena terpaku pada kebutuhan jasmani, mereka gagal memahami ajaran rohani yang sangat penting ini.

Dari kisah ini, hendaknya kita belajar bahwa untuk dapat mengenal Tuhan dengan benar, kita harus memiliki kepekaan rohani. Kita bisa saja telah puluhan tahun aktif melakukan pelayanan. Ribuan khotbah telah kita dengarkan. Tetapi tanpa memiliki mata dan telinga yang peka terhadap hal-hal rohani (Mat. 13:16-17), maka kita tidak akan mengalami pertumbuhan iman. Akibatnya, hal-hal jasmani (baik itu berkelimpahan maupun berkekurangan), bisa mengaburkan pandangan kita tentang Tuhan.

Oleh sebab itu, marilah kita terus mengasah kepekaan rohani kita. Tidak sekadar merenungkan firman Tuhan secara rutin, tetapi juga berdoa meminta bantuan Roh Kudus. Karena hanya oleh kuasa Roh Kuduslah maka kita bisa melembutkan hati untuk menerima setiap perkataan Allah dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Siapakah Tuhan Yesus bagi Anda secara pribadi? Jelaskan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Hal-hal/aktivitas-aktivitas apa sajakah yang biasanya bisa menjadi kegagalan Anda dalam membangun hubungan yang benar dengan Tuhan? Mintalah kepada-Nya untuk memberi kekuatan supaya Anda mampu mengatasinya.
  3. Apakah Anda bisa membedakan orang yang sungguh mengenal Tuhan dengan orang yang asal menjadi pengikut Tuhan? Jelaskan dan refleksikan dalam diri Anda pribadi.
]]>
http://studibiblika.id/2020/04/08/bukan-sekadar-menjadi-pengikut-tuhan-mat-165-12/feed/ 0 827
Apa Sebenarnya Isi Amanat Agung (Mat. 28:19-20)? http://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/ http://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/#respond Tue, 01 Oct 2019 23:53:26 +0000 http://studibiblika.id/?p=406 Sebagai orang Kristen, siapa sih yang tidak tahu isi Amanat Agung? Perintah ini begitu pentingnya sehingga mendorong banyak orang untuk menjadi pekabar Injil ke seluruh dunia. Amanat Agung tertulis dalam Mat. 28:19-20a sebagai berikut:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (TB)

(catatan: penulis tidak mengesampingkan juga bahwa dalam perintah ini terkandung juga janji penyertaan Tuhan dalam ayat 20b).

Jika diperhatikan, ada empat buah imperatif (perintah) yang sejajar dalam kalimat tersebut, yaitu: pergilah, jadikanlah murid, baptislah, dan ajarlah. Maka dari itu, banyak orang yang menganggap bahwa Amanat Agung berisi empat aktivitas tersebut.

Tetapi marilah kita perhatikan kalimat tersebut dalam bahasa aslinya (diambil dari biblehub.com):

 

 

 

 

 

 

 

Ternyata, pergilah, baptislah, dan ajarlah memiliki bentuk yang berbeda dengan muridkanlah. Ketiga kata pertama berbentuk partisip, sedangkan kata terakhir berbentuk imperatif. Di dalam gramatika bahasa Yunani Koine, partisip tidak bisa menjadi klausa utama. Dia akan selalu menjelaskan kata kerja dalam klausa utamanya, yang dalam kasus ini berbentuk imperatif.

Contoh:

1) Ketika sedang makan, Andi mendengar pintu kamarnya diketuk.

Kalimat ini terdiri dari dua klausa. Klausa “ketika sedang makan” (dalam bahasa Yunani Koine akan berbentuk partisip) menjelaskan kapan “Andi mendengar pintu kamarnya diketuk.”

2) Kami semua menerima berita kematian itu dengan sedih.

Klausa “kami semua bersedih” (dalam bahasa Yunani Koine akan berbentuk partisip) menjelaskan bagaimana kondisi ketika “kami semua menerima berita kematian itu.”

Itu hanyalah dua contoh penggunaan partisip. Dalam bahasa Yunani Koine, bahasa yang disebut “sangat cinta dengan partisip,” banyak sekali penggunaan partisip lainnya.

Artinya apa?

Amanat Agung sebenarnya berisi satu perintah pokok, yaitu muridkanlah/jadikanlah murid (μαθητεύσατε, berbentuk Aorist Imperative Active, disingkat menjadi AMA dalam bagan tersebut). Ini adalah satu proses yang harus dikerjakan oleh setiap orang Kristen. Dalam proses memuridkan ini, Tuhan Yesus memberikan tiga buah perintah lainnya:

Pertama, pergi/πορευθέντες, berbentuk Aorist Passive Participe (APP). Secara gramatika bahasa Yunani Koine, partisip dengan tensa aoris akan membentuk attendant circumstance participle jika menjelaskan kata kerja berbentuk Aorist, dalam hal ini muridkanlah.

Apa itu attendant circumstance participle? Ini adalah partisip yang terjadi sekaligus dengan kata kerja yang diterangkannya. Biasanya dalam kalimat akan dihubungkan dengan kata dan. Dengan demikian, kita dapat membaca perintah tersebut sebagai: “Pergi dan muridkanlah!

Kemudian, membaptis/βαπτίζοντες dan mengajar/διδάσκοντες (keduanya berbentuk Present Participle Active, PPA) dapat digolongkan sebagai participle of means. Artinya, partisip yang memperjelas bagaimana kata kerja utama tersebut (dalam hal ini memuridkan) dilakukan.

Kesimpulan

Amanat Agung dapat kita artikan sebagai perintah untuk memuridkan dan itu tidak dapat kita lakukan tanpa pergi (memberitakan Kabar Baik) kepada orang lain. Bahkan setelah kematian Stefanus, orang-orang Kristen pergi menyebar ke seluruh dunia dan memberitakan Injil, sampai sekarang. Kemudian, dalam melakukan pemuridan tersebut kita harus membaptis (dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus) dan mengajar (segala yang telah diperintahkan oleh Tuhan Yesus).

Seperti inilah juga struktur yang harus kita buat ketika menyampaikan khotbah dari bagian ini.

(Diolah dari beberapa sumber, terutama “Greek Grammar Beyond the Basics,” Daniel B. Wallace dan “Learn to Read New Testament Greek,” David A. Black.)

]]>
http://studibiblika.id/2019/10/01/apa-sebenarnya-isi-amanat-agung/feed/ 0 406
Arti Menyangkal Diri, Memikul Salib dan Mengikut Yesus (Luk. 9:23) http://studibiblika.id/2019/05/20/lukas-923-arti-menyangkal-diri-memikul-salib-dan-mengikut-yesus/ http://studibiblika.id/2019/05/20/lukas-923-arti-menyangkal-diri-memikul-salib-dan-mengikut-yesus/#respond Mon, 20 May 2019 12:56:53 +0000 http://studibiblika.id/?p=43

Versi Terjemahan Baru LAI:

Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Versi Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini LAI:

Kemudian Yesus berkata kepada semua orang yang ada di situ, “Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul salibnya tiap-tiap hari, dan terus mengikuti Aku.”

Tema utama: seorang yang mau menjadi pengikut Kristus harus berani berkata “TIDAK” pada diri dan ambisinya sendiri dan mengikut Kristus, bahkan sampai pada tahap “siap mati” setiap hari demi melakukannya.

Konteks:

Setelah mendapatkan pengakuan dari Petrus bahwa Dia adalah Mesias, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk. 9:22). Jika Tuhan Yesus mengalami penderitaan seperti itu, maka para orang-orang yang mengaku menjadi pengikut-Nya juga jangan kaget kalau mengalami penderitaan karena imannya. Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus pada waktu Dia berkata, “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya” (Luk. 6:40).

Mengapa orang Kristen bisa menderita karena imannya? Jika orang Kristen sungguh-sungguh menjalankan apa yang menjadi agenda Allah, maka hal itu bertentangan dengan sistem dunia yang sudah jatih dalam dosa. Iblis akan menjadi lawannya. Semakin orang Kristen hidup benar berdasarkan tuntunan Alkitab, maka kemungkinan besar dia akan semakin mengalami tekanan dalam kehidupannya. Misalnya, orang Kristen yang tidak mau ikut korupsi di lingkungan yang menghalalkan segala cara, kemungkinan akan dimusuhi rekan-rekannya.

Pembahasan:

Menyangkal diri. Dasar dari penyangkalan diri adalah pemahaman bahwa keselamatan hanya berasal dari Tuhan, tidak bisa dilakukan dengan cara sendiri. Setelah diselamatkan, orang-orang Kristen memahami bahwa Tuhanlah yang menjadi penguasa (tuan) di dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, mereka tidak melakukan apa yang menjadi keinginan dirinya sendiri, tetapi keinginan Tuhan. Versi BIMK menerjemahkan dengan frasa “melupakan kepentingannya sendiri.” Orang-orang Kristen harus mengesampingkan apa yang menjadi kepentingannya sendiri demi mengarahkan kehidupannya pada apa yang menjadi kepentingan Kerajaan Allah. 

Contoh: secara manusia, sangat mudah bagi seorang pelayan gereja untuk merasa tersinggung ketika mendapat kritikan dari rekan pelayan lain yang tidak memiliki kekayaan atau kedudukan setinggi dirinya. Namun demikian, jika dia orang Kristen yang sungguh-sungguh, maka dia akan melupakan statusnya itu, karena semua orang sama derajatnya di mata Allah, dan menerima kritikan tersebut dengan penuh kasih.

Salah satu adegan dalam film The Passion of the Christ (sumber: http://www.fministry.com/2012/03/taking-up-our-cross-daily.html)

Memikul salib. Pada zaman Romawi, seseorang yang dijauhi hukuman salib akan dipaksa untuk memikul sendiri salibnya dari tempat dia dijatuhi hukuman sampai ke tempat penyaliban. Dengan cara demikian dipertontonkan bahwa dia telah berrsalah pada negara dan tunduk pada negara, yang telah menjatuhkan hukuman mati pada mereka.

Gambaran ini digunakan oleh Lukas untuk menyatakan bahwa orang Kristen harus menjalani hidup seolah-olah telah dijatuhi “hukuman mati,” yaitu mati terhadap nilai-nilai dunia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan tunduk pada nilai-nilai dalam Kerajaan Allah. Apa yang orang-orang Kristen lakukan harus selaras dengan apa yang dikehendaki Allah. Sebagaimana orang-orang yang dijatuhi hukuman mati pada masa itu, orang-orang Kristen juga harus rela kehilangan harta benda dan nama baiknya. Dan jika kita membaca ayat-ayat selanjutnya, mati di sini pun berarti siap mati secara fisik demi menjadi pengikut Tuhan.

Contoh: orang-orang Kristen tidak akan mempunyai ambisi lagi untuk mendapatkan kekayaan dan nama besar demi kepentingannya sendiri. Keduanya tetap bisa mereka raih, namun dengan cara yang memuliakan Tuhan dan juga digunakan untuk melayani Tuhan.

Lukas menuliskan bahwa menyangkal diri dan memikul salib ini harus siap kita lakukan setiap hari. Dengan cara itulah, berita tentang keselamatan di dalam Kristus akan menyebar ke dalam dunia.

Mengikut Aku. Jika ditinjau dari segi bahasa Yunani Koine, mengikut di sini menggunakan kala kini (present tense-form), berbeda dengan menyangkal diri dan memikul salib yang menggunakan kala aorist. Dengan ini, Lukas ingin menekankan bahwa mengikut Yesus merupakan proses yang terus menerus, seperti terjemahan BIMK, “terus mengikuti Aku.” Mengikut Tuhan bukan sekadar komitmen yang dilakukan sekali saja, namun dilakukan seumur hidup.

Menjadi murid Tuhan Yesus berarti harus melakukan ketiga hal ini. Menyangkal diri (mengesampingkan identitas duniawi dan fokus pada identitas sebagai pengikut Tuhan) dan memikul salib (mati terhadap ambisi duniawi dan mengarahkan pada keinginan Tuhan) setiap hari harus menjadi komitmen orang-orang yang mau mengikut Kristus. Walaupun secara duniawi mungkin akan mengalami kerugian, tetapi para pengikut Kristus percaya bahwa dengan itu justru mereka akan menikmati hal yang lebih besar lagi di surga. Bahkan jika dengan menjadi pengikut Kristus mereka harus sampai kehilangan nyawa pun, itu bukan merupakan kerugian karena “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk. 9:24).

Pertanyaan-Pertanyaan Diskusi:

1.Apakah orang Kristen harus hidup menderita dan tidak boleh merasakan kenikmatan?

Panduan Diskusi: 1) Allah adalah Pribadi yang Mahabaik sehingga tidak mungkin menghendaki anak-anak-Nya menderita. Jika anak-anak-Nya mengalami penderitaan, berarti ada sesuatu hal yang baik yang sedang dirancang Allah di dalamnya (Rm. 8:28).

Prinsipnya, kita harus dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Dengan mengalami lahir baru dan bertakhtanya Roh Kudus di dalam hati kita, maka apa yang menjadi kehendak kita akan selaras dengan apa yang menjadi kehendak Allah. Contoh: orang Kristen tidak akan merasakan damai sejahtera dengan mengambil apa yang bukan haknya, walaupun itu sangat nikmat menurut pandangan dunia. Inilah sukacita Kristen yang sejati.

2. Apakah kalau orang Kristen menderita, berarti dia sedang menyangkal diri dan memikul salib?

Panduan diskusi: Tidak semua penderitaan mempunyai makna seperti itu. Hanya penderitaan yang terjadi karena mengikut Tuhanlah yang termasuk dalam menyangkal diri atau memikul salib. Misalnya: putus dengan pacar yang sangat disayangi belum tentu “pikul salib,” karena penyebab putusnya bisa bermacam-macam: tidak cocok, egois, atau ada orang ketiga. Tetapi jika putus dengan pacar yang tidak seiman, berarti dia sedang “pikul salib” karena menyerahkan ambisi duniawi demi menjalankan kehendak Tuhan dengan memilih pasangan yang “seimbang,” seperti perintah: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya” (2Kor. 6:14).

3. Apakah mengikut Yesus adalah hal yang mudah?

Panduan diskusi: Berdasar ayat ini, mengikut Yesus jelas bukan hal yang mudah. Menjadi pengikut Yesus bukan sekadar dibaptis atau setia melayani Tuhan di gereja. Tetapi, mengikut Yesus harus siap kehilangan segala-galanya: keinginan diri, harta, dan bahkan nyawa! (baca: Luk. 9:24-25). Namun demikian, mengikut Yesus adalah hal yang indah dan penuh sukacita (seperti apa yang dialami oleh para rasul, yang penuh sukacita walaupun menghadapi berbagai penderitaan).

Kuncinya, kita harus dilahirbarukan oleh Roh Kudus, sehingga bisa membedakan mana kehendak Allah yang menuntun kita pada “kehidupan” atau nafsu yang menuntun kita pada “kematian.” Roh Kudus akan mengubah cara pandang kita sehingga fokus kita ada pada pengharapan akan kemuliaan kekal di surga dan bukannya kesenangan sesaat di dunia.

4.Perintah ini begitu berat, mungkinkah ini hanya ditujukan bagi para pengikut Kristus “tingkat tinggi” (misalnya, para rasul, misionaris, pendeta, dan sebagainya)?

Panduan Diskusi: Lukas memberikan konteks bahwa perintah ini ditujukan bagi semua orang yang mau menjadi pengikut Kristus. Matius menuliskan, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:38). Artinya, kita tidak bisa hanya mengaku percaya pada Kristus tetapi tanpa menjadi pengikut Kristus yang sungguh-sungguh.

Walaupun demikian, pertumbuhan rohani adalah suatu proses. Kebanyakan orang Kristen tidak selalu bisa langsung “berkorban besar” (misalnya menjadi martir atau rela menyisihkan sebagian besar harta untuk pekerjaan Tuhan) tanpa melalui proses “berkorban kecil” terlebih dulu dengan setia. Kita dapat melihat pertumbuhan seperti ini di dalam diri banyak tokoh Alkitab. Misalnya, Petrus pun pernah menyangkal Tuhan Yesus. Tetapi setelah dipulihkan, dia akhirnya menjadi saksi Kristus yang sangat setia sampai akhir hidupnya.

Langkah praktisnya, kita bisa belajar untuk menjadi pengikut Kristus yang sungguh-sungguh melalui hal-hal kecil di sekitar kita: membuang rasa malas dalam pelayanan, menyisihkan yang terbaik dan yang pertama bagi Tuhan (bukan mempersembahkan yang sisa-sisa), berani dicap “sok suci” ketika menolak ajakan teman untuk menikmati pornografi, mengabarkan kasih Tuhan kepada saudara terdekat kita, dan sebagainya. Jika kita melakukannya dengan setia, maka semakin hari kita akan terdorong untuk mempersembahkan hal yang lebih besar lagi bagi Tuhan.

Referensi:

Bock, Darrell L. Luke 1:1-9:50. BECNT. Grand Rapids: Baker Academic, 1994.

Green, Joel B. The Gospel of Luke. NICNT. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1997.

Marshall, I Howard. Commentary on Luke. NIGTC. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1978.

]]>
http://studibiblika.id/2019/05/20/lukas-923-arti-menyangkal-diri-memikul-salib-dan-mengikut-yesus/feed/ 0 43
Mukjizat Menangkap Ikan (Yoh. 21:1-14) http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/ http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/#respond Fri, 17 May 2019 01:13:31 +0000 http://studibiblika.id/?p=41

Versi Terjemahan Baru LAI:

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3 Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 6 Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10 Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Konteks: Perikop ini merupakan epilog/penutup dari Injil Yohanes. Murid-murid merasakan ketidakpastian setelah mengalami kejadian-kejadian seputar penyaliban Yesus [BKC]. Peristiwa ini merupakan penampakan Yesus yang ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya. Penampakan sebelumnya dicatat dalam Yoh. 20:19-23 (tanpa Tomas) dan Yoh. 20:26-29 (dengan Tomas) [TNTC].

Epilog dalam kitab-kitab Injil diakhiri dengan perintah untuk menyebarkan Injil. Injil Matius diakhiri dengan Amanat Agung (Mat. 28:18-20), Injil Markus diakhiri dengan penyebaran berita Injil oleh para murid (Mrk. 16:8 dan Mrk. 16:20), dan Injil Lukas diakhiri dengan perintah Yesus kepada para murid untuk menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan dosa ke segala bangsa (Luk. 24:44-53). Demikian pula epilog dari Injil Yohanes menceritakan tema yang sama [NIVAC].

Mukjizat penangkapan ikan dan percakapan di pagi hari menyiratkan perintah kerasulan bagi para murid untuk menjangkau jiwa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Roh Kudus, yang telah mereka peroleh (Yoh. 20:22) bukan hanya memberikan jaminan dan penghiburan, tetapi memperlengkapi mereka untuk menjadi saksi di dunia (Yoh. 15:26-27) dan menguatkan mereka di tengah tekanan yang dihadapi ketika menjalankan misi ini (Yoh. 16:7-11) [NIVAC].

Kisah ini sangat terkait erat dengan peristiwa sesudahnya, ketika Tuhan Yesus memulihkan Petrus dan menyuruhnya untuk menggembalakan “domba-domba”-Nya. Ikan (Yoh. 21:1-114) dan domba (Yoh. 21:15-19) melambangkan pekerjaan gereja. Gereja harus menjangkau jiwa (sebagaimana penjala menangkap ikan) dan setelah itu juga memeliharanya (sebagaimana penggembala menggembalakan domba-dombanya) [NIVAC].

Tema Utama: Kita akan menjadi pelayan Tuhan yang efektif jika bersandar pada iman di dalam Kristus dan mengikuti pimpinan-Nya.

Pembahasan Ayat per Ayat:

Ayat 1-3. Beberapa ahli berpendapat bahwa ketika Petrus mau pergi menangkap ikan, itu menunjukkan dia lalai kalau sesungguhnya dia telah diutus oleh Yesus (Yoh. 20:21-23). Namun demikian, Yesus menyuruh para murid untuk pergi ke Galilea dan Dia akan menemui mereka di sana setelah dibangkitkan (Mrk. 14:28; 16:7) [TNTC].

Ayat 4-6. Murid-murid awalnya tidak mengenali Yesus. Tangkapan ikan dalam jumlah besar membuat murid-murid-Nya yakin bahwa orang itu adalah Yesus (peristiwa tersebut mirip dengan mukjizat dalam Luk. 5:1-11). Kejadian ini juga membuktikan bahwa Yesus berkuasa atas alam dan setelah bangkit pun masih bisa melakukan mukjizat [BKC].

Aplikasi: – Jika melakukan kehendak Tuhan, maka kita akan mendapat berkat dari Tuhan [BKC]. Tetapi jangan diartikan bahwa kita tidak akan mengalami penderitaan. Orang yang diberkati Tuhan akan tetap merasakan sukacita walaupun berada di tengah penderitaan.

– Kisah ini juga menunjukkan bahwa Kristuslah yang menjadi pemimpin kita dalam menjalankan misi-Nya sebagai pemberita Injil. Dengan panduan-Nya, kita akan memperoleh “hasil” yang jauh di luar perkiraan kita [NIVAC].

Ayat 7-9. Karena sangat bersemangat, Petrus menceburkan dirinya ke danau untuk menghampiri Yesus. Sementara itu, murid-murid yang lain, termasuk Yohanes, menyusulnya dengan perahu yang penuh tangkapan ikan. Di sini Yohanes menunjukkan bahwa ikan, sebagai berkat dan lambang dari pekerjaan rohani, tidak boleh diabaikan [NIVAC].

Ayat 10-11. Lihat penjelasan mengenai 153 ekor ikan dalam bagian Catatan-Catatan Penting di bawah.

Ayat 12-14. Berbeda dengan Maria (Yoh. 20:14) dan murid-murid yang sedang berjalan ke Emaus (Luk. 24:13-35), semua murid di dalam kisah ini tidak meragukan bahwa orang yang sarapan bersama-sama dengan meraka adalah Yesus. Bertahun-tahun kemudian, dalam khotbahnya, Petrus menyatakan diri sebagai saksi Kristus yang pernah makan dan minum bersama-Nya setelah kebangkitan (Kis. 10:41) [BKC].

Catatan-Catatan Penting:

Danau Tiberias. Danau Tiberias (atau Laut Tiberias) adalah nama lain dari Danau Galilea atau Danau Genesaret (Luk. 6:1). Penyebutan ini dilakukan oleh orang-orang Romawi mengikuti nama Kaisar Tiberius [LAI]. Danau ini terletak sekitar 75 mil di sebelah utara Yerusalem. Betsaida (Ibr. rumah ikan) dan Kapernaum, dua kampung yang sebagian besar penduduknya hidup dari menangkap ikan, terletak di situ [NIVAC].

Murid yang dikasihi Yesus. Kemungkinan besar, dia adalah Yohanes anak Zebedeus, penulis Injil ini.

Seratus lima puluh tiga ekor ikan. Sebagian ahli berpendapat bahwa jumlah seratus lima puluh tiga ini menyimbolkan sesuatu (sistem angka yang menyimbolkan sesuatu disebut dengan gematria, seperti angka “666” dalam Why. 13:18). Huruf dalam bahasa Yunani dan Ibrani memiliki nilai bilangan (dalam bahasa Indonesia seperti A=1, B=2, C=3, dan seterusnya). Kata “Simon” dan “ikan” dalam bahasa Ibrani bila dijumlahkan sebesar 153. Kemudian ada penafsiran lain yang menghubungkannya dengan Yeh.47:9-10, di mana tertulis bahwa ada aliran dari En-Gedi (jika huruf-hurufnya dijumlahkan, hasilnya 17; 153 adalah penjumlahan dari angka 1 sampai 17, 1+2+3+…+17) dan En-Egalaim (jika dijumlahkan huruf-hurufnya, hasilnya 153). Cyril dari Aleksandria berpendapat lain, yaitu angka ini melambangkan 100 penyembah berhala, 50 orang Yahudi, dan Trinitas (100+50+3). [NIVAC]. Apapun itu, semua bersifat spekulasi karena Yohanes sendiri tidak menjelaskan artinya.

Jika demikian, kemungkinan besar jumlah ini ditulis oleh Yohanes sebagai detail sejarah saja sekaligus untuk membuktikan bahwa tangkapan tersebut luar biasa banyak dan Yesus berkuasa atas alam [TNTC]. Orang-orang yang pergi menangkap ikan terbiasa untuk menghitung jumlah ikan yang diperoleh dan kemudian membagi-bagikannya di antara mereka [BKC].

Hasil tangkapan ikan yang melimpah serta panggilan Yesus kepada Petrus untuk mengasihi domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-19) menggambarkan misi kerasulan gereja [NIVAC]. Jadi terlihat sekali bahwa maksud dari perikop ini adalah untuk mengarahkan kembali bahwa setelah kebangkitan-Nya, Yesus ingin Petrus dan murid-murid-Nya menjadi “penjala manusia.”

Api arang. Api arang (Yun. Anthrakia; dalam Perjanjian Baru, kata ini hanya muncul di Yoh. 18:18 dan Yoh. 21:9 [NIVAC]) mengingatkan Petrus ketika dia menyangkal Yesus pada malam sebelum penyaliban. Pada waktu itu, dia berdiang di depan api arang bersama-sama para hamba laki-laki dan para pengawal istana (Yoh. 18:18).

“Sesungguhnya” (ayat 18). Frasa “sesungguhnya” (Ing. verily, verily; Yun. amēn, amēn) digunakan sebanyak 25 kali dalam Injil Yohanes. Frasa ini ditujukan kepada pendengar yang sulit untuk percaya. Dengan begitu, pembicara menekankan bahwa apa yang dikatakan adalah benar, sebagaimana Tuhan adalah juga benar [KJV].

Aplikasi: Kita harus mempercayai seluruh isi Alkitab, bukan hanya beberapa baian saja.

Pertanyaan-Pertanyaan Diskusi:

  1. Apakah yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai “penjala manusia?” (Panduan diskusi: Pekerjaan, hobi, bakat, apapun yang kita miliki dalam kehidupan kita, bisa kita gunakan untuk mengenalkan Kristus kepada orang lain).
  2. Dalam kisah ini, murid-murid mendengar langsung perkataan Tuhan Yesus untuk menebarkan jala di sisi kanan perahu. Bagaimana kita bisa mengetahui tuntunan Tuhan bagi pelayanan kita di masa kini?(Panduan diskusi: Alkitab merupakan firman Tuhan yang berotoritas bagi orang percaya masa kini. Namun demikian, kita juga bisa mengetahuinya dari nasihat orang lain, pengalaman hidup, dan kerinduan hati kita. Bahkan mungkin juga Tuhan memberitahukannya secara khusus kepada kita, melalui berbagai peristiwa. Tetapi semuanya harus diuji di dalam kebenaran Alkitab.)
  3. Harus menjadi orang seperti apakah supaya kita bisa dipakai Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya yang luar biasa? (Panduan diskusi: bandingkan dengan Petrus, yang pengecut sehingga pernah menyangkal tiga kali, dan murid-murid yang semuanya kocar-kacir dan kehilangan harapan setelah Tuhan Yesus disalib. Namun setelah kebangkitan-Nya dan penampakan-Nya, semuanya menjadi saksi Tuhan yang setia sampai mati. Bukan manusia yang menentukan keberhasilan pelayanan, tetapi Tuhan. Jika kita ingin berhasil dalam pelayanan, maka kita harus bersandar penuh pada Roh Kudus dan taat pada pimpinan Tuhan. Dengan cara seperti itu, apapun kelemahan kita, tidak akan membuat pelayanan kita mundur).

Referensi:

[BKC] Blum, Edwin A. “John.” Dalam The Bible Knowledge Commentary: Gospels. Diedit oleh John F. Walvoord dan Roy B. Zuck. Colorado Springs: David C. Cook, 2018.

[ESV] Dennis, Lane T. dan Wayne Grudem, ed. ESV Study Bible. Wheaton: Crossway, 2008.

[NIVAC] Burge, Gary M. John. The NIV Application Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 2000.

[LAI] Alkitab Edisi Studi. Edisi kedua. Jakarta: LAI, 2015.

[TNTC] Kruse, Colin G. John. The Tyndale New Testament Commentary. Surabaya: Momentum, 2007.

]]>
http://studibiblika.id/2019/05/17/tafsiran-yohanes-211-14/feed/ 0 41