Roh Kudus – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id Informasi Seputar Alkitab dan Dunia Pelayanan Kristen Mon, 01 Jun 2020 21:31:45 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.4.2 https://i1.wp.com/studibiblika.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-icon_512.png?fit=32%2C32 Roh Kudus – STUDIBIBLIKA.ID http://studibiblika.id 32 32 163375744 Apakah Semua Orang Kristen Harus Bisa Berbahasa Roh? http://studibiblika.id/2020/05/29/apakah-semua-orang-kristen-harus-bisa-berbahasa-roh/ http://studibiblika.id/2020/05/29/apakah-semua-orang-kristen-harus-bisa-berbahasa-roh/#respond Fri, 29 May 2020 14:00:52 +0000 http://studibiblika.id/?p=922

Bahasa roh/bahasa lidah (glossolalia) merupakan fenomena yang umum menjadi perdebatan di kalangan Kekristenan. Karena fenomena ini tercatat dalam Alkitab, mari kita pelajari baik-baik…..

Yang pertama harus diperhatikan adalah, bahasa yang terdapat di dalam Kis. 2:1-13 jelas merupakan bahasa manusia. Buktinya, orang-orang mendengar para rasul itu berbicara dalam bahasa asal mereka sendiri (perhatikan ay. 7-11).

Bahasa roh yang sering dimaksudkan orang, yaitu bahasa yang tidak dimengerti manusia, didukung oleh 1Kor. 12-14. Dalam bagian ini, Paulus menyiratkan bahasa tersebut bukan bahasa manusia biasa (1Kor. 13:1; 14:2, 11, 13-19, 23).

Karena itulah, dalam terjemahan BIMK disebut “bahasa yang ajaib.” Jangan buru-buru menganggap bahasa roh tidak ada.

Namun demikian, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan ini….

1. Alkitab tidak menyatakan bahwa semua orang harus bisa berbahasa roh.

Ini sangat jelas terlihat dari konstruksi gramatika yang digunakan dalam bahasa Yunaninya. Dalam 1Kor. 12:29-30, pertanyaan Paulus menggunakan kata μὴ (), yang menegaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak.

Adakah mereka semua mendapat karunia untuk… berkata-kata dalam bahasa roh?

Jawaban tersirat: TIDAK!

2. Alkitab mengatur penggunaan bahasa roh dalam ibadah.

Misalnya, orang yang berbahasa roh dalam suatu pertemuan ibadah harus berdiam diri jika tidak ada orang lain yang menafsirkannya (1Kor. 14:28).

Perhatikan ibadah di gereja kita. Seandainya pun “bahasa roh” yang dipakai oleh orang-orang masa kini (ataupun kita, yang yakin memiliki karunia ini) adalah asli, tepatkah jika digunakan sembarangan dalam ibadah?

3. Bahasa roh bukan merupakan tanda bagi orang beriman.

Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; (1Kor.14:22a)

Alkitab sering menyatakan bahwa orang yang mencari “tanda-tanda” justru menunjukkan orang itu masih bayi rohani, bukan dewasa rohani.

4. Bahasa roh tidak berkaitan dengan tingkat kerohanian seseorang.

Ada yang menganggap bahwa ini terkait dengan dipenuhi Roh Kudus (Ef. 5:18). Padahal dalam ayat tersebut, dipenuhi Roh Kudus intinya keserupaan dengan Kristus. Inilah tanda kedewasaan rohani.

Kemudian, jika membaca surat 1Kor. baik-baik, walaupun bisa berbahasa roh namun di antara mereka malah ada perselisihan, perpecahan, dan dosa-dosa lainnya.

5. bahasa roh itu bukan merupakan salah satu unsur/karakteristik buah Roh.

22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Gal. 5:22-23).

Kesembilan karakteristik buah Roh itulah yang harus terwujud di dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan bahasa roh (karena tidak semua orang mendapatkannya).

Bagaimana sebaiknya sikap kita?

Kita harus memahami bahwa bahasa ini merupakan karunia Roh. Artinya, terserah Roh Kudus yang memberikan, jangan kita yang memaksakan untuk mendapatkannya.

Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. (1Kor.12:11)

Kemudian jika ada di antara kita yang yakin memiliki karunia ini, namun justru menjadikan kita tinggi hati, maka itu berlawanan dengan sifat Roh Kudus sendiri.

Paulus sendiri, walaupun memahami pentingnya karunia Roh (termasuk bahasa roh), menyatakan bahwa tanpa kasih, semua karunia itu percuma (1Kor.13:1-3)!

Bagi kita yang tidak memiliki karunia bahasa roh juga tidak perlu merendahkan mereka yang merasa memiliki karunia ini!

]]>
http://studibiblika.id/2020/05/29/apakah-semua-orang-kristen-harus-bisa-berbahasa-roh/feed/ 0 922
Campur Tangan Roh Kudus Ketika Kita Sulit Berdoa (Rm. 8:26-27) http://studibiblika.id/2020/05/15/campur-tangan-roh-kudus-ketika-kita-sulit-berdoa-rm-826-27/ http://studibiblika.id/2020/05/15/campur-tangan-roh-kudus-ketika-kita-sulit-berdoa-rm-826-27/#respond Fri, 15 May 2020 10:30:18 +0000 http://studibiblika.id/?p=886

26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (Rm. 8:26-27)

Diperkirakan ada sekitar 4200 agama di dunia ini. Salah satu elemen yang menonjol dalam sebuah agama adalah doa. Demikian pula, Kekristenan memandang doa sebagai sebuah aktivitas rohani yang penting. Bahkan ada kutipan yang berbunyi, “doa adalah nafas kehidupan orang percaya.” Hal ini didukung juga oleh Alkitab. Misalnya, rasul Paulus mengingatkan “bertekunlah dalam doa” (Kol. 4:2). Jadi, doa merupakan undangan dari Tuhan sendiri dan kita diminta untuk melakukannya dengan setia.

Tetapi, banyak orang yang gagal untuk setia dalam berdoa. Mengapa? Saya mengamati ada dua ekstrim. Pertama, sebagian orang tidak berdoa karena merasa hidupnya baik-baik saja. Kedua, sebagian orang lainnya berhenti berdoa karena merasa persoalan hidup mereka terlalu berat. Apalagi, telah lama jawaban doa yang dinanti tidak kunjung terjadi.

Untuk menanggapi hal tersebut, mari kita renungkan Rm. 8:26-27. Bagian yang menjadi kunci dari ayat ini adalah “Roh membantu kita dalam kelemahan kita.” Berlawanan dengan banyak ajaran yang menonjolkan kekuatan manusia, Allah justru mengajarkan bahwa kita itu sebenarnya lemah. Inilah yang menjadi titik awal untuk berdoa. Tanpa menyadari diri kita lemah, maka kita tidak akan memiliki dorongan untuk berdoa.

Apa kelemahan kita? Sebagai manusia, kita rentan terhadap ketidaksempurnaan yang ada di dunia. Kita tidak bisa menghindari sakit, penuaan, dan kematian. Juga, permasalahan hidup yang berat bisa tiba-tiba terjadi. Sementara, di dalam diri kita pun ada perjuangan melawan dosa, yang sering kali sangat berat untuk dilawan dengan kekuatan manusiawi kita.

Inilah yang coba dijelaskan Paulus dalam surat Roma pasal ke-8 ini. Walaupun kita telah dibebaskan dari ancaman hukum Taurat karena Kristus, tetapi kita masih harus merasakan perjuangan hidup di dunia. Inilah yang dirasakan oleh jemaat di Roma yang sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Syukurlah, janji Tuhan Yesus untuk memberikan Penolong telah digenapi (Yoh. 14:16) sehingga kita bisa hidup dalam Roh. Artinya, kita akan selalu disertai oleh Roh Kudus dalam setiap perjuangan hidup kita, termasuk dalam berdoa. Bagaimana cara-Nya?

Dalam bahasa aslinya, kata membantu tadi juga memiliki makna “turut memikul beban.” Roh Kudus akan menopang kita ketika kita tidak mampu untuk berkata “Jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42) di tengah kesulitan hidup kita. Dia akan membantu kita untuk mengutarakan kerinduan hati kita yang terdalam kepada Allah, yang juga mengetahui seluruh isi hati kita (ay. 27). Lihat, ada kerja sama di antara Allah Tritunggal ketika kita berdoa, sehingga kita yakin bahwa jawaban doa yang kita terima pasti yang terbaik.  

Inilah kekuatan doa yang hanya dimiliki oleh orang percaya. Ketika berdoa, kita masuk ke dalam wilayah spiritual melalui pekerjaan Roh Kudus. Kita akan mendapat kekuatan dan cara pandang yang benar, walaupun kesulitan hidup masih ada. Jadi, jangan sampai lagi kita berdoa dengan kekuatan sendiri. Tanpa melibatkan Roh Kudus, maka doa kita akan berpusat pada diri sendiri. Hambar. Suatu saat, kita pasti akan kehilangan gairah untuk berdoa.

Setelah memahami ini, tidak heran kalau kita melihat bahwa semua tokoh pelayanan pastilah juga seorang pendoa. Termasuk, Anak Allah sendiri. Teladanilah mereka semua, supaya kita tetap teguh berdiri dalam menjalankan kehendak Tuhan di tengah segala kesulitan hidup yang ada. Amin.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Direnungkan

  1. Bagaimana kehidupan doa Anda sekarang ini? Apa yang menyebabkan Anda bisa merasa kurang bergairah untuk berdoa?
  2. Jika Allah mengetahui isi hati kita, mengapa kita masih perlu berdoa?
  3. Jika Allah telah memiliki jawaban untuk setiap doa kita, mengapa kita masih perlu berdoa? Apa manfaatnya bagi kita?
  4. Apakah jawaban doa yang sesuai dengan kehendak Allah akan membawa sukacita dalam diri kita? Mengapa?

]]>
http://studibiblika.id/2020/05/15/campur-tangan-roh-kudus-ketika-kita-sulit-berdoa-rm-826-27/feed/ 0 886
Makna Pentakosta bagi Orang Kristen Masa Kini (Kis. 2:1-13) http://studibiblika.id/2019/06/17/makna-pentakosta-bagi-orang-kristen-masa-kini-kis-21-13/ http://studibiblika.id/2019/06/17/makna-pentakosta-bagi-orang-kristen-masa-kini-kis-21-13/#respond Mon, 17 Jun 2019 11:27:02 +0000 http://studibiblika.id/?p=94

1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” 12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?” 13 Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.” (Kis. 2:1-13)

 

RENUNGAN

Cameron Towsend, seorang pemuda kelahiran Amerika Serikat tahun 1896, berkeinginan untuk mengabdi bagi negaranya dalam Perang Dunia I. Namun ternyata dia malah pergi bermisi ke Guatemala sambil menjual Alkitab bahasa Spanyol. Usahanya tersebut tidak membuahkan hasil karena mayoritas penduduk di sana adalah orang-orang Indian. Suatu kali, salah seorang penduduk malah bertanya kepadanya, “Jika Allahmu begitu pintar, mengapa Dia tidak berbicara dalam bahasa kami?”

Pertanyaan itu begitu mengusik hati Towsend. Dia yakin bahwa Tuhan mengerti bahasa suku tersebut (Cakchiquel). Akhirnya, Towsend menghabiskan waktu selama 17 tahun untuk mempelajari bahasa tersebut dan menerjemahkan seluruh Perjanjian Baru ke dalamnya. Inilah awal dimulainya pelayanan Wycliffe Bible Translators, sebuah lembaga misi yang khusus menekuni penerjemahan Alkitab.

Apa yang dialami oleh Towsend ini mengingatkan kita pada peristiwa Pentakosta. Pada hari itu, Roh Kudus dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kemudian, mereka, yang merupakan orang-orang Galilea, berkata-kata dalam berbagai bahasa yang dipakai orang-orang asing, seperti bahasa orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia, hingga Arab (ay. 9-11). Setelah peristiwa Pentakosta, orang-orang percaya terus tersebar ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan Injil.

Dari sini kita dapat belajar bahwa Roh Kuduslah yang memampukan orang-orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus sebagaimana kitab Kisah Para Rasul. Tidak heran, beberapa ahli Alkitab menyatakan kitab ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai kitab Roh Kudus atau kitab Kisah Roh Kudus. Tanpa kekuatan Roh Kudus, tidak mungkin Injil dapat tersebar hingga berbagai pelosok dunia seperti sekarang ini.

Apa makna pencurahan Roh Kudus ini bagi orang-orang percaya pada masa kini? Sebagaimana Roh Kudus menggerakkan orang-orang percaya pada masa itu untuk menyebarkan Injil, kita pun yang telah menerima Roh Kudus selayaknya digerakkan untuk mengabarkan Injil. Kita bisa melanjutkan pelayanan Towsend (saat ini, sekitar 2000 bahasa masih belum mempunyai terjemahan Alkitab). Selain itu, kita pun bisa melakukan pekabaran Injil di dalam kehidupan sehari-hari, terutama kepada kenalan-kenalan kita yang belum percaya. Apapun bagian yang kita ambil, biarlah kemuliaan Tuhan dinyatakan sehingga banyak orang dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa menyembah-Nya (Why. 7:9). Amin.

 

PENGGALIAN

Pentakosta merupakan istilah bahasa Yunani untuk menyebutkan salah satu perayaan dalam Perjanjian Lama, yaitu hari raya Tujuh Minggu (Im. 23:15-22, lihat juga Kel. 34:22; Bil. 28:26-31; Ul. 18:9-12). Hari raya ini jatuh pada hari kelimapuluh setelah Paskah (Paskah dalam Perjanjian Lama merayakan kasih Allah pada waktu melepaskan bangsa Israel dari Mesir, lih. Kel. 12:29-50). Itulah sebabnya  disebut Pentakosta (Pentēkostē dalam bahasa Yunani berarti “kelimapuluh”). Hari raya Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya terpenting Israel (Ul. 16:16). Pada hari raya ini, orang-orang Israel memperingati kebaikan Tuhan dalam akhir masa panen dan juga mengucap syukur atas kesuburan lahan pertanian.

Di awal kitab Kisah Para Rasul (Kis. 1:4-5, 8), Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus akan dicurahkan kepada orang-orang percaya. Pencurahan Roh Kudus ini menandakan karya Tuhan Yesus dalam melakukan pembaruan kepada Yerusalem dan memungkinkan karya keselamatan-Nya menjangkau “sampai ke ujung dunia” (lihat Yes. 49:10). Janji ini tergenapi ketika mereka berkumpul pada hari Pentakosta. Oleh sebab itu, istilah Pentakosta kemudian digunakan oleh orang-orang Kristen sebagai peringatan atas turunnya Roh Kudus.

Peristiwa seputar kebangkitan Kristus hingga Pentakosta secara kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tuhan Yesus, sebagai anak domba Paskah yang disembelih (1Kor. 5:7), mati pada hari raya Paskah menurut Yahudi (Yoh. 19:14);

2) Tuhan Yesus menampakkan diri secara berulang kali selama 40 hari dan naik ke surga (Kis. 1:3);

3) Sepuluh hari sesudahnya (50 hari sesudah Paskah), Roh Kudus dicurahkan.

Beberapa tanda ajaib yang menyertai peristiwa Pentakosta adalah:

Bunyi seperti tiupan angin keras. Angin sering dikaitkan sebagai perwujudan Roh Allah (2Sam. 22:16; Mzm. 3:6; Yeh. 37:9-10; Yoh.3:8). Ini menjadi tanda bahwa Allah sedang menyelesaikan pembaruan.

Lidah-lidah seperti nyala api. Api sering digambarkan sebagai lambang kehadiran Allah (Kel. 19:18; Yes. 66:15) dan juga penyucian atau penghakiman (Yes. 4:4; Yer. 7:20; Yl. 2:30-31; Mal. 3:2-4; 4:1). Penampakan lidah-lidah seperti nyala api ini dapat diartikan sebagai kehadiran Allah yang Kudus untuk berkomunikasi dengan umat-Nya dan menuntun mereka (lih. Kel. 3:2-5; 19:18; 24:27; 40:38).

Murid-murid bisa berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Apakah ini merupakan mukjizat pendengaran atau mukjizat berkata-kata? Dalam Kis. 2:6, 8 ditulis bahwa orang-orang mendengar bahasa asal mereka dikatakan oleh murid-murid. Sementara itu, klausa “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” dalam Kis. 2:4 menunjukkan murid-murid memang berkata-kata dalam bahasa yang asing bagi mereka. Jadi, ini merupakan mukjizat pendengaran dan berkata-kata sekaligus. Perlu ditekankan bahwa bahasa-bahasa yang dimaksud di dalam bagian ini benar-benar merupakan bahasa manusia. Ini lain dengan bahasa lidah yang kemungkinan bukan bahasa manusia, seperti yang tertulis dalam 1Kor. 12-14.

Mukjizat ini menyatakan bahwa penghukuman Allah melalui keberagaman bahasa pada peristiwa menara Babel (Kej. 11:1-9) telah usai. Allah menunjukkan niat-Nya untuk menyatukan orang-orang “dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” (Why. 5:9-10; 7:9) di bawah pemerintahan Anak-Nya (Ef. 1:9-10), yang memberikan akses kepada Bapa melalui Roh Kudus (Ef. 2:14-18). Allah mewujudkan ini bukan melalui adanya bahasa tunggal, melainkan justru tetap menggunakan beragam bahasa. Pentakosta juga sangat terkait erat dengan dimulainya “Hari Tuhan” dalam kitab Yoel, sebagaimana yang dikhotbahkan Petrus dalam Kis. 2:14-21.

Pentakosta merupakan peristiwa yang sangat menentukan bagi tersebarnya Injil. Roh Kudus yang dicurahkan kepada orang-orang percaya menjadikan mereka memiliki keberanian dan kekuatan dalam mengabarkan Injil hingga ke ujung dunia.

 

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Apakah berbahasa roh merupakan tanda yang mutlak dimiliki bagi orang yang sudah menerima Roh Kudus?Jelaskan jawaban Anda!

Panduan diskusi:

– “Bahasa roh” yang banyak dipraktikkan pada masa kini tidak sesuai dengan bahasa-bahasa yang dikatakan oleh para murid dalam Kis. 2:1-13. Di bagian ini, jelas disebutkan bahwa mereka berkata-kata dalam bahasa manusia. Bagian Alkitab yang mungkin bisa mendukung fenomena bahasa roh yang berbeda dengan bahasa manusia adalah 1Kor. 12-14.

– Namun di situ ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

  • Menurut 14:28, orang yang berbahasa roh dalam suatu pertemuan ibadah harus berdiam diri jika tidak ada orang lain yang menafsirkannya bagi jemaat yang mendengarnya. Jadi, orang yang berbahasa roh dalam pertemuan ibadah masa kini sebenarnya tidak mengikuti tuntunan Alkitab.
  • Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa semua orang percaya harus memiliki karunia bahasa roh. Jika diteliti secara gramatika bahasa Yunani Koine (bahasa Yunani yang umum digunakan pada zaman Perjanjian Baru), ucapan Paulus dalam 12:29-30 menyiratkan bahwa tidak semua orang percaya harus bisa berbahasa roh. Terlebih lagi, Paulus justru menunjukkan ada hal yang lebih utama dibanding semua karunia, yaitu kasih (1Kor. 12:31-13:1-13).
  1. Apa makna Roh Kudus bagi diri Anda sendiri?

Panduan diskusi:

– Beberapa ayat yang menyebutkan pentingnya Roh Kudus dalam kehidupan dan pelayanan orang Kristen: menimbulkan kasih (Rm. 5:5); memberi tuntunan hidup (Rm. 7:6; 8:1-16; Gal. 5:16-26), mengenal Allah (1Kor. 2:10-16), memberi karunia (1Kor. 12:1-13; 14:1-40), pembaruan hidup (Tit. 3:5-6), dan sebagainya.

– Kehadiran Roh Kudus tidak hanya membuat kita bersukacita saja, tetapi juga memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Inilah yang sebenarnya terjadi pada waktu Pentakosta. Tuntun peserta diskusi untuk benar-benar memahami poin ini dan ajak mereka memikirkan langkah-langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari. ]]> http://studibiblika.id/2019/06/17/makna-pentakosta-bagi-orang-kristen-masa-kini-kis-21-13/feed/ 0 94